26

4.9K 154 2
                                    

Terlihat anak-anak SD berhamburan keluar dari kelasnya. Bel pulang yang mereka tunggu, terdengar sejak bebeapa menit yang lalu. Mereka ingin segera pulang. Menemui jemputan. Baik supir, nanny, bahkan orangtua mereka sekaligus.

Terlihat dua anak, yang berbeda kelamin sedang menikmati es krim yang baru saja mereka beli dari uang saku yang diberikan sang ayah.

Sopir yang menjemput mereka sudah berada ditempat biasanya menunggu 2 majikan kecil ini.

"Abang ayo cepatt... kita ke kantor ayah. Bunda disana sama dedek.." Kia tampak tegesa-gesa. Setelah mendapat kabar bahwa mereka tidak langsung pulang. Melainkan akan mampir ke kantor sang ayah.

"Sabar kakak, pak satpam nya lagi nyebrangin yang lain.."

"Abang lamaa," Kia yang tidak sabar langsung menyebrangi jalan yang sedikit lengah. Sang satpam juga berbalik menyebrang untuk, para siswa selanjutnya.

Tanpa disangka, sebuah mobil putih honda jazz melaju dengan sangat kencang dari sisi kanan Kia, Gigih yang melihat langsung bisa menebak apa yang akan terjadi jika ia tidak menolong kakaknya.

Pandangan Gigih buyar, tubuhnya terpental 5 meter. Kia yang terduduk di tepi jalanan shock melihat sang adik terpental dan bersimbah darah. Pengemudi mobil sempat berhenti. Namun, dilihatnya darah mengucur deras dibagian kepala, membuatnya panik. Ia berasumsi bahwa bocah SD itu sudah meninggal.

Satpam yang melihat itu juga tidak bisa melakukan apa-apa. Melihat aksi heroid sang adik menolong kakaknya. Ia mencoba mengejar pengemudi bajingan itu, namun sangat tidak mungkin mengejarnya dalam keadaan lari.

Kia langsung menghampiri tubuh sang adik. Mendekap kepalanya erat. Agar darah yang keluar dapat berhenti.

Ini salahnya.

Andai saja ia tidak terlalu excited untuk ke kantor ayahnya. Kejadian ini tidak terjadi.

Andai saja ia lebih sabar beberapa menit yang lalu.

Pihak sekolah, bahkan supir tersebut sudah memberitahu manjikannya. Bahwa Gigih baru saja di tabrak lari.




----
"Enggak! Gue nggak ngebunuh. Gue nggak sengaja." Erangan frustasi terdengar jelas di mobil putih yang ia tumpangi saat ini.

Berada didaerah yang sepi, membuatnya cukup aman. Ia membersihkan sisa cipratan darah di kap mobil depannya. Untung saja, ada beberapa botol air kemasan di sisi kiri bangku penumpangnya.

Ia keluar dengan tangan gemetar, membersihkan sisa-sisa darah yang mengering akibat panasnya mesin kap depan. Setelah aman, ia kembali masuk. Menenangkan fikiran.

"Gue nggak sengaja!!!"

"Gue bukan pembunuh!!!"

"Bukann... gue bukan pembunuhh..."

"Lari, gue harus lari secepatnya.."

Ia terus-terusan berteriak histeris didalam mobil. Selang beberapa menit, ia ingat jelas wajah anak itu.

Wajah yang pernah ia temui beberapa hari yang lalu.

Anak Al dan Rico.

Sudah pasti.

"Dia bahkan bukan lawan yang mudah."

"Matilah kau dalam perangkapmu sendiri."

"Demi tuhan, gue nggak sengaja!!!"

Sudah seperti orang yang memiliki kelainan jiwa pemuda ini.

Febryan Catur.

Ya, pengendara mobil yang menabrak anak Rico dan Al. Itu bahkan kejadiaan yang tidak di sengaja olehnya.

Because I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang