Hai setelah sekian lama cerita ini berdebu ini sudah dilanjut lagi. Kalau kependekan maaf ya cuma ini yang keluar dari otak he-he-he. Kalau makin gajelas juga maaf deh namanya juga amatiran but enjoy!
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Hari ini adalah hari kedua aku akan menghabiskan mingguku bersama Lou. Sepertinya timming-nya juga pas karena kebetulan bosku memberiku cuti seminggu, jadi aku bisa menemani Lou.
Sudah keberapa kali aku telepon ponselnya namun tidak juga ada jawaban. Ku remas ponselku merasa khawatir apa yang terjadi dengan Lou sampai-sampai tidak menjawab teleponku.
Tiba-tiba ponselku bordering, kulihat nama yang tertera di layar, Louis.
“Halo? Lou? Apakah kau baik-baik saja? Mengapa tidak mengangkat teleponku?,” tanyaku langsung.
“Maafkan aku, Sam. Sepertinya aku kurang sehat, bisakah kau datang ke sini dan menemaniku?,” tawarnya dari seberang sana.
“Tentu saja, aku akan ke sana.”
Ku matikan teleponku dengan Lou dan cepat-cepat mengeluarkan mobilku menuju rumah Lou.
Sampainya di sana, langsung ku parkirkan mobilku dan bergegas memasuki rumah Lou.
Di sanalah aku mendapatinya tergeletak tak berdaya. Kemarin dia baik-baik saja, apa karena jalan-jalan bersamaku kemarin? Seseaat perasaan bersalah menguasai diriku.
“Lou, apakah kau baik-baik saja?,” tanyaku pelan padanya.
“Ya, Sam. Aku baik-baik saja. Maafkan aku, harusnya hari ini kita jalan-jalan, kau malah menemaniku di sini,” katanya dengan suara serak.
“Tak apa, Lou. Lebih baik, kau istirahat saja. Apakah ini karena menemaniku belanja kemarin?,” tanyaku.
“Tentu saja tidak, Sam. Aku tidak tahu, tiba-tiba saja kepalaku pusing dan badanku mendadak demam,” sahutnya masih berusaha mengumpulkan suara.
“Baiklah, aku akan buatkan kau sup. Lebih baik kau istirahat saja.”
Aku berjalan menuju dapur. Untung saja, di rumah aku sering membantu Mom masak jadi ini tidak akan sulit untukku.
Setelah matang, aku menaruhnya di mangkuk dan segera kembali pada Lou. Kepulan asap mengapung di atas sup yang baru saja ku masak.
“Ini supnya sudah jadi,” kataku sambil menaruhnya di samping Lou.
“Terima kasih, Sam. Kau baik sekali,” ucapnya padaku.
Ia berusaha bangun dari tidurnya, namun sepertinya badannya tidak bisa diajak kerja sama sehingga usahanya terus gagal. Sepertinya juga ia mengalami sakit kepala yang hebat. Badannya terlalu lemas untuk beraktifitas.
“Tidak usah dipaksakan, Lou. Biar aku saja yang menyuapi mu,” kataku sambil membantunya untuk kembali ke posisi awalnya.
“Aku sudah banyak merepotkanmu,” sahutnya.
“Tidak apa, sini.”
Akhirnya aku menyuapinya makan. Tidak pernah ku lihat kondisi Lou seperti ini. Hatiku teriris melihatnya begini. Ku coba tersenyum memaksa agar suasana menjadi lebih baik. Setelah selesai aku membiarkannya tidur. Awalnya, aku hanya menemani Lou yang sedang tertidur. Namun, mataku yang terus ingin menutup akhirnya mengalahkan kemauanku untuk tetap terjaga dan akhirnya aku tertidur di samping Louis.
“Sam, bangun,” terdengar sayup-sayup suara membangunkanku. Ku coba membuka mata di sanalah aku mendapati Lou sedang membangunkanku.
“Oh..I’m sorry Lou, aku pasti ketiduran,” sahutku.
“Sebaiknya kau pulang, biar aku yang antar,” balasnya padaku.
“T..tidak usah, kau harus banyak istirahat, aku bisa pulang sendiri,” jawabku.
“Tidak apa, aku sudah sehat semenjak kau di sini menemaniku.”
Aku yakin pipiku sekarang berwarna merah.
“Tidak usah blushing, Sam. Hahaha”
“Tidak sih,” kataku sambil meninju bahunya pelan.
Karena aku terlalu lelah untuk berdebat dengannya, akhirnya aku menyetujuinya meskipun aku khawatir kalau dia sakit lagi.
Ketika di perjalanan, tiba-tiba saja dua orang dengan motor besar mengitari mobil kami yang langsung berhenti. Dua orang itu adalah dua preman besar yang siap-siap mencelakai kami. Dengan sigap, aku cepat-cepat menyuruh Lou pergi dari sini tapi Lou tidak bergeming. Dia membuka pintu mobil dan menghadapi dua preman tadi.
“Lou! Jangan!”
Aku berteriak kepadanya namun sepertinya teriakanku tidak dihiraukan. Aku melihatnya menghajar dua preman tadi dengan mulut yang sudah penuh darah. Ingin kuhampiri Lou, namun aku tak sanggup aku hanya menangis di dalam mobil.
Tiba-tiba saja, preman lainnya menggebrak kaca mobil. Seketika aku tersentak kaget dengan apa yang baru saja terjadi. Diriku ditarik paksa keluar dari mobil dan sebilah pisau menyentuh leherku. Diriku dengan cepat membeku dan bulu kuduk ku berdiri merinding.
“Lou!!! Tolong aku!!!!,” teriakku.
“Hei!!!! Lepaskan Sam!!!,” Lou langsung berlari ke arahku namun berhenti dalam sekejam karena ancaman si preman tersebut.
“Kalau kau maju, nyawa perempuan ini tidak akan bertahan lama,” katanya yang membuatku makin merinding.
“Sialan kau! Lepaskan dia!! Kalian ini siapa?!!,” Tanya Lou dengan berteriak.
“Hahaha! Kalian tidak perlu tahu kami ini siapa!,” balasnya.
Lou terdiam. Dia meringis kesakitan dengan luka yang dideritanya. Air mataku sudah habis untuk menangis dan aku hanya sesenggukan menahan ketakutanku dengan bibir bergetar.
“KRING…KRING”
Dengan kasar leherku ditarik untuk diputar balikkan karena preman tadi ingin mengangkat teleponnya. Saat itu juga, Lou sadar akan adanya kesempatan. Langsung ia mengambil kayu yang ada di dekatnya dan memukulkan ke kepala sang preman dengan kencang yang membuat sang preman dalam sekejap tak sadarkan diri.
Akhirnya diriku lepas dari cengkraman preman itu. Namun, tak lama preman yang lain kembali bangkit dan siap menghajar Lou habis-habisan. Tenaga Lou yang sudah melemah membuatnya dia terluka lebih banyak. Untung saja, para preman itu berhasil dikalahkan oleh Lou.m
Ia berjalan lemah ke arah mobil dengan tertatih-tatih, aku langsung menghampirinya membantunya berjalan.
“Biar aku saja yang menyetir, kau terluka parah,” kataku lirih.
“Baiklah,” sahutnya lemah.
Saat ingin masuk ke mobil, aku menemukan sebuah amplop yang di pegang preman tadi. Cepat-cepat aku ambil dan membukanya. Holy shit. Terdapat fotoku yang di tuliskan dengan tinta merah, “Kill her!”.
![](https://img.wattpad.com/cover/7088475-288-k683612.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ever Enough
FanfictionKebenciannya Sam akan MotoGP mempertemukan ia dan Marc. Mereka pun mulai jatuh cinta. Tapi, akankah berhasil? amazing cover by @najlaputri17