“Ini tidak wajar,” kata Vivian.
“Apa?” tanggap Bartez.
“Dari tadi usaha telepatiku memang selalu gagal. Tapi kali ini telepatiku seakan terpantul.”
“Benar sekali Ray Bartez!” sahut Fliplan. “Energi Ladang Jiwa berubah total. Sama sekali tidak ternetralisir.”
Bartez tampak murka, “Apa-apaan kau Intris! Kenapa kau hentikan Netralisir-mu!?”
“Ta-tapi saya sama sekali belum me-Netralisir Ladang Jiwa sejak penetralisiran yang pertama, Ray Bartez!” kata Intris tegang.
“Apa!” Bartez terkejut luar biasa. “Jadi siapa?”
Coltd mendekati Bartez. “Ada yang berusaha menjebak Oldryk dan tamu-tamu dari Gaist itu. Oldryk yang menyangka Intris telah mulai menetralisir, kembali menerobos Ladang. Dan saat keenamnya tepat berada jauh dari daerah aman, Netralisir dihentikan secara tiba-tiba!”
“Intris! Netralisir lagi Ladang itu!” Bartez memerintah dengan tidak sabaran.
“Sudah saya coba berkali-kali, Ray Bartez…” Intris mulai menangis. “Tapi kekuatan saya diproteksi suatu energi aneh…”
Bartez terlihat sangat terpukul. “Maaf, Intris.”
Suasana di ruangan itu sangat tidak mengenakkan. Tangisan Intris mempengaruhi kinerja ketujuh orang lainnya. Mengingatkan mereka bahwa ada enam orang terjebak di Ladang Jiwa.
“Ah!” Vivian tersentak. “Bisa, kalau memakai cara itu pasti bisa!”
Coltd melirik Vivian, “Apa kau memikirkan hal yang sama dengan yang kupikirkan?”
“Ya,” tegas Vivian.
“A-apa? Apa yang kalian pikirkan?” tanya Bartez.
“Teleportasi, Bartez!” ujar Vivian. “Cuma cara itulah yang mampu mengeluarkan mereka dari sana.”
“Kau mengigau, Vivian! Tak ada orang yang mempunyai teleport sehebat itu…”
“Ada Bartez. Kau saja yang melupakannya.”
Fliplan berteriak. “Ah ya benar! Ada! Ada! Ray Guan! Ray Guan pasti bisa!”
“Guan.” Bartez menelan ludah. Secepat kilat dia berlari menuju pintu. Membantingnya. Berlari di sepanjang koridor berkarpet hijau. Menaiki tangga. Dan mendobrak sebuah pintu berwarna ungu.
Di dalam ruangan itu duduk seorang laki-laki berumur akhir 40 tahunan yang sedang menyeruput tehnya. Dia menatap Bartez dengan angkuh. “Sama sekali tidak sopan, Bartez. Mendobrak pintuku seperti itu. Kuharap keperluanmu kali ini sangat penting sehingga kau sampai berlaku seperti anak kecil, memalukan,” katanya tenang.
“Guan, aku perlu bantuanmu. Ada enam orang terjebak di Ladang Jiwa. Hanya kau yang mampu meneleportasi mereka.”
“Untuk apa aku melakukan hal yang melelahkan dan merepotkan begitu?” tolak Guan.
Wajah Bartez menjadi kaku. “Ingat Guan! Kau punya hutang padaku. Kali ini aku menagihnya.”
Guan menatap Bartez dengan jijik, namun dia mau juga berdiri. “Baiklah, tapi aku cuma bisa memindahkan mereka sampai reruntuhan Menara Penjaga Batas Dunia.”
“Apapun itu! Pokoknya jauhkan mereka dari Ladang celaka itu!”
Guan tersenyum sinis kemudian memejamkan matanya, mulai meneleportasi. “Kita impas sekarang, Bartez,” katanya.
***
Tubuh Revin menghantam sesuatu yang sangat keras. Dengan susah payah dirinya bangkit, lalu mencoba mengetahui dimana dia mendarat. Lantai beton. Pantas saja terasa sakit sekali.
“Kita selamat!” Itu suara Oldryk. “Ada yang meneleportasi kita. Hebat sekali. Ini luar biasa.”
“Kurasa tidak sehebat itu,” tukas Andrew. “Kita hampir saja mati! Atau remuk gara-gara lantai ini!”
Oldryk tidak mempedulikan Andrew. Dia malah mendekati Willy. Mengangkat kakinya yang luka. “Ck— parah sekali.”
“Pakai ini.” Meisya mengulurkan sehelai sapu tangan kepada Willy.
”Terima kasih,” ucap Willy.
Oldryk mengikat kaki Willy dengan sapu tangan tadi agar darahnya tidak keluar lagi. “Bagaimana dengan tanganmu?” Dia bertanya pada Revin.
Revin meringis, dia kesakitan tapi berusaha terlihat tegar, “Panahnya menusuk tidak terlalu dalam.” Dia berbohong.
Cherry bersimpuh di lantai. Bajunya lengket dan basah oleh keringat. “Dimana lagi kita sekarang?” tanyanya, tidak bertenaga.
Oldryk memandang berkeliling. Yang terlihat hanya reruntuhan bangunan. “Ini bekas Menara Penjaga Batas Dunia. Kita sekarang berada di perbatasannya dengan Ladang Jiwa. Lihat itu.”
Puluhan tengkorak berusaha memasuki tempat itu. Akan tetapi mereka langsung terpental saat menginjak garis perbatasan kedua wilayah tersebut.
“Lagi-lagi tempat aneh,” ejek Andrew.
Kekesalan Revin memuncak, didorongnya Andrew sampai terjatuh. “Apa kau tidak bisa mengatakan sesuatu yang enak didengar satu kalipun!?”
“Tidak. Tidak pada orang sepertimu. Kuperingatkan kau, Revin, jangan pernah… sekalipun lagi… kau menyentuhku dengan tangan kotormu itu!”
BUAK
Kepalan Revin tepat menghantam pipi Andrew. Darah langsung mengalir dari mulut Andrew. Begitu juga dari luka di tangan Revin.
DUGHHH
Dengan telak tendangan Andrew mendarat di perut Revin. Membuatnya membungkuk menahan sakit. Oldryk segera mengunci tangan Revin yang sudah bersiap-siap balas memukul. Sementara Willy memeluk untuk menahannya.
“Kalian ini, kalau ingin menunjukkan kekuatan atau kehebatan kalian tidak perlu sampai berkelahi. Sebentar lagi kalian bisa membuktikan siapa yang paling hebat di antara kalian.” Oldryk melepas tangan Revin.
Penuh hati-hati Willy melepaskan pelukannya ke Andrew.
“Kau!” Oldryk menganggukkan kepalanya ke arah Revin. “Papah Willy.”
“Ti-tidak perlu. A-aku bisa sendiri kok,” kata Willy. Namun wajahnya yang mati-matian menahan rasa sakit bertentangan dengan pernyataannya tersebut. Sehingga meskipun Willy menolak, Revin tetap melingkarkan lengan Willy ke lehernya.
Cherry berdiri lambat. Tubuhnya penuh luka.
“Oh tidak, Nona…” geleng Oldryk. “Kurasa kau juga perlu bantuan, dan satu-satunya laki-laki yang paling sehat di sini adalah Andrew. Jadi—“
“Tidak!” potong Andrew dan Cherry bersamaan.
“Jangan cerewet!” bentak Oldryk marah. “Cobalah sedikit bekerjasama! Kalian sudah dewasa! Apa kalian tidak mengerti sedikitpun situasi kita sekarang? Kau! Andrew! Apa susahnya membagi sedikit pertolongan? Kau toh tidak bakalan mati karenanya! Lalu kau! Cherry! Jelas-jelas kau cedera paling parah. Paling tidak jika kau sama sekali tidak bisa membantu kami, cobalah untuk tidak memperlambat jalan kita.” Oldryk menggendong Meisya dan berjalan agak tertatih-tatih.
Andrew memegang lengan kaos Revin, “Aku mau tukar.”
Revin menepis tangan Andrew, meleletkan lidahnya, kemudian mulai memapah Willy menyusul Oldryk.
Perlahan Andrew membalikkan badan. Memandang Cherry secara ogah-ogahan. Diiringi semburan omelan dia mengangkat Cherry dan memapah gadis itu dengan asal-asalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The World
AdventureGaist, Taltarin, Votran dan Jiljaron. Keempat dunia ini memiliki kesamaan yaitu 'berada diambang kehancuran'. Lima anak ditakdirkan memiliki pilihan, sebagai 'penerus penghancuran' atau sebagai 'pelahiran kembali'. Takdir yang akan menuntun mereka p...