“Ray Bartez--- tampaknya kita kedatangan tamu!”
Bartez yang sedang meneliti sebuah batu mengangkat kepalanya. “Apa maksudmu?” seru Bartez. Dengan cepat dia mendekati salah seorang bawahannya.
Ketujuh orang di ruangan itu juga mendekati orang tersebut dengan menunjukkan ketertarikan yang sama.
“Jelaskan maksudmu, Fliplan!” pinta Bartez bersemangat.
Dengan bergairah Fliplan mulai menjelaskan, “Seperti yang Anda minta, Ray Bartez, saya menyelidiki dampak dari meledaknya Menara Penjaga Batas Dunia. Untuk itu, saya memulainya dengan meneliti gabungan sejenak keempat dunia yang terjadi setelah ledakan itu. Dan--- ng--- saya menemukan sesuatu yang sangat menarik. Salah satu dunia yaitu Dunia Gaist tampaknya merespon kejadian tersebut sehingga tanpa sengaja ada lima orang yang terlempar ke dunia kita, Dunia Taltarin.”
“Itu mustahil!” seru seseorang yang mempunyai jenggot mirip kambing.
“Tapi ini benar,” bantah Fliplan. “Kelima orang itu berasal dari salah satu planet di Dunia Gaist yang mereka namakan --- Bumi.”
“Kapan mereka tiba?” tanya seorang perempuan berbaju jingga.
Dari pergerakan energi mereka saya kira kurang lebih 10 menit lagi, Ray Vivian,” jawab Fliplan.
Vivian tampak berpikir sejenak. “Dimana kira-kira mereka akan muncul?”
Fliplan menggeser beberapa balok. “Menurut perhitungan saya di sekitar Ladang Jiwa.”
“Apa!?” Vivian dan ketujuh orang lainnya terlihat sangat terkejut.
“Kenapa mereka muncul di daerah berbahaya seperti itu!” kata si jenggot kambing.
Vivian menggeleng, menepuk bahu Bartez dan berkata, “Bartez, bagaimana sekarang?”
Bartez bersikap lebih tanggap, “Coltd, hubungi desa Antelon, minta mereka mengirim seseorang untuk menjemput kelima pendatang dari Gaist itu.” Si jenggot kambing berlari ke mejanya dan mencoba menghubungi Antelon. “Fliplan! Terus pantau perkembangan kelima orang itu!” Fliplan mengangguk dan kembali mengamati balok dan batu di hadapannya. “Intris! Netralisir sebanyak mungkin jiwa di ladang itu sebisamu!” Seorang cewek dengan rambut sebahu mengangguk dan tampak berkonsentrasi dengan memegang sebuah batu. “Vivian, tolong gunakan telepati-mu. Kuharap ada salah satu dari mereka yang mampu menjawabnya.” Vivian tersenyum dan memejamkan matanya. “Semuanya berusahalah. Meskipun kita tidak mengenal orang-orang itu dan mereka juga tidak mengenal kita. Kita harus membantu mereka keluar dari Ladang Jiwa. Aku tidak tahu apakah kemunculan mereka akan membawa kebaikan atau keburukan. Tapi yang pasti, mereka adalah tamu dan akan kita tunjukkan bahwa kita adalah tuan rumah yang baik.”
***
“Ray Selean, ada panggilan dari Tuan Coltd dari Kota Besar Barat. Tampaknya penting sekali.”
Selean, pemimpin desa Antelon adalah seseorang yang sangat mudah gugup. “Hah, Tuan Coltd? Apa ada masalah? Desa kita ja-jarang sekali mendapat berita penting. Bu-bukakan pintu portalnya!”
“Baik, Ray Selean.”
Dua batu besar di lantai bergeser saling menjauh. Sebuah sinar memancar dari celah batu tersebut. Membentuk sebuah bayangan manusia. Tak lama bayangan tadi sudah berupa sosok sempurna, sosok si jenggot kambing, Coltd.
“Ray Selean aku punya kabar untukmu.”
Selean sedikit membungkuk. “Tu-tuan Coltd, tidak perlu memanggilku dengan sebutan Ray. Bu-bukankah Anda lebih tua dari saya.”
Coltd terkekeh. “Ha-ha-ha, masih kurang percaya diri seperti dulu yah, Ray Selean?”
“Tuan, tolong jangan panggil saya dengan sebutan Ray.”
Coltd semakin terkekeh, “Kau ini, sama sekali tidak menyukuri gelar Ray-mu.”
“A-ada apa sampai Tuan Coltd menghubungi kami?”
Coltd tampak terkejut. “Ah ya, kenapa aku melupakannya. Selean, ada lima orang dari dunia Gaist terlempar ke dunia kita. Ray Bartez ingin kau mengirim seseorang ke Ladang Jiwa untuk menjemput mereka. Kemudian mengantarkan ke Kota Besar Barat kami. Cepatlah!”
Sebelum Selean sempat bertanya, bayangan portal Coltd telah menghilang menandakan hubungan telah diakhirinya.
Selean berteriak-teriak, “Oldryk! Kirim Oldryk ke Ladang Jiwa! Segera! Ray Bartez bilang SEGERA!”
KAMU SEDANG MEMBACA
The World
AdventureGaist, Taltarin, Votran dan Jiljaron. Keempat dunia ini memiliki kesamaan yaitu 'berada diambang kehancuran'. Lima anak ditakdirkan memiliki pilihan, sebagai 'penerus penghancuran' atau sebagai 'pelahiran kembali'. Takdir yang akan menuntun mereka p...