6

6.2K 254 8
                                    

"Rasi Bintang, Hadirlah padaku memberi  arah, walau menemukanmu di langit bebas sana tidaklah mudah, mungkin cinta seperti itu, meski perasaan itu mudah kita rasa, tapi Benarkah itu cinta yang sebenarnya"


'Sayang cepat tamu kita sudah datang,' sahut umi ke nisa. Nisa bergegas keluar dari kamar, hari ini adalah makan malam antara keluarganya dan calonnya. Kaki nisa terasa berat melangkah ke lantai satu.

'Ya Allah ini nisa kan! Masya Allah cantiknya!' Ucap perempuan paru baya sambil memeluknya, 'iya tante...,' jawab nisa seraya mencium tanganya.

'Jangan pangil tante dong sayang, panggil saja umi rita,' ujar perempuan itu.

'Itu calon mertua kamu sayang,' sahut umi rah ke nisa, nisa tersenyum dan kini terlihat malu. Umi rita mengadeng nisa duduk disebelahnya, terlihat jelas umi rita langsung menyukai nisa, walaupun ini bukan pertemuan pertama mereka, umi rita sebelumnya pernah bertemu dengan nisa 2 tahun yang lalu, ketika nisa menjemput uminya di arisan.

'Duh umi, kenalin dulu sama abi, kok dikawal mantunya'

Nisa yang saking gugupnya bahkan lupa memberikan salim ke pria disebelah umi rita, tentu itu sudah pasti suaminya umi rita, dengan tanpa membuang waktu nisa langsung menyalim lelaki itu.

'Bi.. mas kok lama yah parkir mobilnya' ucap umi rita

'Assalamu alaikum,' sahut seorang lelaki, membuat seisi ruangan menatapnya.

'Maaf mi tadi... ,' ucap lelaki itu terhenti ketika memandang gadis yang berdiri disamping uminya itu.

'Bu nisa!!' Sahut iqbal, membuat nisa menoleh ke arah suara memanggilnya.

'Kamu !!!! IQBAL,' Teriak nisa kaget.

'Kalian sudah saling kenal? alhamdulillah.. ternyata memang jodoh, benarkan umi rah?' Tanya umi rita ke umi rah mamanya nisa

'Iya mbak, umi senang kalian sudah saling kenal, jadi gimana bi, acara kita gelar minggu depan?' Tanya mama nisa ke abi

'TAPI MI....' jawab nisa dan iqbal bersamaan.

'Ih, lihat mbak belum apa-apa mereka pada kompak?' Sahut umi rah ke umi rita, dan kedua ibu-ibu itu nampak sangat bahagia merangkul satu sama lain.

'Iya umi, mas nurut aja,' ujar iqbal yang tak ingin memudarkan senyuman bahagia uminya. Sejak umi sakit kanker dan di vonis dokter umur gak lama, saat itu iqbal benar-benar kehilangan senyuman uminya 5 tahun yang lalu, dan hari ini ia melihat senyum yang sudah lama ia rindukan.

'alhamdulillah mas' umi rita memeluk putranya dengan sayang dan mengecup dahinya.

Ditengah-tengah kebahagian ini, hanya nisa yang terlihat syok, bagaimana mungkin, lelaki yang abinya jodohkan adalah mahasiswanya yang paling bandel di kampusnya, bagaimana mungkin iqbal, lelaki yang berulang-ulang kali ia temui sedang berbuat mesum kelak menjadi suami, bukannya mas pras jauh lebih baik darinya, 'Abi nisa benar-benar gak mau nikah,' batin nisa menjerit.

Sampai acara makan malam selesai baik nisa dan iqbal hanya diam dalam dunia mereka masing-masing. Setelah keluarganya iqbal pulang, nisa memberanikan diri bicara.

'Abi, nisa gak mau nikah!' Ucap nisa pelan dan bergetar.

'Sayang maksud kamu apa? Tanggal sudah di tentukan!'

'Tapi bi, iqbal itu....'

'MAHASISWA KAMU...', potong abi.

'Itu bukan masalah, lelaki  itu muda atau tua, baik ia presiden atau buruh tetap ia seorang imam bagi perempuan sayang,' Lanjut abi tegas

'Bukan itu maksudnya nisa bi!'

'Lalu?' Tanya abi

'Apa aku harus mengungkapkan bahwa iqbal itu lelaki mesum itu, ya Allah itu kan aib orang, tapi masa aku harus menjalani hidup dengan lelaki seperti itu,' jerit batin nisa

'Lalu apa nis?' balas abi penasaran menatap anak kesayangannya itu

'Bi..,' belum lagi nisa melanjutkan bicaranya, dering ponsel abi berbunyi

'Ya hallo mas, Astagafirullah, iya yah mas kami segerah kesana'

'Kenapa bi!' tanya umi panik

'Mbak rita collapse, iqbal dan papanya sudah dirumah sakit, ayoh mi, kita harus kesana, keadaannya kritis,'

'Innalillahi, bagaimana bisa bi, tadi mbak rita tampak sehat,' ujar umi kaget.

'Sudah mi, ayoh kita segera ke rs, nis kamu juga ikut,' sahut abi

'Iyah bi,' jawab nisa


~~oo~~


*RUMAH SAKIT

Umi rita terbaring lemah dengan berbagai alat ditubuhnya, disamping iqbal yang hanya diam tanpa suara. Om roy menjelaskan bahwa tadi setelah pulang iqbal cecok denganya terkait dengan perjodohan ini, umi rita tampak marah, dan tak mampu menahan emosinya lalu pingsan.

Nisa menatap punggung iqbal yang tanpa suara, tatapan iqbal begitu kosong, sepertinya ia menahan bongkahan dalam hatinya. 'Nak nis, kamu temanin iqbal yah, om, abi & umi mu mau bertemu dokter dulu,' ucap om roy papanya iqbal, nisa mengangguk.

Setelah mengantar mereka keluar dari ruangan icu, nisa perlahan-lahan mendekati iqbal, tapi iqbal masih tetap sama seperti 30 menit yang lalu.

'Umi rita, ini nisa cepat sembuh yah mi,' ujar nisa dengan kecupan di dahi umi rita yang terlihat begitu pucat, hal itu sontak membuat iqbal menatap lama ke arah nisa. Merasa tatapan itu membuat nisa tak nyaman, nisa akhirnya memilih duduk di samping umi rita, dan tepat di depan iqbal.

Nisa mengeluarkan Al-quraan kecil dari tasnya, dengan fasih dan merdu ia lantunan  surat yasin. Tanpa ia sadari sosok lelaki di depannya, tak kuasa menahan air matanya jatuh, nisa tersadar  iqbal semakin tak mampu mengontrol sedihnya, menangis sejadi jadinya.

'Bangun mi, kenapa dari dulu umi selalu biking mas takut, umi jangan kayak gini, umiiii....,' teriak iqbal mengoyangkan tubuh uminya.

'Astagfirullah, istighfar bal,' ujar nisa, berlari kecil menahan pergelangan tangan iqbal yang dari tadi terus mengoyangkan tubuh umi rita.

'Bal, kamu sadar itu nyakitin umi,'  teriak nisa tanpa sadar tangannya masih mengenggam pergelangan tangan iqbal.

'Semua salah aku.. umi maaf,' isak iqbal, iqbal menjatuhkan wajahnya di pundak nisa, sontak membuat nisa kaget, melangkah mundur.

'Maaf, bal..' sahut nisa langsung melangkah keluar ruangan.

Dari luar ruangan, nisa tersandar di dinding, detak jantungnya masih takuran, "Ya Allah ampuni nisa' batin nisa.

Iqbal sendiri masih terus  menangis menatap uminya, nisa tidak menyangkah iqbal yang bandel dan mesum itu sangat dekat dan menyayangi uminya.

Entalah melihat iqbal seperti itu rasanya dada nisa semakin sesak. Jika saja saat ini ia adalah halal untuk iqbal rasanya nisa ingin memeluk tubuh itu dan membuat lelaki itu tenang.

'Ya Allah, nisa kamu mikir apa si ! Apa saat ini hatinya sudah mulai melunak untuk menerima perjodohan ini atau hanya rasa kasihan pada iqbal!' Pikir nisa dengan perasaan yang bercampur aduk.


#MAAF JIKA MASIH BANYAK TYPO, ^_^







Dia MahasiswakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang