Setelah mengetahui hubungan Langit dengan Malka. Melfia kembali menjauhi Langit. Bukannya apa-apa, ia hanya tak ingin, antara Langit dan Malka ada konflik. Bagaimana pun juga mereka telah bersahabat lama. Ia juga tak mau mendapat cap 'piala bergilir' oleh mereka berdua.
"Terus lo ngejauhin Satria lagi?" Tanya Al. Melfia mengangguk, sejauh ini Al juga mengetahuinya, Rico juga.
"Kenapa?"
"Gue nggak mau cuma gara-gara gue, mereka berantem Al, lagian juga gue nggak mau dianggap piala bergilirnya mereka." Tidak bisa dipungkiri memang, hubungan Malka dan Langit kini memang renggang. Itu diketahui Alzzurah dari Rico. Lelaki itu yang selalu terbuka padanya. Setelah Langit bercerita dengan panjang lebar semuanya tentang wanita yang lagi dia kejar, ketika menyebut nama wanitanya, Malka langsung marah. Rico yang selalu menjadi penengah diantara keduanya juga tak dapat membantu banyak.
"Kan elo nggak tahu kalo Satria sama Malka sahabatan?" Al berusahaa menenangkan sahabatnya ini. "Dia juga nggak tau lo mantan nya Malka. Well, disini kalian sama-sama nggak tau. Jadi nggak sepenuhnya salah lo." lanjutnya menghibur.
"Tetep aja Al, gue ngerasa nggak enak. Gue yakin Malka sama Langit pasti konflik." Al mengambil anaknya dari box bayi untuk ia beri Asi.
"Yaa, gue juga nggak bisa ngebantu lo selain saran Fi." Jedanya. "Saran gue, lebih baik lo selesain semuanya sama Satria. Jangan jadi pengecut lah, setiap ada apa-apa lo menghindar." Melfia diam, memerhatikan Kia yang dengan lahapnya menyedot asi.
"Gue coba." Akhirnya.
"Good girl." puji Al. "Sayang lagi Fi, lo sama Satria udah ditengah jalan. Mau mundur juga nggak bakal ngerubah semuanya.."
"Lo jangan berfikir gue belum move on atau segala macam tentang Malka. Gue cuma males aja." Al tersenyum.
"Iya, gue tau...."
-----
"C'mon boy!! Mau sampe kapan kalian begini cuma gara-gara wanita?" Ujar Rico. Sangat susah untuk mengumpulkan dua manusia ini setelah kejadian itu. Baik Langit maupun Malka masih enggan untuk berbaikan. Namun, dilihat dari sikap Langit yang sedikit mengalah."Gue juga nggak mau kayak begini!" Cetus Malka.
"Lo berdua baikan mangkanya!!"
Langit masih bungkam.
"Masih terlalu sakit buat berdamai." Kata Malka.
"Gue bakal mundur." Ujar Langit tiba-tiba. "Tapi, kalo itu bisa buat kita seperti semula. Gue bakal mundur!" Ulangnya. Rico diam, Malka juga.
"Karena gue yakin semuanya nggak bakal seperti semula." Langit diam sebentar. "Gue bakal tetap bertahan demi Dia." Malka memandang Langit nanar.
"Segini aja cara pertemanan lo? Cuma gara-gara cewe lo milih kita pencar?" Cibirnya. "Bersaing lah secara sehat, bro!"
"Gue nggak habis fikir sama lo Ka!" Langit akhirnya menatap mata Malka yang sudah mengibarkan perang. "Lo sama Melfia putus udah lama. Lo sama dia juga udah nggak ada hubungan apa-apa lagi. Jadi apa hak lo ngelarang gue?" Rico masih diam melihat kedua sahabatnya, saling adu mulut. Tidak masalah, asalkan jangan adu jontos.
"Lo nggak berhak sama sekali atas Melfia." ulang Langit. "Kecuali, lo ada hubungan yang terikat sama dia, itu baru lo berhak marah sama gue."
"Gue selalu curhat sama lo tentang cewe yang gue tembak." Malka kembali bersuara. Langit kembali diam menyiapkan jawaban untuk membalas pertanyaan Malka.
"Elo nggak pernah nyebut nama cewek yang selalu lo ceritain. Mungkin, kalo dari awal lo kasih tau namanya, dan gue tau dia Melfia. Gue bakal narik diri di awal, Ka." Rico masih diam menatap kedua teman seperjuangannya semasa sekolah dulu. Ia berusaha netral. Tidak memihak sama sekali, jika ia mendukung salah satu dari mereka ia yakin konflik selanjutnya akan terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I Love You
RomanceBEBERAPA CERITA DIPRIVATE. Gadis yang menjadi jaminan perusahaan ayahnya yang secara halus Laki-laki itu tetap mencintainya dari masa sekolah sampai sekarang.