Part 8

264 10 2
                                    

Sungguh terasa nyata saat dia memanggilku. Ku pejamkan mataku untuk memastikan bukan Marc yang aku lihat. Saat ku buka mataku hanya seorang laki-laki yang ingin meminjam kursi di depanku. Oh, apa yang terjadi padaku? Mengingatnya membuat hatiku sakit. Apa aku harus melupakannya?

            “Sam, are you okay?,” Tanya Ashley.

            “Ha?..Yup tidak pernah merasa lebih baik dari ini,” jawabku dengan senyum terpaksa.

            “Bagaimana kalau nanti malam kalian datang ke rumahku? Aku akan mengadakan dinner kecil-kecilan bersama kalian,” kata Louis.

            “Aku setuju!,” sahutku tanpa memperdulikan Ashley yang masih terlihat berpikir.

            “Okay baiklah.” Balasnya.

***

            Kami janjian untuk makan malam sekitar jam 7. Aku memutuskan untuk membawa mobil dan menjemput Ashley. Kami sudah beberapa kali ke rumah Lou jadi tidak akan tersesat.

            “TIN! TIN!”

            Tidak lama Ashley keluar dari rumahnya. Setelah itu, kami langsung berangkat.

            Lou membukakan pintu dengan senyum menyeringai ketika melihat kami. Ugh, senyum itu…..sedikit ku akui sangat manis. Hey! Apa yang sedang aku pikirkan? Cepat-cepat aku megindahkan lamunanku. Aku dan Ashley memeluk Lou. Entah sejak kapan, Lou dan Ashley juga menjadi dekat.

            “Jadi, Lou, kau memasak apa buat dinner kita malam ini?,” Tanya Ashley.

            “Aku memasak banyak makanan lezat untuk kalian, nikmatilah”

            Selama makan malam, kami bergurau dan melemparkan ledekan-ledekan. Pikiranku mulai teralih dari Marc. Setidaknya ini sedikit membantuku. Namun, terus aja otakku memaksaku untuk terpaut dengan Marc. Pernyataan Mario yang mengejutkanku membuatku sedih. Benarkah dia akan berjuang untuk bersamaku kembali?

            Setelah makan malam, aku dan Ashley memutuskan pamit. Kami memeluk Lou secara bergantian dan mengucapkan terima kasih untuk makan malamnya.

            “Ashley, kau bisa menemaniku belanja hari ini?,” tanyaku padanya di telepon.

            “Oh, Sam, maafkan aku. Akhir-akhir ini aku sedang sibuk akan pekerjaanku. Maaf aku tidak bisa mungkin lain kali, tidak apa ya?,” sahutnya.

            “Oh okey tidak apa, aku sama Lou saja.” Lalu begitu saja telepon kita terputus.

            Aku akhirnya menelepon Lou. Aku tidak mengerti sebenarnya dia bekerja apa, aku tidak pernah melihatnya sangat sibuk namun harus aku akui dia sangat kaya.

            “Lou, kau ada acara hari ini?,” tanyaku.

            “Tidak. Memangnya kenapa Sam?”

            “Mau menemaniku belanja?”

            “Of course. Aku akan menjemputmu. Kau di kantormu kan? I’ll be there.” Lalu dia menutup teleponnya.

            Segera aku membereskan dokumen yang berserakan di mejaku, mengambil tas dan melangkah keluar. Sebelumnya, aku menitipkan beberapa pekerjaanku kepada sekretarisku.

            Tidak lama aku menunggu di luar, sebuah Mercedes hitam datang menghampiriku.

            “Hey Lou! Kau cepat sekali,” kataku sambil membuka pintu mobil.

Ever EnoughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang