8

5.4K 238 10
                                    

Maaf sebelumnya baru sempat update, beberapa bulan belakangan lagi deadline submit tugas kuliah, maaf juga yah bila masih banyak typo dll, ~gm




~000~



Tugasku hanyalah untuk memulai, itulah caraku menghargai keputusan-ku, soal benar apa salah itu resiko yang harus aku terima kelak ~Nissa 



Rasa lelah tak bisa nisa pungkiri, setelah  habis-habisan menjelaskan beberapa rumus algoritma steeming, mata kuliah yang dijadwalkan hanya berlangsung dua jam mala molor sejam, secara teori algoritma ini tidak terlalu rumit, akan tetapi memakan waktu dimana nisa harus ektra sabar mejabarkannya kedalam bahasa pemograman dan mengikuti pola pemahaman siswanya karena tidak semua mahasiswa jurusan komputer itu bisa ngoding, sebaliknya ada yang jago ngoding mala secara teori ia tidak mampu menyelesaikan di atas kertas ujian.

Bukannya kemampuan tiap-tiap orang itu berbeda-beda, dan nisa paham betul semua akan bermanfaat jika mereka benar-benar menekuni apa yang mereka minati, so ability seseorang datang tidak secara instan melaikan kebiasaan yang sering dilatih berulang-ulang kali.

Dan sekarang bersama lelah dan kantuk, ia harus semobil dengan mahasiswanya yah mahasiswa yang sebentar lagi akan berubah statusnya menjadi imam di keluarga kecil mereka kelak, sudah tiga puluh lima menit setelah meninggalkan parkiran kampus, tak ada satu pun dari mereka mencoba mencairkan suasana, iqbal serius menyetir mobil, sedang nisa bertanya-tanya kemana akan mereka pergi, sebelumnya melalui pesan singkat iqbal hanya memintanya menunggu di parkiran, dan kenyataan saat ini ia tidak tahu akan dibawah kemana dengan suasana yang konyol serta harus memulai obrolan dari mana.

"hmm mas" akhirnya satu kalimat meluncur dari bibirnya, sudah tak perlu ditanyakan berapa banyak hembusan napas dan gugup ketika ia beranikan diri menghilangkan suasana Awkward ini.

"Hm mmas, sebenarnya kita mau kemana sih?" tanya nisa

"Butik"

"Ngapain ke sana?"

"Makan" keningnya mengerit bingung mendengarkan jawaban singkat iqbal yang masih menatap serius kedepan kaca mobil , apa iqbal sedang sakit gigi, hingga hanya menjawab sepenggal-penggal kata, batin nisa berusaha menebak apa yang dipikiran lelaki bermata sayup ini.

"Makan? mas lapar, lah ngapain ke butik, kenapa gak ke restoran aja" ucapnya polos, iqbal perlahan menepikan mobil ke pingiran jalan, sesaat mobil itu telah berhenti total, melepaskan genggaman dari stir mobil, mendokkan wajahnya, menatap kening nisa yang masih mengernyit bingung menanti balasanya, kalau saja di depan bukan wanita yang sepekan ini mengusik hidupnya ia pasti sudah menertawakan kepolosannya, Bagaimana tidak iqbal dibuat semakin gemas melihat tingkah laku nisa, ia merasa hari ini nisa jauh berbeda dari sebelumnya, apa hanya iqbal yang merasa bahwa sikap dan tingkah laku nisa sangat manis, sapaan "mas" yang sedari tadi membuat iqbal tidak tenang dan hanya diam menjawab seadanya, ia bahkan menahan diri agar tetap fokus menyetir tanpa peduli sosok gadis disampingnya, tapi sialnya gadis itu mala membuat serba salah harus bertingkah seperti apa.

"Stttt bal ini bukan lo, ngapain harus gugup segala" domelnya dalam hati, biasanya ia cukup gombal  bersama wanita-wanita yang ia kencani apalagi kalau ada maunya.. Ia pasti akan membuat para wanita tersebut menyerah dan pasrah kepadanya.

Tapi lain hal dengan nisa, sejak awal pertemuan dengannya, calon pilihan uminya sudah mengibarkan bendera ketidaksukaanya.

"Mas kok diam" iqbal mengusap wajah tersadar suara gadis itu "Turun, gue udah send alamat lewat wa" ucap iqbal kembali menyalakan mobilnya.

Dia MahasiswakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang