Part 3

420 16 4
                                    

Aku terdiam. Aku tercekat mendengar pengakuannya itu. Aku memang menyukainya, tapi aku rasa aku belum yakin akan perasaan ini. Aku juga tidak tahu, bagaimana dia bisa menyatakannya secepat itu. Bahkan kami baru mengenal satu sama lain malam ini. Bukannya aku merasa sok cantik, tapi aku merasa belum yakin akan perasaanku dan perasaannya itu.

               “B-bagaimana bisa?”, tanyaku tak percaya.

               “Entahlah, aku hanya mengutarakan perasaanku.” Muka nya terlihat sangat pasrah, atau lebih tepatnya takut. Entah apa yang ia takutkan. “Aku tahu, ini terlalu cepat. Maafkan aku, kau boleh menolakku.”

               “I’m sorry, but i think it’s too fast. I can’t. I’m sorry.” Ekspresi muka Marc berubah menjadi lebih sedih, mungkin beberapa detik yang lalu dia menaruh harapan padaku.

               “It’s okey, I’m sorry Sam.”

               “No prob.”, kataku dengan memberikan senyuman tipis padanya.

               Setelah makan, Marc mengantarku pulang. Selama perjalanan, kami saling diam. Tak ada satupun yang memulai pembicaraan. Aku merasa takut, masih ada perasaan bersalah dalam hatiku telah menolaknya tapi ya aku tidak bisa membohongi hatiku. Marc hanya fokus pada jalanan begitupun aku, sunyi tanpa suara.

               Akhirnya sampai di rumahku. Saat aku ingin keluar dan mengucapkan terima kasih padanya dia menarik tanganku membuat aku terjatuh dan duduk kembali di dalam mobilnya.

               “Ada apa?”, tanyaku kaget.

               “Hmm, setelah kejadian tadi. Maukah kau tetap menjadi temanku? Aku tahu aku salah.” Pertanyaan bodoh macam apa itu. Tentu saja aku mau menjadi temannya, aku tidak berniat menolaknya. Hanya tidak siap.

               “Oh tentu, kau akan tetap menjadi temanku kok.”

               “Terima kasih.” Ada sedikit raut bahagia di wajahnya, lalu akupun segera keluar dan mengucapkan terima kasih sekali lagi padanya dan melemparkan sebuah senyuman. Marc pun pergi.

               Aku segera masuk ke dalam rumahku dan cepat-cepat menuju kamarku sebelum aku ditahan oleh Mom dan dihujani beribu pertanyaan. Tidak pernah menyangka malam ini akan berakhir dengan buruk hanya karena aku tidak menerimanya. Apakah aku salah? Kepalaku terasa pusing dan tak sadar akupun tertidur.

**

Marc POV

               Ah! Betapa bodohnya aku, buat apa aku berkata seperti itu? Merusak semuanya. Ya pantas saja, siapa yang mau menerima seseorang yang baru saja kenal dengannya dan langsung menyatakan perasaannya? Itu hal tergila yang pernah aku lakukan. Aku harap dia tidak pernah marah padaku, you just screwed up, Marc. Aku benci diriku.

Sam POV

               Sinar matahari menerobos masuk ke dalam kamarku, huah menganggu tidurku saja. Ternyata aku semalam ketiduran tanpa berganti baju. Aku langsung mengambil handuk dan segera mandi takut terlambat kerja. Aku bekerja di sebuah perusahaan terkenal di Spanyol.

               Tiba-tiba kejadian semalam terbesit kembali di pikiranku. Ah, lupakan.

               Setelah mandi dan berpakaian aku segera turun untuk sarapan bersama Mom dan aku langsung berangkat.

               “Good Morning Ven,” sapaku hangat.

               “Hai cantik, good morning too.” Balasnya hangat. She’s my favorite patner like ever. Dia selalu tahu apa yang ku mau dan ku butuhkan. Akupun segera masuk ke ruanganku dan melanjutkan pekerjaanku yang sudah menumpuk.

Ever EnoughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang