BAB 8 - Hangat

169 6 1
                                    

Dandy mengantarku ke kamarku, ia membawakan lilin besar, meletakannya di meja tolet ku.

" Aku tunggu di luar " Katanya pelan, berlalu dan menutup pintu kamar. Aku sedikit merasa terksesan dengan sikap gentleman nya. Aku buru-buru membuka laci pakaian dalamku dan memakainya secepat aku bisa.

Listrik menyala ketika aku hendak memutar handle pintu kamarku. Aku membuang nafas lega karenanya. Dandy bersandar di dinding di samping pintu kamarku. Aku bisa melihat wajahnya yang tampan. Aku baru menyadarinya kalau dia tampan. Dandy diam memandangiku.

" Bisakah kau sekaligus mengganti, bajumu? " Pinta Dandy tanpa memangdangku. Aku merasa sedikit malu dengan permintaannya. Bodoh sekali, well kebodohan berikutnya, tapi jelas aku tidak sengaja lagi! Aku langsung masuk kamar lagi tanpa merespon permintaannya. Wajahku terasa panas dan mendadak aku gerah. Aku membuka lemari pakaian, mengambil t-shirt dan celana pendek berbahan katun. Ini cukup baik, cukup sopan, kurasa. Aku keluar lagi dengan perasaan sedikit ragu dan malu.

" Maaf Kat, apa kau marah?" Tanya Dandy, memandangiku penuh kecemasan tapi tidak ada penyesalan disana.

" Tidak, terimakasih sudah memperingatkan.. aku benar-benar--"

" Sepertinya tempenya akan hancur karena terlalu lama berendam di tepung " Potong Dandy mengalihkan pembicaraan konyol ini, aku lega lagi.

" Ohhh... aku kelaparan " Entah bagaimana kedengarannya, aku langsung bergegas ke dapur untuk menyelesaikan pekerjaan memasakku. Dandy mengikutiku, dan langsung menuju konter dan mulai menuangkan gula dan teh celup ke dalam mug.

Kami makan dalam keheningan, jujur saja aku benar-benar kikuk menyikapi pertemanan kami yang profesional. Kami berciuman, berpelukan dan merasakan getaran listrik dan genderang jantung kami. Tapi disini, kami adalah orang asing yang baru mengenal selama dua hari. Aku mencuri pandang ke arah Dandy yang sedang mengunyah sosis di hadapanku. Ia terlihat ragu untuk menikmati makanannya, bibirnya tidak semerah biasanya, bibirnya terlihat pucat. Aku tidak tahu, dia sakit, gugup atau apapun yang ia rasakan. Aku ingin tahu, tapi terlalu takut atau tidak enak,atau mungkin terlalu gengsi untuk menanyakannya.

" Terimakasih makan malamnya... " Gumam Dandy.

" Aku tidak bisa masak, berterimakasihlah kepada tepung bumbu.. " Aku hanya ingin mengubah keadaan. Senyumnya mulai menghiasi wajahnya, ia menggelengkan kepalanya.

" Terimakasih teh panasnya.. " Aku membalas senyumnya.

Kami memakan makanan kami sampai habis, Dandy membantuku mencuci piring. Kami kembali ke ruang TV, hujan masih sangat lebat. Kami memilih-milih acara TV yang sangat membosankan.

" Kat.. " Aku berpaling dari TV layar datar
" Iya? " Dandy memandangiku, seolah ia takut salah bicara.

" Aku tidak tahu cara memilih kata yang tepat, tapi... aku hanya ingin kau tahu, aku tidak bohong atau menginginkan sesuatu yang sesaat seperti yang kau pikirkan. " Ia terus menatapku. Ekspresinya serius, tegang dan tegas.

Aku tidak bisa mendeteksi kebohongan atau kebenaran yang berlangsung. Aku memaksa otakku untuk berpikir, apa juga yang bisa kukatakan, atau kuminta darinya? Nyatanya Dandy tidak melakukan hal buruk padaku, kami hanya berciuman, apa itu buruk? Semua orang dewasa memiliki hubungan bahkan hubungan yang seharusnya tidak boleh menurut versi manusia, hakim yang kejam. Bahkan lebih kejam daripada Tuhan. Mungkin yang kumaksud adalah Bu Vivi dan kekasihnya, kekasihnya yang sudah beristri, atau Soraya yang dungu karena korban film, apa mereka salah?

" Lalu sebaiknya bagaimana? " Aku melemparkannya kembali padanya. Aku bahkan tidak tahu apa yang besok akan terjadi setelah malam ini, aku tidak pernah merasa tidak nyaman di kantor karena hubungan dengan siapapun, aku juga tidak mencium teman sekantor.

" Apa kau mau memulai sesuatu denganku? Aku tidak berani menemuimu besok dengan perasaan seperti ini.. " Bibirnya memucat lagi, aku menduga ia gugup.

" Berpacaran maksudmu? " Semoga aku tidak mengulang kebodohan lagi. Dandy mengangguk ragu. Entah bagaimana cowok itu bisa seberani dan seyakin ini memintaku jadi pacarnya. Kami baru dua hari berteman, aku tidak tahu siapa dia, aku juga belum mengenal bagaimana dia sebenarnya, aku bahkan tidak tahu darimana dia berasal, tapi semua ketidak-tahuanku membuatku gila, membuatku tidak percaya sekarang ini aku merasakan getaran, sensasi dan perasaan aneh yang membuatku nyaman, oh tidak!!! Tidak mungkin, aku tidak tahu... Tidak akan pernah masuk akal, aku baru dua hari mengenalnya! Fuck
Dandy berdehem, membuyarkan apapun dikepalaku.

"Aku tahu ini bodoh Kat, kau tak perlu menjawabnya... " Ujarnya tenang.

Aku menoleh melihat wajahnya, pori-porinya cukup besar, kumis halusnya menghiasi bibirnya yang padat. Dia sangat mempesona. Kepalaku terasa betputar, otakku sedang mencari akalku yang entah berada dimana... Aku sungguh tak bisa mengakuinya... Tapi aku ingin, aku menutup wajahku dengan kedua telapak tanganku.

" Maafkan aku Kat.. " Dandy mengelus kepalaku, rasanya teramat nyaman, aku menyukainya. Aku berbalik dan memeluk Dandy dengan lebih erat, aku tidak peduli bagaimana kelihatannya, tapi aku merasakan ada hal yang begitu istimewa yang terjadi pada kami. Dandy membalas pelukanku, ia mengelus kepalaku, punggungku... Aku merasa aman dan damai. Jangan pernah lepaskan.

" Ayo kita jalani apa yang kita miliki sekarang " gumamku, Dandy merenggangkan pelukannya berusaha menjauhkan tubuh kami.

" No... Please.. No.." Aku merengek dan mengeratkan pelukanku, aku merasakan senyumannya mengembang di balik leherku.

************************************
Hi guys...long time no see....
Maaf terlalu lama tidak update.. Sedang krisis hati karena banyak pikiran, jadi imajinasi tergangu 😁😁

Hope you guys enjoy!!!
God bless you guys 😘😘

JEMBATAN CINTA TERLARANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang