Chapter 3

77 5 0
                                    

Dengan rasa terpaksa dicampur gak tega ngeliat Harry gak sadar seperti ini, Amanda memutuskan untuk bawa Harry ke rumah nya. Ya, ke rumah Amanda. Dan miris nya lagi, kak Iris ada shift malam, ini buat Amanda semakin bingung harus minta tolong sama siapa.

Menyusuri jalanan kota London yang masih lumayan ramai, akhirnya sampai juga dirumah nya. Beruntung Amanda tidak terlalu bodoh mengingat alamat rumah nya.

.
.
.

Amanda POV

Sampai didepan rumah langsung ku parkir sembarang mobil Harry. Bersyukur aku cukup mahir mengendarai mobil.

Dan aku bisa melihat Harry yang 'masih' tidak sadarkan diri, tertidur di passenger seat samping ku. Astaga, aku gak tega ngeliat dia. Tapi dia terlalu bodoh memilih nge drunk kayak gini. Duh Harry merepotkan saja.

Sambil menggotong Harry ke dalam rumah.
"Ha-harr-eh.. Ka-kalo bukan ka-karena a-aku.. duh aw! Gak te-tega sama ka-kamu, aku-gak-mau-gotong-kamu-kayak-gini!" aku menyenderkan Harry di sofa dan akhirnya aku bisa bernapas lega.

Yaampun Har, kenapa kamu bisa berat banget sih? Batinku.

Aku sedikit mengguncangkan tubuhnya tapi gak ada respon. Sesekali juga aku menepuk pipi nya pelan, dan hasil nya pun nihil. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku gak mungkin nelfon kak Iris tengah malem kayak gini, jelas dia lagi shift malem. Dan bodoh nya aku, gak nyimpen nomer temen-temennya Harry. Dan aku gak berani men-check telfon Harry.

"YaTuhan aku harus apa sekarang, gimana kalau Harry gak sadar juga sampe besok?" erang ku frustasi.

Aku hanya bisa memandang Harry yang tak sadarkan diri ini. Aku ga mungkin guyur dia dengan air se-ember. Gak mungkin aku menyiksa dia supaya dia bangun. Dan gak mungkin aku panggil One Direction untuk konser dirumah ku supaya dia merasa terganggu, kaget, dan akhirnya bangun. Aku ga setega dan se bodoh itu.

Akhirnya aku memutuskan untuk duduk bersila menumpukan kepala ku di sofa tempat Harry pingsan. Aku bisa melihat wajahnya jelas. Sesekali aku memandangnya dan sekilas di benakku;

Hey Styles, sebenernya kamu laki-laki baik. Tapi sayangnya kamu terlalu kasar.

Dan kemudian aku terlelap.

.
.
.

Kebanyakan ngoceh-ngoceh, Amanda pun tertidur lelap. Dia cukup lelah menggotong Harry masuk ke dalam mobil dan menggotong Harry lagi masuk ke dalam rumah plus ngoceh-ngocehnya dia tadi. Akhirnya dia tertidur pulas dengan posisi duduk bersila, dan kepala nya bertumpu di sofa. Yap, mereka berhadap-hadapan. Tapi apalah arti berhadap-hadapan?

.
.
.

Harry POV

Terbangun dari 'tidur' ku, aku mulai mengerjap-ngerjapkan mata. Dan aku sudah berada di dalam rumah. Tapi ini rumah siapa? Aku rasa ini bukan rumah Zayn, Louis, Liam, Niall, apalagi rumah ku.

"Where am i..?" kepala ku masih terasa sakit. Sesekali aku megang kepala ku.

Sejurus aku melihat seorang perempuan yang sudah tertidur pulas. Kurasa aku mengenali nya, parasnya cant—eh? Amanda?! Kenapa aku bisa dirumahnya? Aneh! Sangat aneh! Kenapa aku bisa dirumah perempuan nerd ini?!

"heh! Bangun lo!" aku mengguncangkan tubuh mungil nya.

Jujur aja kasian juga bangunin dia kayak gini.

Dia mengerang kecil dan mulai mengucek-ngucek matanya

"ohm Harry kau sudah sadar rupa nya. Syukurlah" dia memberikan senyuman miring.

Hah? Sadar?

"maksud lo?"

"iya tadi aku mau ke supermarket. Tibatiba aku ngeliat orang tersungkur di jalanan. Ternyata kamu. Aku bingung mau bawa kamu kemana dan aku gak tau rumah mu. Jadi aku bawa ka—"

"banyak ngomong." potong ku.

"im sorry" dia menundukkan kepala nya dan kemudian kami terdiam. "Harry, apa kamu lapar? Aku akan memasak unt—"

"iyaudah gece." Lagi-lagi ku potong omongannya.

Kemudian dia berlalu. Kurasa dia pergi ke dapurnya. Whateve.

.
.
.

Amanda terbiasa memasak sejak kedua orang tua nya masih hidup. Masakan andalan buatannya adalah Bubur Spesial. Sangat pas untuk Harry yang lain 'gak enak badan'.

Harry bisa mencium aroma masakan dari arah dapur. Dan tidak dipungkiri bahwa Harry menjadi lapar 'beneran'. Amanda kembali sambil membawa mangkuk yang cukup besar dan teh hangat.

"Harry, aku buatkan kamu Bubur dan teh hangat. Langsung dimakan ya" memberi senyuman manis nya pada Harry.

"oh Iya. Thanks" jawab Harry dan memberikan senyum miringnya.

Sesendok, dua sendok, tiga sendok...

"gue mual." ucap Harry sambil memegang perut nya.

"eh? Harry apa kamu mau muntah?! " dengan raut wajah paniknya. " Sebentar aku am—"

Sejurus Harry langsung menggenggam tangan Amanda

"gak usah. Gue minta teh nya aja."

Amanda hanya terfokus dengan tangan Harry yang menggenggam tangan nya. Merasa terlalu lama menggenggam tangan Amanda, Harry sekejap melepaskan genggamannya. Kemudian salting pun terjadi diantara mereka.

"ah.. Uhmm.. Teh nya siniin." suruh Harry.

"ohmm eh iya ini teh nya" sambil memberi segelas teh hangat dan tersenyum miring.

Amanda hanya menunggu Harry sampai selesai makan. Sesekali dia melamun dan kemudian tersadar. Sesekali juga si Harry memperhatikan Amanda dan terlintas dibenak Harry tentang taruhannya dia dengan Zayn.

Apa ini kesempatan ku untuk mengambil hati nya Amanda?

.
.
.
.
.

Hallooo Readers! Gimana sama ceritanya? Maaf ya kalo pendek soalnya aku mau buat cerita per setting jadi gini deehh hehehe

Kalo kalian suka aka pengen tau cerita selanjutnya, jangan lupa buat comment yaa! :D

HOME | h.sWhere stories live. Discover now