🏙 14: Tampar aku

6.9K 969 39
                                    

He thought he saw it

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

He thought he saw it. He thought he saw how she kissed back his old friend at his apartment. He thought he knew it.

Just his thought.

He saw it, but just for a mere seconds before he turning his back and get out from his own apartment.

Seungwoo tak melihat semuanya. Dia hanya melihat sekilas. Dia tak tahu apa yang sebenarnya terjadi diantara Silvia dan Sejun.















“Gue suka sama lo.”

Silvia terdiam sejenak sebelum akhirnya jatuh tergelak di lantai karena ucapan Sejun yang terdengar lucu di telinganya.

“Ahahaha! Ngomong apaan sih lo?” Katanya masih tergelak di lantai, memegangi perutnya yang mulai terasa sakit karena tawa kerasnya sendiri.

Raut wajah Sejun berubah serius, laki-laki itu bangkit dari lantai dan mendudukkan diri di dekat kaki Silvia yang masih terbaring di lantai. “Lo gak percaya sama gue?” Tanyanya menatap lurus Silvia, menggenggam sebelah tangan perempuan tersebut.

Silvia menahan tawanya, menghapus air mata yang tersangkut di ujung mata. “Enggaklah, ya gila aja lo suka sama gue?” Jawabnya seraya bangkit dengan bantuan Sejun.

“Tapi gue beneran suka sama lo.”

Silvia kembali tertawa, namun kini lebih pelan dari sebelumnya dan tanpa suara. Tak sadar kalau jarak dirinya dan Sejun tak begitu jauh.

Tanpa Silvia sadari, Sejun malah mendekatkan wajahnya, mencuri satu kecupan kecil di sudut bibirnya yang mana berhasil buat dia berhenti tertawa dan menatap Sejun dengan mata membulat sempurna.

“Gue serius..” Bisiknya menatap langsung manik mata membulat Silvia.

Silvia tak tahu ini perasaan apa, yang pasti sekarang jantungnya berdegup kencang, badannya memanas hanya karena jarak dan kecupan singkat dari Sejun.

Jari Sejun memegang dagu Silvia, mengangkatnya sedikit sebelum ia menyapukan bibirnya tepat ke bibir Silvia. Awalnya ia hanya menempelkannya saja, menanti reaksi apa yang akan ia dapatkan dari Silvia.

Silvia, perempuan itu tak akan berbohong jika sekarang seluruh badannya sudah menegang karena gerakan tak terduga Sejun. Maniknya bertemu dengan manik milik Sejun, entah apa yang ada di pikirannya, yang pasti perempuan itu hanya mampu memejamkan matanya tanpa berani melakukan hal yang lainnya.

Melihat Silvia yang memejamkan matanya, Sejun pun ikut melakukan hal yang sama, tangannya yang tadi berada di dagu Silvia pindah ke rahangnya, perlahan mulai menggerakkan bibirnya dengan lembut.

Sejun bisa merasakan bibir Silvia yang bergetar gugup, tangan kirinya meraih tangan Silvia, menggenggamnya dan mengusap punggung tangannya dengan ibu jari. Memberikan perasaan tenang pada Silvia yang perlahan mulai membalas ciuman Sejun.

Mutualisme ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang