Chapter 5

71 7 2
                                    

Dari sedikit kejauhan kampus pun mulai terlihat, pertanda dalam beberapa menit lagi akan sampai. Jam di tangan Amanda pun sudah menunjukkan pukul 07.30, itu artinya Amanda dan Harry memiliki waktu luang 30 menit. Harry langsung membelokan stir mobil ke arah parkiran dan mulai memarkir mobil Range Rover hitam nya itu. Sedangkan Amanda? Dia hanya memandang Harry ketakutan, dia takut, dia takut Harry masih marah karena pembicaraan tadi.

"Harry.." Amanda memecah keheningan.

"iya?"

Suaranya mulai lembut, berarti dia udah gak marah. Yes! Batin Amanda.

"kamu masih marah soal tadi?"

"ngga. Gue cuma kesulut aja tadi. Maaf ya" Harry memberi senyuman manis nya.

WOW HARRY STYLES MINTA MAAF!

"syukurlah aku pikir kamu masih marah"

"iyaudah yuk"

Mereka langsung keluar dari mobil dan berjalan menyusuri koridor. Banyak mata memandang sinis kepada Amanda. Amanda pun gak ngerti kenapa dia dipandang dari ujung rambut sampai ujung kaki. Dia hanya mengernyitkan dahi nya 'apa penampilan ku aneh?'.

Harry sedari tadi ngeliat perempuan-perempuan memandang Amanda sinis, spontan ia menggandeng tangan Amanda. Dan membutuhkan beberapa menit Amanda menyadari bahwa tangannya digandeng oleh mahasiswa idaman perempuan-perempuan di kampus ini saking dia terlalu fokus melihat orang-orang yang memandangnya. Dasar Amanda polos.

"Styles, lepasin.." Amanda sedikit berbisik dan berusaha melepaskan gandengan Harry.

"kenapa sih takut amat." jawab Harry cuek.

"nanti aku diliat—"

"bodoamat gue gak mau lepasin."

Amanda hanya berdengus pendek. Karena genggaman Harry sangat erat jadi percuma Amanda mengeluarkan 1000 tenaga nya, pasti akan kalah. Sesampainya di depan pintu kelas, Amanda menahan langkah Harry yang beberapa inci lagi dapat masuk ke dalam kelas.

"Styles, lepasin genggaman mu. Gak enak nanti diliatin"

"Am.. " Harry tersenyum singkat "gue gak mau." Harry langsung mengeratkan genggamannya, dan masuk ke dalam kelas. Spontan semua mahasiswa di kelas membulatkan mata nya kepada Harry dan Amanda. Amanda hanya bisa menundukkan kepalanya malu, bukan cuma malu, tapi dia yakin mahasiswa lain bakalan gossip-in dia sama Harry. Gossip-in yang ngga-ngga.

.
.
.

Harry POV

Gue gak perduli mau diliatin kek, mau dingomongin kek. Bodoamat. Entah apa yang buat gue jadi pengen didekat Amanda terus. Walaupun gue semestinya gak boleh terlalu dalam sama dia. Karena gue memang lagi taruhan sama Zayn. Iyaudahlah fokus taruhan aja dulu. Lumayan sebulan dijajanin, batinku.

Sesampainya di kelas semua mata menuju kepadaku, kepada Amanda. Aku bisa merasakan kalo Amanda lagi risih banget diliatin kayak tadi.

Sorry, Am. But i have to.

"Am lo duduk samping gue. Gak ada penolakkan."

"tapi Harry—"

"tidak ada penolakkan, Babe"

"Harry, kecilkan suara mu" Amanda menundukkan kepala dan berbisik.

"Amanda, Babe, sit beside me, please?" Aku sengaja mengencangkan suara ku sampai semua orang bisa mendengar.

HOME | h.sWhere stories live. Discover now