I'll wait, just wait. I love you like I've never felt the pain, just wait. I love you like I've never been afraid, just wait. The love you see right here stays so lay your head on me. Cause little do you know, I love you till the sun dies - Alex and Sierra.
Dan ternyata semua itu hanya khayalan Salwa, yang sebenarnya terjadi adalah Salwa sekarang sedang memeluk Guru Bp yang terkenal killer nya.
Guru itu mencubit bibir Salwa yang dimajukan itu.
Sedangkan Marvel? Dia sedang dipapah oleh Fifi dan duduk disalah satu kursi dekat dengan Salwa.
Salwa yang merasakan sakit melepaskan pelukannya dan tersadar dari lamunannya.
"Aw...aduh, loh kok ibu sih?" Tanya Salwa polos dan aksi itu mengundang tawa para siswa yang sedang melintas.
"Ibu ganggu aja sih..." Kata Salwa memegang bibirnya yang tadi dicubit oleh Guru Bp.
"Marvel mana?" Tanya Salwa melihat ke sekitar.
"Ah...tu Marvel, Marvel..." Kata Salwa mendekati Marvel yang sedang duduk disalah satu bangku disana.
"Salwa...!" Teriak Guru Bp dan mengikuti Salwa.
"Marvel terus yang kamu pikirin." Tambahnya.
"Dih...ya iyalah Bu, masa Ibu. Atau mak lampir ini." Tunjuk Salwa pada Fifi.
"Engga deh Bu..." Tambahnya.
"Ih...!" Kata Fifi dorong pipi Salwa.
"Tuh Bu, liat kan. Siapa yang bikin yayang Marvel jadi gini" Tuduh Fifi."Ye...Fifi yang ngelempar bola nya." Bela Salwa.
"Lo!" Balas Fifi.
"Fifi!" Balas Salwa.
"Lo!"
Terjadilah perdebatan kecil, Marvel yang jengah. Akhirnya berdiri dari duduknya.
"Bu, pokoknya saya gak mau tau Bu. Saya minta tolong sama Ibu Siska, untuk menjauhkan anak ini dari saya Bu." Tunjuk Marvel pada Salwa.
Salwa kaget mendengar hal itu.
"Karena dia udah ganggu kesejahteraan hidup saya." Lanjutnya.
"Yah Marvel, namanya juga Cinta." Kata Salwa memajukan bibirnya.
"Dengan ini Bu, saya menyatakan kalo saya menolak Cintanya Salwa." Tunjuk Marvel.
"Gue tolak cinta lo." Lanjutnya.
Salwa langsung memegang dadanya yang sesak, sedangkan Fifi sudah tersenyum senang.
Salwa akhirnya pergi meninggalkan mereka dengan raut wajah yang kecewa.
Saat Salwa sibuk dengan pikiran dan hatinya. Tiba-tiba saja dia terjerembab jatuh ke tanah seraya memekik, membuat langkah orang yang berada dibelakang Salwa sedari tadi terhenti. Dan menatap datar ke arah Salwa yang kini sudah terduduk seraya meringis sakit.
Dia menghela nafas pelan dan berjalan ke arah Salwa lantas berjongkok dihadapan Salwa.
"Sakit." Ringis Salwa.
Namun detik selanjutnya dia tertegun saat Zidan meniup lembut telapak tangannya. Salwa menelan ludahnya dengan susah payah, karena menurutnya ini adalah kali pertamanya Zidan terlihat lebih manis dan tampan.
"Berdiri." Titah Zidan.
"Enggak! Mau ngapain? Pasti Zidan mau liat rok Salwa, kan?" Tuduh Salwa dengan mata yang menyipit.
Akhirnya Zidan menatapnya dengan tajam, membuat Salwa buru-buru berdiri. Zidan menatap ke arah tali sepatu Salwa yang sudah terlepas.
"Bego sih." Kata Zidan seraya mengikat kembali tali sepatu tersebut.
Setelah selesai Zidan beranjak dan berjalan terlebih dahulu tanpa menunggu Salwa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Things
RandomKarena siapapun tidak akan pernah tau takdir apa yang akan menunggu kita ke depan. Bahkan apa yang terjadi satu menit ke depan pun tidak ada yang akan pernah tau begitupula antara kamu dan takdir ku.