10

6K 193 9
                                    

Boleh aku berharap, jika ada sesuatu yang terbaik untuk mu boleh aku menjadi salah satunya, yah salah satunya saja, salah satu diantaranya, aku tak meminta menjadi satu-satunya. ~pras

"Benar ni mas, wajah nisa gak bisa di ilangin?" Goda nisa seraya menyantap gudeg makan khas jogja di salah satu restoran.

Ketika sampai di jogja, pras dan nisa  langsung mengisi gudang tengah mereka, pembukaan seminar akan di mulai ba'da ashar, jadi masih ada kesempatan untuk santai di kota pelajar ini.

pras meringis sesaat "udah udah yah cukup, gak usah ngejek mas lagi"

Nisa tertawa,

"Gak ngejek kok, tapi tadi liriknya gimana yah mas?" Nisa mencoba mengingat kembali hist adalannya gisel yang ia dengarkan di atas pesawat tadi, pras hanya menatapnya pasrah, dalam hati nya menyumpahi kebodohannya mengapa ia meminta nisa untuk mendengarkan lagu itu, padahal masih banyak lagu lain yang bisa mewakili misalnya 'asal kau bahagia' punyanya  armada atau  apalah... Yang penting yang nyanyi nya itu cowok.

'Terlanjur' dan sekarang lagu itu berhasil menjadi bomerang untuknya.

Disisi lain nisa masih asyik sesekali mengumandangkan lirik yang ia ingat sepengal pengal..

"Ajariku cara lupakan tentang dirimu"

"Dirimu ..Dirimu...." Sambil melirik pras disampingnya. wajah pras semakin di tekuk dan sedikit memerah karena malu, tapi jujur hanya ini yang bisa dilakukan oleh nisa, menjaili pras seperti saat ini, bukan ia gak peka bahwa saat nih pras pasti berjuang keras menata hatinya kembali.

Tapi nisa tak mau membuat pras semakin terpuruk dengan suasana awrkward diantara mereka, jika ia tak bisa membalas hatinya setidaknya ia ingin laki-laki  ini tetap merasa nyaman jika berada disisi nya dan siap mendengarkan segala ceritanya tapi tentu sebatas hanya seorang sahabat saja.

"Puas sekarang!" Tanya pras yang masih kesal menatap gadis didepannya, wajah nisa tadinya ceriah karena berhasil mengoda pras kini nampak sedih "belum tu mas" lalu ia pun kembali tertawa, pras hanya mengeleng kepala melihat sikap nisa yang tak pernah berubah, masih manja seperti anak kecil.

"oh yah, kapan ini mas bisa kenal calon mu itu nis" sendok yang sebentar lagi akan mendarat di mulutnya kembali terkapar di atas piring , sekilas wajah iqbal muncul di pikirannya, dan berhasil membuat mood turun drastis.

"kapan-kapan aja mas" jawab nisa secara asalan, pras menyadari bahwa gadis kecilnya ini sedang kesal ketika ia menyingung calon suami itu, ia semakin penasaran lelaki seperti apa yang dijodohkan dengan nisa, pasti tentu lebih baik dari dirinya, apalah arti dirinya ini, ia bukan berasal dari keluarga yang kaya seperti keluarga nisa. bisa kuliah di luar negeri sampai S3 nya adalah hasil perjuangannya mengejar beasiswa kesana-kamari.

Tapi pras tahu nisa bukan tipe orang pemilih ketika berteman, walaupun berasal dari keluarga yang kaya, ia tetap sederhana.

"Atau kamu gak niat nih, kenalin dia sama mas" ujar pras kembali, terdengar, wanita disamping mendengus malas, memainkan sendok.

"Pasti gak ganteng" lanjut pras sengaja menjaili nisa.

"Idih ganteng amat malahan" nisa membekap mulutnya, menyadari bahwa apa yang barusan ia ucapkan, apa saat ini ia sedang mengakui ketampanan si iqbal.

"Terus...."

"Nanti aja yah mas, kalau udah waktu, lagiaaan belum tentu juga dia bakal jadi suami nisa" ucapnya yang tanpa sadar.

Dia MahasiswakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang