Part 7

270 10 1
                                    

Cuma mau bilang part ini gaje nya banget. Alurnya agak ngaco dikit, tapi emang pikirannya lagi ngaco huehehe. Tapi semoga menikmati part ini ya! Maaf pendek banget, secepatnya di update yang lebih panjang dan menarik deh hihi xx.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ugh, mengapa aku harus bertemu Marc saat aku bersama Lou? dan mengapa dia muncul saat aku tidak ingin melihatnya?

            “Oh..Marc, sedang apa kau di sini?,” tanyaku lirih.

            “Hanya berjalan-jalan, menikmati liburanku. Kau?,” sahutnya.

            “Ya, aku juga.” Balasku pendek.

            “Jadi…dengan siapa kau ke sini?” tak lama, seorang perempuan datang menghampiri kami. Felice.

            “Aku dengannya,” ucap Marc.

            “Ow..baiklah, lebih baik aku dan Louis pergi. Sampai nanti.” Kataku

            “Oh wait, akankah kalian datang di acara pertunanganku dengan Marc?,” Tanya Felice. Deg. Rasanya hatiku sakit mendengarnya. Aku tak ingin datang. Melihat Marc bersanding dengan perempuan itu. Tak sanggup rasanya. Orang-orang tertawa bahagia akan pertunangan mereka, sedangkan aku satu-satunya yang menderita. Aku tidak akan datang.

            “Yeah, sure,” sahut Lou.

            Aku segera menarik lengan Lou untuk berjalan cepat. I can’t control my feelings. Dadaku sesak mendengar ucapan Felice. Lou berusaha menyamai jalanku yang sangat cepat, dengan kesal aku masuk ke dalam mobil dan membanting pintu. Tak ada reaksi dari Lou, mungkin dia memang mengerti keadaanku.            

            Tak lama, Lou ikut masuk. Dia ingin mengatakan sesuatu tapi ia memilih bungkam, cepat-cepat ia mengatupkan rahangnya keras. Perjalanan indah apakah selalu berakhir sad ending? Aku tidak mau memikirkannya lagi.

**

            “Lebih baik kau beristirahat, jangan dipikirkan. Kalau kau tidak mau datang, jangan datang,” kata Lou.

            “Ya,” balasku singkat.

            Aku langsung masuk ke dalam rumah tanpa menoleh ke arah belakang untuk memastikan apakah Lou sudah pergi atau belum. Cepat-cepat aku ke kamar dan membanting diriku ke kasur.

            “Oh God, cobaan apa lagi yang kau beri padaku? Aku tidak sanggup. Jangan buatku seperti ini aku mohon,” kataku lirih. Butiran bening pun mengalir dari pipiku, seketika aku sekap air mataku.

            “DRTT..DRTT” Aku meraih handphone ku yang berada di saku. Tangisku terhenti saat melihat isi sms yang di kirimkan seseorang padaku.

            “Datanglah besok siang. Jam 1 di Kedai Cokelat”

            Tidak jelas nomor siapa dan dari siapa. Apa ini hanya salah kirim? Tapi masa sih salah kirim? Sebaiknya aku mengeceknya besok. Setelah itu, aku kembali dengan pikiranku yang kacau.

            Aku membuka pintu Kedai Cokelat tersebut, tak ada tanda-tanda orang yang sedang menungguku. Tapi, karena aku penasaran aku meneruskan langkahku dan mencari tempat duduk di dekat jendela. Setidaknya, jika itu salah kirim aku akan menikmati siangku di sini hanya untuk menjernihkan pikiranku.

            Tiba-tiba saja, seseorang yang sama sekali tidak ku kenal datang menghampiriku. Aku menatapnya linglung karena aku sama sekali tidak mengenalinya. Dia langsung menarik kursi yang ada di depanku.

            “May I?,” tanyanya kepadaku.

            “Yeah, sure.” Sahutku.

            “So, kau yang bersama Samantha Price?,” tanyanya.

            “Ya, dan siapa kau?” tanyaku balik dengan intens. Aku tidak tahu bagaimana orang ini mengenal namaku.

            “Aku Mario.” Dia mengambil napas sejenak untuk melanjutkan kembali pembicaraannya. “Aku akan menjelaskan apa yang terjadi padamu dan Marc. Aku ke sini atas perintah Marc” rasanya aku ingin segera mengangkat kaki ku dari sini, aku sama sekali tidak ingin mendengar apa yang terjadi. Tapi sebelum aku pergi, dia melanjutkan pembicaraannya. “Tolong jangan pergi, lebih baik anda dengarkan apa yang sebenarnya terjadi.” Akupun memutuskan untuk tidak jadi pergi. Huft, here we go.

            “Aku tahu, ini sama sekali tidak gentle untuk Marc. Tapi, Marc takut kalau ia yang datang langsung kau akan pergi dan tidak mau mendengarnya. Makanya, ia menyuruhku untuk berbicara padamu. Marc sama sekali tidak mencintai Felice. Marc hanya mencintaimu. Aku sudah mengenal Marc bertahun-tahun lama nya karena kita sahabat. Yang terjadi sebenarnya di sini adalah, Felice sangat terobsesi dengan Marc. Dia mantan pacarnya sekaligus anak dari salah satu tim sukses Marc. Tapi, Marc kenal Felice jauh sebelum dia memulai karirnya sebagai pembalap. Felice dan Marc berpisah karena Marc di campakkan olehnya, Felice ingin jadi populer dan ingin semua permintaannya terkabul. Kala itu, Marc hanya seorang pemuda biasa yang tidak bisa menuruti semua permintaannya yang berlebihan. Sampai saat Marc akhirnya jadi pembalap hebat dan ayahnya salah satu tim suksesnya Marc. Felice mendesak ayahnya untuk di jodohkan dengan Marc. Marc langsung menolak, ia bahkan masih sakit hati dengan perlakuan Felice padanya. Tapi Felice mengancam, mengancam akan menghancurkan karirnya Marc dengan membocorkan rahasia kru yang diam-diam di dengar dari ayahnya selagi ayahnya menelepon dengan kru lainnya. Hal itu tidak bisa terjadi, bila terjadi mungkin karir Marc akan hancur berantakkan. Maka dari itu, Marc berpura-pura menuruti apa mau nya Felice.”

            Aku terdiam tak percaya. Bahkan, Marc masih mencintaiku. Tapi mengapa Felice setega itu pada Marc. Cewek matrealistis, cih. Berani nya dia mengancam Marc, tapi apa rahasia yang akan dia bocorkan sampai-sampai membuat Marc harus menurutinya? Aku memandang Mario kacau dengan pikiran yang membuatku depresi. Mario hanya menundukan kepala. Tangisku pecah sejadi-jadinya. Cowok yang ada di depanku hanya diam saja, paling-paling hanya menyodorkan tissue. Aku berterima kasih dan memintanya pergi. Ku telepon Ashley untuk datang ke sini.

            Sempat terlintas di kepalaku untuk menghubungi Marc dan bilang aku sudah tahu yang sebenarnya. Namun, aku urungkan niatku dan kembali memikirkan yang baru saja Mario ceritakan padaku.

            Tak lama, Ashley datang. Aku langsung memeluknya dan menceritakan semuanya. Ashley memelukku.

            “Please, stop crying. Just smile, because you looks beautiful when you smle,” katanya padaku. Aku hanya tersenyum paksa.

            “Aku tahu siapa yang bisa membuatmu senang. Aku akan meneleponnya.” Aku tidak tahu siapa yang dimaksud Ashley jadi aku hanya mengangguk saja.

            Seringai senyum terlukis di wajah Ashley dan ini membuatku bingung. Tiba-tiba saja ada yang mengagetkan ku dari belakang.

            “DOR!!”

            “KYAAAA!”

            “Hahaha, muka mu sangat lucu saat kaget hahahaha.” Oh sial, itu Lou. Jadi yang dimaksud Ashley adalah Lou. Ya, memang aku akui Lou menjadi moodboosterku akhir-akhir ini. Rasanya senang melihat dan mendengar suaranya. Apakah perasaanku untuk Marc berubah atau ini hanya sementara? Oh no. Lupakan. Aku tetap mencintai Marc. Hanya Marc. Dan saat itu juga aku melihatnya, sendiri. Entah ini hanya khayalanku atau bukan tapi aku benar-benar melihatnya.

            “Sam?”

            Dia memanggilku.

Ever EnoughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang