Begitu pintu apartemen kamarnya tertutup, Abel masih berdiri bersandar pada pintu. Belum beranjak dari tempatnya. Dadanya naik turun mengikuti ritme napasnya yang tidak teratur, kemudian dia berjalan ke dapur dan membuka kulkas. Lalu mengambil sebotol air dingin dan meneguknya dengan cepat.
Abella menghembuskan napasnya dengan kasar, bagaimana ini bisa terjadi?
Ia dan Evan berciuman cukup panas tadi di mobil dan apa kata Evan tadi? Evan secara tidak langsung meminta bantuan Abel untuk mengandung anaknya. Lalu secara tidak langsung berarti Evan dan Abel akan melakukan hubungan suami istri diluar nikah?
"Astaga," Abel mengusap wajahnya. Ia harus mandi dan mengguyur seluruh tubuhnya dengan air dingin. Ya, mungkin itu bisa menenangkan pikirannya.
Bahkan sesudah mandi, sekarang Abel hanya tidur terlentang sambil memandang langit-langit kamarnya. Apa keputusannya ini tidak salah? Kalau ia melakukannya dengan Evan dan mengandung anak Evan, itu berarti ia akan mengkhianati Raysa. Tapi ciuman Evan tadi membuatnya terbuai, benar-benar terbuai. Bahkan dalam hati Abel, ia ingin mendesah sambil menyebut nama Evan, lagi dan lagi.
Ah, itu bisa dipikirkan nanti. Sekarang saatnya Abella tidur, besok ia sudah harus berangkat ke kantor pagi-pagi sekali.
***
Saat Raysa sedang bercanda dengan Evan, sambil tangan Raysa bergerak-gerak membenarkan dasi Evan, ponsel Raysa berbunyi.
"Sebentar," ucap Raysa. Kemudian mengambil ponsel yang tergeletak di meja belakangnya.
"Halo? Ah iya Bel, kenapa?" Mata Evan menyipit mendengar suara Raysa.
Untuk apa Abella menelepon, jangan bilang Abella akan mengatakan apa yang terjadi tadi malam. Tapi kalau di pikir lagi, Abella tidak akan mengatakannya. Kalau Abel mengatakan apa yang terjadi antara dia dan Evan tadi malam, pastilah Raysa akan marah kepada dirinya dan Abel sekaligus. Marah besar.
"Van," Raysa berjalan menghampiri Evan sambilmenggenggam ponsel di tangan kanannya. "Coba deh kamu cek di mobil kamu, ponselnya Abel ketinggalan nggak? Soalnya hape Abel nggak ada di tasnya dan nggak ada di apartemennya juga."
"Ketinggalan?" Evan mengernyit, tidak sempat mengecek mobilnya setelah ia turun dari mobil dan menjemput Raysa di rumah mama mertuanya. "Yaudah coba aku cek dulu, sekalian mau berangkat kerja."
Kemudian Evan mencium bibir Raysa dengan lembut. Kebiasaan yang dilakukannya setiap pagi.
Begitu Evan membuka pintu mobil Merci yang ia kendarai tadi malam, tidak ada ponsel Abella di mobilnya.
"Coba deh di cek di bawah kursi penumpang," ucap Raysa, tangannya menunjuk-nunjuk di bawah kursi penumpang.
Evan menunduk, untuk melihat ke bawah kursi penumpang mobilnya. "Oh iya, itu." Evan mengulurkan tangan untuk mengambil ponsel berwarana Rose gold tersebut. "Ceroboh banget si Abel, terus ini gimana?"
"Anterin aja deh ke apartemennya, kata Abel disitu ada file buat dia meeting."
Evan menghela napas, "yaudah aku anterin."
Raysa tersenyum, mata hitamnya menatap mata Evan dengan dalam, kemudian Raysa tiba-tiba berjinjit untuk memeluk Evan.
Evan terhenyuk sebentar, kemudian ia balas memeluk Raysa.
"Kenapa, Sa?" Tanya Evan. Ia tahu Raysa tidak mungkin memeluknya tiba-tiba seperti ini.
Raysa menggeleng, "Aku sayang sama kamu." Kemudian ia mengendurkan pelukannya, menatap mata Evan yang balas menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love Your Husband
Romance-My first story in wattpad- "Sudah berapa kali aku bilang, bahwa Raysa beruntung punya suami seperti kamu." -Abella Evan tentu menjadi lelaki paling bahagia saat menikah dengan wanita yang benar-benar di cintai nya. Tapi saat wanita yang menjadi i...