Llyn membuka kelopak matanya perlahan. Terlihat Amy duduk di atas perutnya seraya mengganggu tidurnya.
"Turunlah, Amy. Berat........"
Amy mendekatkan wajahnya dan mengecup pipi kiri Llyn.
"Ayo kita bikin layang-layang!!!!!!!!!"
Llyn terduduk seraya mengusap kepalanya.
"Baik, baik....... Turun dariku sekarang ju-"
Bibi Maryl terpaku. Matanya berporos pada tempat Amy duduk dan bibir kedua anak itu.
"OMMFG!!!!!!!!! Jangan bermain yang aneh-aneh!!!!!!!!!!!!"
Keduanya menatap bingung.
"Kalian masih SMA!!!!!!!!!!!! Kalian tidak boleh melakukan ini!!!!!!!!!!"
"Melakukan apa, Bi? Aku baru bangun tidur, kok."
"Amy cuma goyang-goyangin bahunya Llyn biar bangun."
"Tapi jangan duduk di situ, My......"
"Memangnya kenapa kalau duduk di selangkangan Llyn?? Tadi Amy di perut Llyn, cuma Llyn bangun."
"Terus itu kenapa bibirnya deket banget?"
Keduanya bertatapan polos sesaat. Kembali mereka menatap Maryl seraya mengangkat bahu.
"Mah? Kok mamah tereak-tereak, sih?"
"Ini lihat saudara kamu!!!!!!!!"
Rasya menaiki tangga dan terperanjat hingga tasnya jatuh.
"Ya tuhan, Llyn!!!!! Amy!!!!!!! Kalian mau ciuman???????!!!!!!!!!!!"
"Ciuman itu apa?"
"Ya tuhan....... Sudah SMA, SMAnya di kota metropolitan Jakarta, masih gak tahu apa itu ciuman???????"
Keduanya menggeleng polos. Rasya mendekat seraya menepuk kepala keduanya.
"Ya sudah. Lebih baik dipraktekan."
"Rasya!!!!!!!!"
"Tenang aja, mah. Rasya sama Llyn, kok."
"Kamu tidak boleh mencuri ciuman pertama Llyn, sayang......."
"Biar ngerti."
Rasya membuka paksa mulut Llyn dan melumatkan bibirnya pada lelaki itu. Mata Llyn membulat dan mulai buram. Keringat dingin memenuhi pelipisnya dan rona menjalar dengan cepat. Kupu-kupu terasa berterbangan di perutnya.
"Sudah, Rasya."
Kelihatannya gadis 18 tahun itu tidak merespon. Ia tetap melanjutkan ciumannya, justru menekan kepala Llyn lebih kuat.
"Jadi ciuman itu gitu, yah? Tapi kok Llyn mematung?????"
"Rasya....... Kasihani Llyn......... Anak orang, lho.........."
Masih tak merespon perkataan Maryl, kini Rasya melakukannya seraya memeluk Llyn. Dengan senyum polos Amy menyingkir dan duduk di kasur. Llyn kini tambah keder. Rasya mendorongnya kembali tiduran dan setengah dari tubuh gadis itu telah berada di atas tempat tidur.
"Rasya!!!!!!!! Deon bagaimana????!!!!!!!!!"
Rasya melepaskan ciumannya begitu mendengar nama sang pacar.
"Abis bibirnya Llyn enak banget, mah. Bikin ketagihan."
Llyn menatap nanar Rasya dengan tangan yang menopang tubuhnya bergetar takut. Rasya merangkul Llyn seraya menepuk pucuk kepala lelaki itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/84151131-288-k97726.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
We Can't Break The Wall, Can We? [On Hold]
Genç KurguLlyn punya mimpi besar, menjadi seorang panglima. Orangtuanya juga mendukung. Hanya saja, fisiknya yang lemah menjadi dinding di antara dirinya dan mimpinya. Semua itu terus berlanjut hingga ia bertemu sosok yang membuatnya tak berhenti berjuang. Se...