BAB 4 - Driver

173 5 0
                                    

Mungkin belum saatnya aku jatuh cinta, mendapatkan sesorang untuk berbagi. Aku rasa tak semudah itu untuk menemukan seseorang yang klik.. seorang Matius yang lain. Semakin lama aku semakin meratapi kesendirianku, aku baru ingat setiap weekend aku hanya menghabiskan waktuku di salon, sesekali hang out bersama teman kantor yang LDR dengan suaminya atau teman lama dari kuliah yang kebetulan mampir karena ia dalam perjalanan mendatangi suaminya. Aku bahkan tidak ingat lagi setelah Matius, pria lain mana yang datang menjemputku atau mengantarku... Ummm selain pak Jat, supir kantor kami. Bahkan aku merasakan benar-benar kesepian malam ini, aku terlalu asyik dan bangga dengan move on ku sehingga aku melupakan kebutuhanku, kebutuhan untuk dilindungi, dicintai, di istimewakan, dimanja dan segala sesuatu yang aku butuhkan sebagai seorang wanita dewasa. Aku merasa sangat merana, dan aku yakin jika Matius melihatku malam ini, ia akan segera memelukku dengan tangannya yang kekar, membelai punggungku dengan lembut. Tapi sekarang, bisa saja janda itu yang sedang menikmati pelukan hangat Matius, ohhh... dadaku merasa sesak dan panas. Aku berusaha menepis bayangan itu dan memikirkan hal lain yang membuatku tertidur.

Keesokan harinya, aku bangun lebih cepat. Ini masih jam lima tiga puluh. Mungkin karena aku juga tidur terlalu cepat. Aku menggeliat hingga kakiku kram aku bangkit dari kasurku dan mulai memijat kakiku sambil menahan sakit. Lima menit kemudian otot kram ku sudah mengendur. Aku mengecek ponselku dan membalas beberapa chat dan pesan di sosial mediaku. Kemudian aku memutuskan untuk langsung mandi meskipun ini masih terlalu pagi.

Aku mengenakan dress simpel warna putih tulang, di bagian pinggangku ada list ban pinggang warna pastel yang serasi. Kemudian aku membubuhkan sedikit make up tipis di wajah ovalku. Aku menyisir rambut ikalku yang masih lembut karena keramas semalam. Aku ingin sesuatu yang berbeda hari ini, aku menambahkan bando manik-manik mutiara untuk menyempurnakan penampilanku dan rasanya wajahku tampak berbeda. Aku melihat jam dinding di kamar tidurku, ini masih jam 6.45 well.. masih sangat pagi untuk pergi ke kantor, jadi aku memutuskan untuk membuat secangkir teh dan membawanya keluar ke garasi. Aku teringat dengan pesan Dandy, untuk memanaskan mesin motorku sebelum aku mengendarainya. Aku menyeruput teh tawarku dan meletakkannya di meja teras. Aku memutar kunci motorku dan memutarnya ke posisi ON, aku hampir lupa untuk menarik standart tengah. Setelahnya aku menekan tombol starter dan menekan rem tangan di stang yang sama.

" pppppfffffff " Suara motorku, aku mencobanya sekali lagi... tapi tetap tidak bisa. Oh tidak! Aku berusaha menggenjot pedal starter manual, aku mulai berkeringat, aku mencobanya lagi, menyingkap dress kerjaku dan mulai berpikir apa yang aku lakukan ini konyol. Dan aku menyerah. Aku meraih ponselku dan mulai berpikir. Entahlah aku bisa saja memesan ojek online atau meminta bantuan Pak Jat untuk menjemputku, tapi yang kulakukan adalah menekan nomor Dandy.

" Hai.. pagi.. " Sapa Dandy
" Ha-hai pagi Dan.." Balasku terbata.
" Apa semua baik-baik saja?"
" Dandy, motorku tidak bisa nyala" Ungkapku tanpa ragu.
" Kamu dimana? Aku bisa kesana "
" Aku akan sent location" Aku menutup telepon setelah Dandy bilang Oke.

Aku mengirimkan lokasi rumahku melalui aplikasi map di chat kami. Lalu aku segera membereskan kekacauanku, aku merapikan rambutku, memastikan make up ku tidak berantakan dan membenarkan dressku kembali ke semula. Aku meminum teh tawarku lagi dan mondar mandir gugup menunggu Dandy. Setelah lima menit berlalu aku mendengar suara motor berhenti di depan pintu pagarku. Aku bergegas memeriksa siapa yang datang, Dandy datang lebih cepat dari yang aku duga. Aku membuka pintu garasi agar ia bisa masuk, Ia memakai jaket kulit hitam, celana kerja skinny, helm fullface dan sepatu pantofel playboy. Ia terlihat.. gagah dan wangi.

" Hai.." Sapanya.
" Hai.. ,maaf merepotkanmu.. " Aku tidak enak.
" Tidak masalah, tapi ini sudah hampir jam kantor.. kita bisa berangkat bersama, akan kulihat motormu nanti setelah pulang kantor.. bagaimana?" Tawarnya.
" Oh.. oke, tunggu sebentar" Aku berlari buru-buru masuk ke dalam rumah, mengambil tas kerja,memasukan ponsel, memakai helm dan melilitkan selendang pantai di sekitar pahaku agar kakiku tidak terumbar kemana-mana ketika kami berkendara.

Dandy mengendarai motor sport, warna merah. Aku harus sedikit berpikir cara untuk menaiki motor sport ini karena cukup tinggi, aku memakai dress dan karena sebelumnya aku belum pernah membonceng motor.

" Aku akan membantumu " Dandy terlihat bersimpati. Aku hanya mengangguk dan tidak tahu apa yang akan ia lakukan untuk membantuku

" Maaf,.. permisi ya " Ijin Dandy, lalu meletakkan kedua tangannya di pinggang teratasku dan mulai mengangkatku dengan entengnya dan mendudukkan aku di bagian ujung tempat duduk motor, aku tersentak kaget dan sedikit malu, membayangkan betapa beratnya tubuhku, tapi sepertinya Dandy tidak mempermasalahkan berat badanku. Sambil menjaga keseimbangan motor, Dandy menyusulku duduk di motor. Aku masih membisu, aku tidak tahu harus berkata apa.

" Kau siap? " Tanya Dandy.
" Emm iya.." Jawabku kikuk.

Dandy memacu motornya kencang tapi tetap hati-hati. Rasanya naik motor seperti ini membuatku pegal karena aku belum terbiasa membonceng. Pahaku terasa kram. Sesampainya di kantor, Dandy memberhentikan aku di depan pintu gedung kantor kami, disana ada undakan sehingga mempermudahkan aku untuk turun dari motor.

" Kau duluan saja, aku akan membawa helm-mu " Ia mengulurkan tangannya untuk menerima helm dariku.

" Oh.. oke " Aku masih grogi dengan perlakuan Dandy.

Aku buru-buru menuju ruanganku. Aku merapihkan rambutku dan memperbaiki make up ku, sambil mencerna dan mengingat bagaimana Dandy membopongku naik ke jok motor sport-nya, menurunkan aku tepat di undakan dan mengurus helm ku ke parkiran, sebelumnya aku tidak ingat ada teman pria ku yang sebaik dan.... semanis Dandy. Atau biar ku pikir lagi, aku terlalu sibuk untuk move on dan lupa perlakuan mereka.

Adegan Dandy menaikkan aku ke motor masih berkeliaran di kepalaku, dan membuat pipiku memanas. Aku menyadarkan diri bahwa itu tidak berarti apa-apa. Dia temanku, dan aku teman pertamanya meskipun sekarang Dandy sudah memiliki kawanan. Tapi... seharusnya ia tak perlu sampai begitu kepadaku. Itu membuatku tidak nyaman, atau mungkin ia memang baik kepada semua orang? Kurasa begitu.

*********************

Ini sudah jam makan siang, aku sangat malas sekali keluar kantor. Cuaca di luar sangat panas. Aku memutuskan untuk memesan McDonald setengah jam yang lalu sebelum jam istirahat. Ini jauh lebih nikmat, tak perlu buru-buru makan, aku bisa menikmati kentang gorengku sambil duduk santai di sofaku. Ponselku berbunyi, aku memeriksanya.

*Kamu makan apa? *
*McDelivery* balasku kilat.
*Hmmm nyummmy, aku mau ke Pastry mau titip sesuatu?*
*Nggak usah, thanks :* *

Aku merasa sedikit kecewa dengan kenyataan bahwa bukan Dandy yang mengirimiku pesan. Tapi kenapa? Oh Tuhan..dia hanya teman.

*****************************************
BAB 5 coming soon yaaa....  semoga kalian menikmati yaa 😁

JEMBATAN CINTA TERLARANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang