🏙 12: Guilty

8.2K 1K 53
                                    

Seungwoo mengangkat wajahnya, menatap manik perempuan yang ada dalam pangkuannya tersebut dengan lembut, yang mana sekarang tengah menatapnya balik dengan nafas menderu karena ulahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seungwoo mengangkat wajahnya, menatap manik perempuan yang ada dalam pangkuannya tersebut dengan lembut, yang mana sekarang tengah menatapnya balik dengan nafas menderu karena ulahnya.

“Kenapa?”

Seungwoo tersenyum kecil, mendekatkan wajahnya dan mengecup lembut bibir Silvia. “I love you.” Bisiknya, tersenyum di depan bibir Silvia hingga buat perempuan itu menelan ludah, tegang.

Silvia sadar dengan beberapa gerak-gerik aneh Seungwoo belakangan ini. Perempuan itu sadar jika Seungwoo mulai kembali bersikap seperti dulu, saat mereka masih menjadi sepasang kekasih. Caranya bicara, memeluk dan bertingkah benar-benar seperti apa yang Silvia rasakan dulu.

Kalau memang iya Seungwoo masih menyukainya, kini gantian Silvia yang masih belum benar-benar yakin akan perasaannya. Dia takut kalau-kalau perasaannya ini hanya muncul karena ketidakinginannya untuk menerima perjodohan dari sang ibu. Silvia takut kalau perasaannya ini hanya akan memposisikan Seungwoo sebagai pelariannya saja.

Seungwoo hendak kembali mencium Silvia, namun perempuan itu buru-buru menahan bahu lelaki tersebut. “Kak.” Ucapnya, menatap Seungwoo.

“Hm?” Sahutnya dengan lembut.

Silvia menelan ludahnya lagi, matanya turun menatap hidung bangir Seungwoo. She's too afraid to just looking right into his eyes.

“Ada yang harus aku bicarain sama kamu.” Katanya, meremas pelan bahan kaos di bahu Seungwoo.

“Ngomong aja, aku dengerin.” Balas Seungwoo tersenyum tulus, sebelah tangannya mengusap lembut puncak kepala sang mantan.

“Soal perjodohan..” Senyum Seungwoo memudar. “Aku memang gak setuju sama perjodohan yang Mami buat. Aku gak suka karena aku memang belum kepikiran untuk nikah. Iya sih bisa tunangan dulu, tapi... Entah kenapa hatiku rasanya gak mau terikat dalam hubungan apapun..”

Hati Seungwoo rasanya anjlok dari tempatnya.

“Aku gak mau terikat sama siapapun. Aku masih mau hidup bebas tanpa ada sesuatu yang membebani ketika aku lagi di mana dan sama siapa..”

“Aku gak pernah maksa kamu untuk suka lagi sama aku.” Seungwoo membuka mulut, jemarinya bergerak di bawah dagu si perempuan dan dengan lembut mengangkat kepala Silvia untuk bertemu pandang dengannya. “Aku cuma minta.. Minta kamu untuk bohong ke aku soal perasaanmu ke aku.” Ucapnya tersenyum lembut.

Melihat Seungwoo yang tersenyum begini malah makin buat hati Silvia teriris. Mata perempuan itu memanas, setetes air mata jatuh membasahi pipinya, refleks memeluk leher Seungwoo dengan penuh rasa bersalah.

“Maaf.”

“Hmm..” Seungwoo hanya tersenyum getir, membalas pelukan Silvia dan mengusap-usap rambut belakang perempuan itu, menahan air matanya sendiri agar tak ikut jatuh.

Mutualisme ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang