"Kamu berapa hari ikutan acara, apa tadi namanya?" Tanya Alya, sang Mama, yang ikut membantu membereskan keperluan Disa untuk kemah.
"Kemah, Ma... cuma 4 hari 3 malem kok." Jawab Disa. Tangannya meraih handuk kecil lalu memasukkannya kedalam tas.
"Jauh nggak sih tempatnya? Terus yang ikut nanti berapa orang? Nanti kalo misalnya kamu nggak kepantahu sama senior kamu terus kamu kesasar gimana?" Ujar Alya dengan ekspresi panik.
"Atau kamu ketinggalan dihutan terus ketemu sama hewan buas gitu, terus nggak ada yang tahu gimana? Na-"
"Ih, Mama, plis deh. Mikirnya gitu amat. Emangnya mau anak gadisnya beneran kayak gitu?!" Sewot Disa memotong ocehan Alya yang mulai terdengar berlebihan.
"Ya kan Mama khawatir, sayang.." bela Alya dengan cengiran khasnya saat melihat raut kesal anaknya barusan. Setahu Disa, Mamanya ini memang jahil.
Lalu Disa mencibir sekilas dan kembali sibuk memasukkan baju juga beberapa pakaian dalam kedalam tas ransel berukuran sedang.
"Lagian, Ma, aku nginepnya juga kan di villa. Dan villanya juga masih agak deket sama pemukiman warga kok." Kata Disa santai.
"Lah? Itu sih bukan kemah dong? Kemah kan biasanya tidur ditenda terus agak didalam hutan gitu. Gimana sih?" Gantian Alya yang sewot. Dia kira anaknya akan sungguhan tidur ditengah hutan. Hampir saja dia meminta Disa untuk tidak mengikuti kegiatan tersebut.
"Ah nggak juga. Mau tidur ditenda atau villa kan sama aja, yang penting judulnya kemah." Balas Disa yang diakhiri tawa pelan.
"Dasar.. eh, kamu jangan lupa bawa lotion anti nyamuk ya? Terus itu jaketnya bawa yang tebel, nah disana jangan lupa banyak-banyak minum teh hangat, biar nggak kedinginan. Yah pokoknya ngapain lah gitu biar nggak kedinginan. Kamu kan aneh orangnya, alergi udara dingin." pesan Alya panjang lebar.
"Check. Udah semua kok, Ma. Udah lengkap disini nih." Katanya seraya menepuk pelan tas ranselnya.
"Yaudah Mama tidur dulu ya." Pamit Alya mencium kening Disa sebelum beranjak menuju kamarnya dilantai satu.
Selepas kepergian Mamanya, Disa menghela napas pelan.
"Huufft.. besok dia ikut nggak ya? Semoga aja nggak." Gumamnya pelan, ia lalu merebahkan tubuhnya diatas ranjang dan mencoba memejamkan matanya.
***
Keesokkan harinya..
"Cek.. cek.. ekhem... halo? Kedengeran nggak sampe belakang?" Tanya si ketua panitia acara menggunakan toa yang dibawanya dari kampus.
"Denger, Kak..." sahut para peserta kemah dengan suara lantang yang kini sudah berbaris rapi dihalaman depan villa.
"Eh oncom. Ngapa lu pada ikutan baris disono? Lu kan juga panitia! Sini lu pada." Omelnya masih menggunakan toa pada teman-temannya yang malah terkikik geli dibarisan belakang.
"Kita kan memberi kesempatan buat pak ketua biar jadi center. Jarang-jarang kan lo jadi ketua panitia?" Kata Ika, sahabat perempuannya, berjalan menghampiri si ketua panitia yang terlihat masih menggerutu.
"Yaelah tanpa bantuan kalian, gue juga selalu jadi center kali ah. Biasa cogan mah selalu famous." Sahut Dimas si ketua panitia sambil menyibakkan poni lemparnya.
Ika memutar bola matanya jengah dan Didi mengernyit tipis begitu mendengar ucapan Dimas, sementara yang lainnya hanya menggeleng maklum melihat kelakuan tengil nan narsis Dimas lalu mulai mengambil tempat disamping kanan dan kiri Dimas.
Dimas mengedikkan bahunya acuh kemudian mengalihkan pandangannya dari teman-teman panitianya dan kembali fokus pada para juniornya yang kini diam, siap mendengarkan intruksinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DisAddict [TAMAT]
Romance[Sebagian Part Sudah Dihapus] Info lebih lengkap ada didalam. *** "Kamu makin cantik kalo lagi marah kayak gitu... bikin gemes." Bisik Abi, membuat Disa mencibir seraya menjauhkan wajah Abi dari bahunya. "Mau nggak?" tanya Abi lagi. "Mau apa?" tanya...