Evan berada di sisi kanan kasur, sedangkan Abella berada di sisi kasur. Keduanya masih duduk di pinggiran kasur, dengan penerang lampu tidur remang-remang di kamar Abel. Bahkan Evan bisa sedikit rileks karena mencium aroma vanilla dari lilin aromatherapy yang dinyalakan oleh Abel.
Abel mulai melepas kancing-kancing kemeja putihnya, kemudian ia melihat Evan yang melepas satu persatu kancing kemeja nya. Tetapi kemudian gerakannya terhenti, tatapan mata Evan kosong lalu Evan mulai menunduk sambil menutupi kedua mukanya.
Abella kembali mengaitkan satu persatu kancingnya, tidak jadi melepaskannya. "Mungkin kita bisa tunda dulu sampai kamu siap, Van."
Evan menengok kearah Abella. Kemudian Evan melangkah mendekati Abella yang sedang berdiri dan sekarang saling berhadapan dengan Evan.
Sebelum Evan mendorong serta menindih Abel ke ranjang, Abel sempat mendengar gumaman Evan; maafkan aku, Raysa.
Abella terkesiap begitu Evan langsung mendorong serta menindih Abel diatas kasur. Bibir Evan mulai melumat bibir Abella, awalnya benar-benar ciuman yang lembut, sampai Evan memasukkan lidahnya ke mulut Abel. Ciuman yang lembut menjadi lumatan-lumatan kasar, menuntut, dan panas.
Sentuhan dan kecupan dirasakan Abella dalam setiap inci kulitnya. Membakar gairahnya dan menikmati setiap kepuasan tiada tara untuk pertama kalinya.
Evan. Yang pertama kali untuknya.
"Terimakasih, Abella." lirih Evan.
Tetapi tak ada jawaban dari Abella. Evan memutuskan untuk menarik selimut untuk menutupi kedua tubuh polos mereka. Dan memilih untuk terlelap, walaupun sekarang pikirannya benar-benar penuh. Ia memikirkan Raysa, dan bagaimana kalau Raysa tahu tentang ini semua.
Lalu Abel masih memunggungi Evan. Sebenarnya ia kira Evan akan tidur sambil memeluknya, ternyata tidak.
Disaat Abel melakukan pergulatan cinta ini dengan perasaan cinta yang sesungguhnya, ternyata Evan tetap tidak. Mungkin saat melakukannya tadi. Evan hanya menganggap kalau Abella itu adalah Raysa.
"Patah hati adalah ketika aku kira perasaanmu sama cintanya dengan perasaanku, ternyata itu salah. dan itu hanya ada dalam angan pikiranku."
***
Begitu Abel bangun dari tidurnya, ia merasakan susah bergerak. Kemudian ia sadar, ia tertidur dengan posisi Evan yang sedang memeluknya. Abel mengernyit, sudah dari kapan ia dan Evan tidur dengan posisi seperti ini?
Abel kemudian bergerak ingin turun dari tempat tidur, namun gerakannya terhenti kala tangan Evan malah mengeratkan pelukannya.
"Mau kemana sih?" Suara serak Evan membuat Abel hanya diam. "Jangan kemana-mana, biarin aku peluk kamu dulu." Abel yakin Evan pasti belum sepenuhnya terbangun dan mengira kalau Abella adalah Raysa.
"Aku mau mandi," Abel tetap berusaha melepaskan diri dari pelukan Evan. Tetapi Evan malah menciumi punggung Abel.
Abella mengigit bibir bawahnya, menahan desahan keluar dari mulutnya. Evan masih menciumi punggung Abel lalu ganti mencumbu leher Abel, kemudian tangannya yang memeluk tubuh Abel.
"Evan, ini aku Abel, bukan Raysa." Begitu ucapan itu keluar, Evan langsung menjauhkan diri dari Abel.
Melihat tingkah laku Evan tadi, malah membuat hati Abel semakin nyeri. Jadi, ia melakukan itu semua dengan tidak sadar?
Ah, Abella terlalu banyak berharap tadi malam.
"Aku mau mandi dulu," Abella duduk memungguni Evan, kemudian menunduk untuk mengambil pakaian apapun yang ada di dekatnya. Ia mengambil kemeja yang tadi malam Evan pakai.
Evan memperhatikan Abella yang sedang memakai kemejanya. Evan masih diam saja tidak berkata-kata saat tadi tanpa sadar ia mencumbu Abel dan mengira Abel adalah Raysa. Bagaimana ini bisa terjadi?
Evan menghela napas sambil masih memperhatikan punggung Abel, kejadian tadi malam membuat tubuh Evan sedikit rileks dan tidak bangun dengan kepala berdenyut seperti pagi hari biasanya. Entah mengapa ia merasa nyaman pagi ini, walau biasanya ia disambut ucapan selamat pagi oleh Raysa.
Saat Abella berdiri, ia merasa perih kembali di selangkangannya dan pahanya terasa kebas.
"Kamu bisa jalan, Bel?" Abella mendengar suara Evan yang sepertinya ada nada khawatir di dalamnya.
Abella masih diam, malas berbicara dengan Evan.
Karena ucapannya tidak di respon, Evan kemudian menghampiri Abel lalu menggendongnya ala bridal style ke kamar mandi.
Abel m emekik saat Evan menggendongnya tiba-tiba ke dalam kamar mandi, tapi saat Abel ingin protes, Evan sudah lebih dulu membungkamnya dengan ciuman, membuat Abella kembali terbuai, mengalungkan tangannya pada leher Evan, dan akan menuruti apa yang Evan inginkan nanti di kamar mandi.
***
Evan memutuskan berangkat siang ke kantor dan Abella memutuskan izin mendadak dengan alasan sakit dan absen untuk berangkat ke kantor.
Jam menunjukkan pukul Sembilan pagi, Evan dan Abel melanjutkan pergelutan panas mereka kembali di ranjang setelah mandi.
Abel berada di atas tubuh Evan yang terlentang, Abel mulai mencumbu leher Evan.
"Bel, jangan tinggalkan kissmark, nanti Raysa bisa tahu."
Abel mendesah malas, ia akhirnya hanya mengecup leher Evan.
Abel kemudian menarik kepalanya untuk melihat Evan, Evan sudah mulai lelah dan Abel memutuskan untuk selesai.
Tapi sebelum Abel berbicara untuk menyudahi kegiatan mereka berdua, ponsel Evan berbunyi, membuat Evan dengan malas meraih ponselnya di nakas. Lalu tersenyum begitu melihat siapa yang menghubunginya.
Evan melihat Abel yang sedang menatapnya dengan tatapan bertanya, "Raysa telepon. Aku mau angkat dulu. "
Entah ada apa, tapi tiba-tiba Abel merasa sedikit cemburu dan kesal. Sebelum Evan menggerakan jarinya untuk men-slide layar dan menerima telepon Raysa, Abel mencium bibir Evan dengan panas dan menuntut
Evan tersentak kala Abel langsung menciumnya dan tanpa aba-aba langsung membuat. Evan mengerang, ia menjatuhkan ponselnya begitu saja.
Ponsel Evan masih berdering di lantai, tetapi di hiraukan oleh Evan karena Abel entah kenapa menjadi semangat memimpin kegiatan mereka berdua.
Kepala Abel langsung pening, seharusnya tadi ia membiarkan Evan mengangkat telpon dari Raysa. Abel tidak boleh sseperti ini lagi, tapi entah kenapa tadi Abel benar-benar kesal.
Ingat Bel, Evan bukan milikmu. Evan suami Raysa, sahabatmu sendiri. Batin Abel sambil memejamkan matanya.
Raysa, aku juga mencintai suamimu. Bolehkah menjadi milikku? Ah, pasti tidak boleh ya?
---
Regards,
A
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love Your Husband
Romance-My first story in wattpad- "Sudah berapa kali aku bilang, bahwa Raysa beruntung punya suami seperti kamu." -Abella Evan tentu menjadi lelaki paling bahagia saat menikah dengan wanita yang benar-benar di cintai nya. Tapi saat wanita yang menjadi i...