12. Perceraian

41.5K 1.5K 221
                                    

Ruangan ini begitu hening, hanya suara hujan yang deras dan suara goresan pena yang terdengar. Raysa menunduk dalam, meresapi keheningan yang ada. Ia menautkan kedua tangannya dalam satu kepalan, hilang sudah semua harapan yang ia punya.

"Kamu yakin mau langsung menggugat cerai dia?"

Raysa mendongak, menatap lelaki dengan kemeja putih dihadapannya yang sedang menatapnya sendu.

"Aku sudah enggak punya harapan apa-apa lagi, Ren." Raysa tersenyum miris, ia masih berusaha tersenyum. Tersenyum dengan nasibnya yang begitu mengenaskan seperti ini.

Reno diam, ia memijat pelipisnya untuk merilekskan otot-otot kepalanya, ia begitu emosi sekarang. Ia menatap Raysa sekali lagi, yang lagi-lagi menunduk dan melamun.

Mereka sedang berada dirumah Reno, tepatnya diruang kerja Reno. Raysa tadi tiba-tiba menghubunginya dan ingin bertemu Reno.

Reno yang tidak tahu apa-apa hanya membiarkan Raysa datang kerumahnya dan tanpa disangka-sangka kalau Raysa memintanya menjadi pengacara untuk perceraiannya dengan Evan.

Dan setelah itu, cerita demi cerita terucap mengalir begitu saja dari mulut Raysa.

Raysa, wanita itu datang kerumah Reno dengan wajah yang sayu dan berusaha tegar dan tersenyum. Reno bisa melihat sebuah ketakutan, keterpurukan dan kesedihan dimata Raysa.

Tapi wanita yang duduk dihadapannya berusaha untuk tegar. Bahkan saat tersenyum pun bola matanya bergetar tanda ketakutan dan suaranya terputus-putus saat bercerita tentang semuanya.

Reno juga lelaki dan dia belum menikah karena perceraian yang telah terjadi antara dirinya dan mantan istrinya dulu. Reno pernah merasakan perceraian, tapi bukan Reno yang berulah, melainkan istrinya yang meninggalkan Reno bersama lelaki lain. Tapi sebagai lelaki, dia tidak akan melakukan tindakan bodoh seperti yang dilakukan Evan.

Sebejat apapun dirinya, melukai seorang istri yang seperti Raysa adalah tindakan paling bodoh. Apalagi mengkhianati istrinya dengan cara berselingkuh dengan sahabat Evan sendiri, wanita yang pernah didekati Reno, yaitu Abella.

Dan ternyata anak yang Abella kandung adalah anak Evan, teman Reno semasa kuliah.

"Rumit sekali," gumam Reno.

Dirinya tersenyum kecil dan Raysa hanya bergeming.

Walau sorot mata yang diberikan Raysa menyedihkan dan suara yang bergetar setiap wanita itu berbicara, tapi Reno tidak melihat Raysa yang meneteskan airmatanya.

Wanita ini, Batin Reno frustasi.

"Menangis saja kalau mau menangis,"

"Aku sudah lelah menangis." Senyum getir itu lagi yang muncul dalam wajah Raysa, bukan senyum sederhana yang menenangka seperti dulu. Evan telah menyakitinya terlalu dalam.

"Raysa, sebuah pernikahan ini bukan suatu hal mudah untuk menyudahinya begitu saja. Ini pernikahanmu, melibatkan banyak keluarga dan orang yang kamu sayangi, pernikahan yang telah kalian bangun tiga tahun ini, bahkan mau empat tahun. Kamu masih dalam emosi, tenangkan diri dulu dan baru tentukan keputusanmu."

"Tapi Evan dengan mudah berselingkuh dan akhirnya mempunyai anak." Raysa menghela napas.

"Keputusanku sudah bulat, Ren. Aku sudah tidak bisa bersama Evan lagi. Orang yang aku sayangi sudah mengkhianatiku. Dari mama Evan, Evan, sampai Abella. Sudah tidak ada lagi orang yang benar-benar menyayangiku. Aku ini penyakitan, Ren. Hidupku sudah enggak lama lagi, aku enggak bisa punya anak, aku hidup dengan monoton, lalu untuk apa orang mencintai aku? Lagipula aku sudah tidak bisa memberikan apapun lagi untuk mereka, sampai mereka mengkhianatiku."

I Love Your HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang