3. Ragu

136 27 10
                                    

Semenit, lima menit, sepuluh menit, Vania masih duduk disana. Berusaha keras memikirkan apa yang membuat Deva menjadi dingin seperti itu.

"Vania," panggil Rafi yang membuat Vania tersadar dari lamunannya.

"Eh iya kak,"

"Buruan kedepan ya, lo udah ditunggu,"

"Kak," panggil Vania ragu-ragu.

"Iya, Van?"

"Kak Rafi kenal sama Kak Deva?" aneh rasanya jika Vania harus memanggil Deva dengan embel embel 'kak'

"Si Boss temen sekelas gue Van,"
Hening. Tidak ada yang bersuara lagi. Vania menundukan kepala, memainkan jemarinya. Tidak tau kepada siapa dia akan bertanya tentang perubahan Deva. Deva sewaktu SMP adalah Deva yang tertutup dan pendiam. Bahkan ia hanya memiliki 2 sahabat, Vania dan Vino.

"Si Boss suka curhat curhat sih tentang-" Rafi berhenti berbicara, kemudian mengedarkan pandangan ketempat lain.

"Tentang apa?"

"Yah banyak hal sih. Tentang dia suka-" lagi lagi Rafi tiba tiba berhenti berbicara. Seolah apabila dia melanjutkannya akan fatal akibatnya. Rafi mengutuk dirinya sendiri. Rafi yang biasanya ceplas-ceplos kali ini harus lebih banyak diam, entah apa yang disembunyikan Rafi.

"Tentang dia suka film horror, main games, ngegym, olahraga, koleksi robot. Ya si Boss emang banyak ngomong. Tapi baik banget gila, setiap hari dia traktir gue makan." jelas Rafi panjang lebar, lalu Vania hanya mengangguk dengan raut wajah sedih. Semua penjelasan Rafi sama sekali bukan Deva yang Vania kenal dulu.

Sejak kapan Deva suka horror? Padahal dulu ia sangat penakut.
Sejak kapan Deva suka main games? Padahal dulu ia enggan menghabiskan waktunya untuk hal yang tidak penting.
Sejak kapan Deva suka ngegym dan olahraga?
Padahal dulu Deva sama sekali tidak menyukai apapun tentang olahraga. Jangankan bermain futsal atau basket, Laripun Deva tidak bisa dan selalu berada diposisi terakhir.
Sejak kapan Deva mengoleksi robot?
Hal yang hanya membuang buang uang dan paling anti dilakukan Deva.

⏳⌛️⏳

Vania duduk dikelompoknya. Tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Ia melamun. Tatapannya kosong. Terbesit pertanyaan dibenak Vania 'Apakah Deva benar benar Deva sahabatnya yang dulu?"

"Lo tau gak sih temen sekelas kita yang culun itu? Deva,"

Ditengah-tengah lamunan Vania, terdengar suara gadis sedang berbicara dan menyebut nama 'Deva' ?

"Siapa?" Jawab teman gadis itu

"Ituloh yang ikut olimpiade. Yang setiap keluar main cuma belajar dalam kelas karna gak punya temen,"

Tidak terima dengan perkataan itu, Vania menoleh dan menatap tajam kepada mereka. Mereka pasti membicarakan Deva sahabatnya. Andai saja saat ini Vania bukan siswi baru dan juga saat ini Vania tidak sedang MOS, maka sudah dipastikan Vania akan menjambak rambut keduanya.

'Deva punya gue dan Vino. Dia gak sendiri' batin Vania menenangkan dirinya.

"Inget gak sih Devariza Martadinata?" tanya gadis yang memulai percakapan itu dan yang satunya mulai berfikir keras sambil mengetuk-ngetuk keningnya.

Let Me KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang