🏙 16: Glitching Scene

6.3K 893 20
                                    

Sejun berdiri di depan sebuah gedung apartemen, kepalanya agak mendongak melihat betapa tingginya gedung yang ada di depannya sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejun berdiri di depan sebuah gedung apartemen, kepalanya agak mendongak melihat betapa tingginya gedung yang ada di depannya sekarang.

Sejun kembali, dia ingin meminta maaf pada Silvia akan perbuatan lancangnya kemarin. Dia merasa bersalah karena sudah melakukan hal tersebut tanpa meminta izin terlebih dahulu. Meskipun Silvia sendiri tak menjelaskan apa dan mengapa ia menangis kala itu.

Ada rangkaian buket bunga di tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya memegang ponsel, hendak menghubungi Silvia. Setidaknya ia harus memastikan kalau orang itu ada di apartemen atau tidak.

Dengan agak ragu ia dekatkan ponselnya ke telinga.

Bagaikan mukjizat, tak lama setelah ia meletakkan ponselnya di dekat telinga, terdengarlah suara seorang perempuan yang mampu buat jantungnya berdegup tak karuan.

“Halo?”

“S-Sil... Ini aku.. Sejun..”

“I..Iya.. Ada apa?”

“Kamu.. Sibuk gak?”

“Enggak sih.. Cuma mau makan siang sama Kak Seungwoo. Kenapa?”

Pegangan Sejun pada buket bunganya agak meregang, perlahan senyumnya pun jadi luntur.

“Oh.. Kalau gitu.. Kapan-kapan aja deh. Soalnya aku juga mau ngajak kamu makan siang. Kalau udah sama Bang Seungwoo sih.. Ya udah.”

“Emang... Ada apa kok tiba-tiba ngajak makan siang?”

“Soal yang kemarin..”

“Oh, itu...” Silvia membuat jeda yang lumayan lama. “Anggap aja cuma mimpi, anggap aja gak pernah terjadi.”

Bukan hanya satu, tapi sekarang Silvia, perempuan itu sudah berhasil mematahkan dua hati yang berbeda dalam selang satu hari. Kemarin Seungwoo, hari ini Sejun. Maybe this is what we called the real heartbreak girl.

Sejun menarik nafas, memaksakan senyum. “Ah, gitu ya?”

“Hm.”

“Y-ya udah deh, m-maaf ya kalau ganggu..”

“Gak apa-apa kok.”

Dan sambungan telepon mereka pun terputus.

Kedua pundak Sejun merosot, kepalanya merunduk melihat buket bunga yang ada di tangannya.

Mutualisme ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang