12

5.8K 176 1
                                    

Setelah kejadian 3 hari yang lalu, sebisa mungkin Melfia menghindari Langit. Ia juga sempat mundur untuk mendekati Langit karena ia memergoki Langit jalan dengan Elf.

Tidak bisa dipungkiri raut wajah Langit yang masih berharap dengan Elf sangat jelas.

Yaps, harus diakui Melfia patah hati untuk kedua kalinya.

Ia termaksud wanita yang sangat susah untuk jatuh cinta. Bukan tidak normal hanya saja susah. Melfia juga akan berteriak histeris saat melihat cogan. Tapi ia sangat susah untuk menaruh hatinya pada cogan yang sering ia jumpai.

Menghindari hal-hal buruk yang mungkin terjadi dari Elf, jika mereka berdua beneran pacaran dan Melfia dekat dengan Langit pasti akan menimbulkan salah paham yang tak pernah ia mau.

"Oke, pelajaran hari ini selesai." kata Langit akhirnya.

Setelah cuap-cuap didepan hampir 2 jam menjelaskan mata kuliahnya. Melfia langsung buru-buru membereskan bukunya, dan berpura-pura sedang menerima telfon yang mengharuskannya pergi segera.

"Iya-iya, gue otw sekarang tunggu aja."

percakapan terdengar panik seperti itu yang Langit dengar sebelum Melfia melewatinya. Langit terbengong melihat kelakuan Melfia. Sebelum salah satu mahasiswa membuyarkannya dan izin keluar.

Sudah seminggu memang sikap Melfia berubah, tidak pernah ada waktu untuknya atau sekedar datang kerumah bertemu mamanya. Langit menjawab pertanyaan mamanya dengan jawaban dusta.

"Melfia sibuk mah.."

"Lagi nyusun skripsi dia mah."

"Iya-iya Langit sampein ke Melfia-nya besok kalo ketemu."

"Nggak ketemu mah dikampus.. mungkin lusa atau pas ketemu Melfia aja nanti Langit sampein ya.."

Hanya janji palsu yang selalu Langit katakan, jika sang mama sudah mulai membahas Melfia. Se-sayang itu kah mamanya dengan Mahasiswa kurang ajarnya itu?

Elf, sudah seminggu yang lalu sejak kencan mendadaknya dengan Elf, ia sudah memutuskan untuk tidak berharap lagi.

Elf sempat mengajaknya balikan, namun entah ia salah makan atau memang otaknya sedang normal, Langit langsung menolak ajakan itu. Lega sudah rasanya.

Ia pun juga sedikit heran, Awal mula melihat Elf kembali ke Indonesia keinginan untuk bersama masih ada, dan saat mendengar penuturan sang mama dan menyukai Melfia ia langsung menjawab cepat dengan respon menolak ajakan itu.

Kesempatan datangnya bukan dua kali, melainkan berkali-kali. Tergantung bagaimana cara kita menanggapi kesempatan yang ada itu.




-----
Ranjang yang ditiduri Rico bergerak gelisah, mengharuskan ia bangun. Ia sudah hapal betul dengan kelakuan Al.

Kalau tidak ngidam pasti uring-uringan jika Rico tidak menciumnya saat tidur. Hormon ibu hamil yang sedikit buat Rico kesal dan lebih banyak pula ia tersenyum.

"Anak ayah mau apa jam segini hem? Pengen makan apa sayang?" Suara parau Rico sangat seksi menurut Al. Biarlah Rico suaminya yang sah. Masih dengan posisi tidur memeluk perutnya.

"Co, pengen makan roti cane." jawabnya.

Ia langsung bangkit dan Rico sudah bersiap sejak tadi. Ia ingin menjadi suami yang siaga untuk anaknya.

Apapun untuk Al dan calon anaknya. Buah cinta mereka. Rico berjalan mendekati kunci mobil yang terletak di nakas deket kotak make-up Al. Ia melihat jam. Pukul 12.30 lebih bagus, dari pada harus pukul 3 malam.

Because I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang