4. Maaf

56.9K 1.4K 28
                                    

Senyum Evan langsung mengembang begitu mobilnya sampai di depan pagar rumah dan melihat Raysa yang sedang menyirami bunga-bunga di taman depan rumah. Meninggalkan Raysa dua hari dan tidak menghubunginya membuat Evan resah, tidak sedikit resah tapi sangat resah.

Begitu satpam membukakan pagar untuk mobil Evan, mobil Evan langsung masuk ke pekarangan rumah. Raysa yang sedang menyiram bunga Petunia di taman kecil depan rumah langsung menoleh begitu mendengar suara gerbang yang terbuka dan mobil Merci abu-abu milik Evan memasuki pekarangan rumah.

Raysa langsung mematikkan keran air dan masuk ke dalam rumah. Melihat Evan yang turun dari mobil sambil tersenyum tanpa merasa bersalah membuat Raysa sebal.

Senyuman Evan begitu melihat wajah Raysa langsung memudar. Saat melihat Raysa membuang muka dan langsung masuk ke dalam rumah. Tanpa pikir panjang Evan langsung ikut masuk ke dalam rumah cinta mereka berdua.

"Raysa?" Panggil Evan. "Sa, kamu dimana?"

Saat Evan mau berjalan ke dapur mencari Raysa, ia malah melihat Raysa turun dari tangga yang sudah menenteng tas tangan dan memakai baju yang rapi. Terlihat hendak keluar rumah.

"Kamu mau kemana?" Tanya Evan dengan heran.

Raysa hanya diam, tidak menatap mata Evan dan menuruni tangga lalu berjalan kearah pintu keluar.

"Sa," Evan mencekal pergelangan tangan Raysa. "Kamu mau kemana?"

"Lepasin!" Raysa memberontak, mencoba melepaskan tangannya. Badannya masih memunggungi Evan.

Evan mulai merasa ada yang tidak beres dengan Raysa.

"Kamu mau kemana?" Tanya Evan lagi. Nada suaranya melembut. Evan tau, Raysa tidak bisa dikasari.

"Aku mau ke supermarket." Raysa menjawab dengan ketus.

"Aku antar ya?"

"Aku mau naik mobil sendiri."

Evan menghela nafas, "Raysa,"

Evan kemudian membalikkan badan Raysa. Membuat mereka saling berhadapan.

Raysa menundukkan wajahnya, menggigit bibir bawahnya untuk menahan isakannya. Air mata Raysa sudah membasahi pipinya dan sekarang, Evan merasa bersalah. Tanpa berkata apa-apa, Evan menarik Raysa kedalam pelukannya.

Begitu Raysa dalam dekapan Evan, wanita itu sudah tidak bisa membendung tangisnya lagi.

"Kamu jahat Van!" Raysa memukul dada Evan dengan keras.

"Kamu bahkan enggak ngabarin aku selama dua hari!" Raysa memukulnya lagi.

"Apa susahnya cuma telpon aku? Aku cuma butuh tiga puluh detik buat dengar suara kamu di telepon," Raysa terisak. Tangannya masih memukul Evan. "Kamu nggak tahu selama dua hari ini aku gak bisa tidur karena nunggu kabar dari kamu. Aku... aku cuma khawatir sama kamu!"

Evan bahkan tidak peduli lagi dengan rasa sakit di badannya saat Raysa terus memukulinya, hati Evan lebih sakit, melihat Raysa menangis seperti ini.

"Apa aku udah gak penting lagi buat kamu? Apa kamu sudah gak cinta sama aku karena aku gak bisa kasih kamu anak? Apa aku-"

"SUDAH, SA!"

Mata Raysa yang berair menatap Evan dengan pandangan tidak percaya. Evan membentaknya.

"Kalau kamu udah nggak anggap aku sebagai istri, kamu bisa ceraikan aku sekarang juga! Aku bahkan sudah ngerasa enggak bisa bikin kamu bahagia tanpa memberi kamu anak yang kamu harapkan!" Raysa ganti berteriak.

I Love Your HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang