I. Wasiat Perjodohan

357K 6.2K 249
                                    

Malam ini, langit cerah seperti biasanya. Bintang-bintang pun ikut tersenyum di atas sana. Seperti malam-malam sebelumnya, Nayla dan mamanya juga nggak pernah melewatkan moment kebersamaan di saat makan malam, hanya berdua. Nayla adalah anak tunggal dari pengusaha sukses yang telah meninggal dunia 1 tahun yang lalu. Saat ini, dia hanya memiliki mamanya dan juga seorang tante yang sangat dia sayangi. Selebihnya, semua keluarga papa dan mamanya rata-rata tinggal di kota yang berbeda, malah ada juga yang di luar negri. Meski begitu, Nayla nggak pernah kekurangan kasih sayang. Mamanya memberikan segalanya, menjadi Mama yang dekat dengannya layaknya seorang teman, sekaligus menjadi seorang Ayah menggantikan papanya.

"Nay, ada hal yang penting yang Mama mau omongin sama kamu," kata Mama dengan nada suara yang terdengar sangat hati-hati.

"Ada apaan sih, Ma? Nayla perhatiin sejak tadi pagi pas sarapan Mama tuh udah aneh, bilangnya ada yang mau diomongin, penting, tapi nggak ngomong-ngomong juga," Nayla jelas curiga, nggak biasanya mamanya kayak gini.

"Kamu masih inget sama Om Farid nggak?" tanya Mama lebih dulu.

"Om Farid sahabatnya Papa itu kan? Iya inget, emang kenapa dengan Om Farid?"

"Sebenernya, Papa kamu sama Om Farid itu pernah buat sebuah kesepakatan."

"Iya..., terus?"

"Kesepakatan itu dibuat saat kamu masih dalam kandungan Mama," lanjut Mama. "Gini, Papa kamu sama Om Farid kan udah sahabatan sejak kecil, Papa kamu udah anggep Om Farid itu kayak sodaranya sendiri, bahkan saat menikah pun di tahun dan bulan yang sama, cuma beda tanggalnya aja." Mama berhenti sejenak untuk melihat reaksi Nayla, dan anaknya itu masih mendengarkan tanpa berniat untuk menyela. Maka ia pun melanjutkan, "kamu tau nggak? Anehnya lagi saat Mama hamil, istrinya Om Farid juga udah hamil lebih dulu. Cuma beda 3 bulan kalo nggak salah."

"Terus...?"

Nayla mendengarkan dengan baik, dia sama sekali nggak ngerti dengan arah dari pembicaraan mamanya ini. "To the point aja deh, Ma," todong Nayla. Dia merasa mamanya emang terlalu bertele-tele.

Mama menghela nafasnya dengan berat, rasanya seperti habis menelan telur ayam dalam keadaan utuh. Dengan keberanian penuh, Mama pun melanjutkan, "karena kebetulan Mama melahirkan anak perempuan dan istri Om Farid melahirkan anak laki-laki, Papa kamu dan Om Farid membuat sebuah perjanjian untuk menikahkan kalian."

"Apa?! Maksud Mama, Nayla dijodohin sama anaknya Om Farid???"

Mama mengangguk pelan. "Bahkan sebenernya, kalian sudah harus menikah tahun lalu, tapi sayang papamu keburu meninggal," raut muka Mama berubah sedih setiap kali mengingat almarhum suaminya itu.

"Astaga Mama! Mama pasti becanda kan?"

"Mama serius Nayla. Kemarin Om Farid telpon Mama dan nanyain kapan rencana ini bisa dilaksanakan? Karena katanya semakin cepat semakin baik, biar papamu tenang di sana."

"Maaaaa, Nayla tuh baru kelas 3 SMA, baru juga 17 tahun, masa udah mau dinikahin aja sih?"

"Nayla, dulu waktu Mama menikah sama Papa kamu, umur Mama jauh lebih muda daripada kamu, tapi nggak ada masalah, lagian sebentar lagi kan kamu lulus," kata Mama, masih berusaha membujuk anak gadisnya itu agar mau menuruti perintahnya.

"Itu dulu, Maaaaa, beda dong sama sekarang," tepis Nayla lagi. "Kalo di zaman Mama dulu, pernikahan di usia muda itu emang hal yang biasa, tapi nggak berlaku untuk di zamannya Nayla," Nayla menghembuskan nafasnya dengan putus asa, lalu dia melanjutkan, "kalo temen-temen Nayla tau, Nayla bakalan nikah di usia yang sekarang, mereka semua bakalan nganggep kalo Nayla itu hamil di luar nikah, Ma!"

"Apa bedanya? Justru pernikahan di usia muda itu manfaatnya lebih banyak. Contohnya kamu bisa terbebas dari yang namanya pergaulan bebas."

"Gini ya Ma," Nayla mencoba untuk bersabar, dia menenangkan dirinya sendiri agar dia nggak berantem dengan mamanya. "Pertama, Nayla nggak kenal siapa calon suami Nayla itu, ketemu aja belom pernah, gimana mungkin tiba-tiba dia jadi suaminya Nayla? Kedua, Nayla ini bener-bener masih pengen sekolah, Ma, masih mau ngelanjutin kuliah dan mengejar cita-cita Nayla sebagai dokter."

Married? OH NO!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang