19

4.9K 153 0
                                    

"Qila, jangan nakal ya de, Bunda capek ngikutin kamu terus nak." Ucapnya memelas.

Namun anak perempuan 2 tahun itu tetap tidak perduli, mungkin ia juga tidak mengerti. Ia masih asik dengan permainan rubik di tangannya, yang ia sendiri juga tidak mengerti bagaimana cara bermain-nya. Mungkin ia Melihat warna-warni dari setiap kotak kecil di rubik tersebut mampu menarik perhatian bocah 2 tahun tersebut.

Sejak pagi tadi, sang ibu belum beristirahat. Sebab, ia harus menjalankan kewajibannya sebagai ibu dan istri.

"De Qilla, mam yaa de?"

Bocah 2 tahun itu hanya menggeleng, sambil membungkam mulut dengan kedua tangannya.

"Ndak."

Alzzurah, ibu dari 3 anak itu hanya berdecak sebal. Pasalnya Aqilla anak ketiganya ini sangat super aktif.

Berbeda dengan kakak dan abangnya, yang kalem.

Menjelang sore, kedua bocah yang berbeda satu tahun itu sudah pulang dari sekolahnya.

Tazkia Kanzala Casro, bocah perempuan 8 tahun.

Dan

Gihfral Imam Casro, bocah laki-laki berusia 7 tahun.

Terakhir

Tifanny Aqiellah Casro, bocah perempuan yang berusia 2 tahun yang sedang aktif-aktifnya.

"Bunda, tadi Gigih nakal disekolahan." adu anak pertamanya ini. Sang adik hanya memasang wajah masam. Tadi, Gigih tidak mau disuruh mengambil sampah oleh gurunya. Kia yang melihat beranggapan bahwa, sang Adik sedang melawan sang guru.

"Enggak Nda, abang nggak nakal kok.." rautan wajah cemas bercampur takut yang kini Gigih rasakan.

"Nda, jangan marah ya?" Al hanya diam.

Harusnya ia senang. Entah kenapa rasanya hari ini, ia sangat lelah.

"Nda kenapa? Adik Qilla nakal ya?"

Al menggeleng.

Tersenyum selembut mungkin kepada anak-anaknya.

Sungguh luar biasa mengurus anak-anak yang mempunyai rentang umur yang berjarak sedikit. Jika Gigih, lebih tepatnya, Gihfral merupakan anak kecolongan, berbeda dengan Qilla yang sudah program.

Namun, jarak 5 tahun dengan kakak dan abangnya juga tak membantunya sama sekali.

Kalau dikatakan lelah, ia sangat lelah sekarang. Apalagi Rico saat ini, sedang berada di Padang untuk pembukaan anak cabang perusahaan barunya. Sudah 2 hari lamanya.

Makin dibuat stres dirinya. Apalagi Kia yang sangat tidak bisa berjauhan dengan Rico, berbeda dengan Gigih yang lebih dekat dengannya.

Andai saja Rico disini, mungkin ia bisa membantu mengurusi anak-anaknya. Terlebih Qilla dan Kia yang sangat manja dengan dirinya.

Mungkin, jika anak-anaknya sedang libur, dengan senang hati Rico memboyong keluarganya untuk ikut bertugas, katanya sekalian liburan keluarga dadakan.

Tapi, saat ini, kedua anaknya sedang tidak berlibur.

"Nda, Ayah kapan pulang?" Tanya Kia lesu. Sebab 2 hari sudah ia tak bertemu sang Ayah. Saat ini mereka ber-empat sedang santai di ruang Tv setelah makan sore. Pembantu sedang beristirahat. Pengawalan dirumah Rico sedikit ia kurangi. Ia tak mau anak-anaknya takut dengan berbagai macam orang dan bentuk menyeramkan.

"Nggak tau, coba di telfon aja Ayahnya." Kia yang dapat perintah itu, langsung berlari mencari handphone sang Bunda dikamarnya.

"Ndaa, dimana enponnya?" Teriak Kia dari kamar sang bunda. Yang berada di atas.

Because I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang