Chapter 7

51 4 0
                                    

I miss Zayn's old hair btw :(
.
.

"semua udah gue siapin. Lo gak usah cemas" jawab Zayn memberi kedipan matanya dan tangannya menepuk-nepuk kecil bahu Amanda. Dan kulihat Amanda membalas Zayn dengan senyuman manis nya.

"hah." aku hanya memberi tawa singkat yang ketus dan berpaling dari mereka.

Cih. Apa-apaan kau ini Zayn.

Oh jadi lo benar-benar pengen bartarung sama gue ya, Malik? Batin ku.

Aku masih melihat Amanda dan Zayn masih berbincang-bincang asik. Mereka saling tertawa dan bertukar senyum. Kalau dibandingkan dengan ku tadi, Amanda jauh lebih bahagia dengan Zayn. Aku hanya bisa tersenyum kecut melihat mereka berdua. Eh, am i jealous? No. No. never.

"ehem. Gue kesini dateng bukan buat nontonin lo berdua ketawa-ketawa. Beda lagi kalo kalian mau bayar gue." ucapku sarkas.

Kepala Zayn dan Amanda spontan menengok ke arah ku. Zayn hanya mengangkat alis nya dan Amanda menundukkan kepala. Kenapa Amanda harus selalu menundukkan kepala? Apa yang harus ditakutkan? Ucapan ku memang menyindir kalian, lebih tepatnya pada Zayn. Bukan kau. Batin ku.

.
.
.

Kami pun mulai melukis dengan serius. Karena kami memilih tema keindahan dan ketenangan, Amanda pun mulai melukis dengan latar di hutan, dengan rumah pohon kecil, warna yang didominasi adalah warna hijau. Kelihatan sekali kerindangan, kenyamanan dan keindahan yang sederhana. Sedangkan Zayn dan aku sedang fokus melukis buatan kami masing-masing. 2 jam berlalu, jam di dinding rumah Zayn sudah menunjukkan pukul 7 malam. Kami menyudahi kegiatan melukis kami dan mulai beristirahat sejenak. Amanda menumpukan kepala nya di meja ruang tamu dan tanpa sadar dia mulai tertidur, Harry dan Zayn menyenderkan tubuhnya di sofa.

"Z, lo nanti mau ikut gue?" ucap ku

"ke? jam?"

"bar. 8pm"

"terus Amanda gimana?"

"kita ajak lah bodoh"

"never in a million years, Styles. Dia perempuan!"

"so? Disana juga banyak perempuan. Apa yang harus ditakutkan?" jawab ku sembari mem bun rambut

"are you kiddin' me!? Disana itu perempuan bitchy, Styles! Sedangkan Amanda? Dia polos!" dia mulai meninggikan suara nya.

Baru kali ini aku melihat Zayn benar-benar protective dengan perempuan. Dengan kekasih nya yang dulu pun dia gak se lebay ini. Apa ini benar? Zayn menyukai Amanda? Argh.

"kalo lo tetep kekeuh mau ke sana. Gue gak ikut. Dan Amanda, biar gue aja yang nganter. Beri tau gue alamatnya aja"

"No way! Kesempatan dalam kesempitan banget lo. Gue aja yang nganter. Kita ketemuan di bar aja."

"fuck off" gumam Zayn.

"sorry, Malik. Gue gak bakalan ngebiarin lo ngambil dia dari gue" aku menjulurkan lidah meledek

"Liat aja nanti, curls" dia menjitak kepala ku.

.
.
.

Aku melihat Amanda tertidur pulas. Dasar sleepy head. Aku juga gak tega bangunin dia, mungkin dia kelelahan. Well, aku memilih untuk menggendongnya ala Bridal. Aku pun berpamitan pada Zayn.

"well. Thankyou, Z."

"anytime. Jagain Amanda ya, Haz." dia memberi senyuman hangat nya. Aku yakin senyuman itu sebenernya  untuk Amanda. Hoam.

HOME | h.sWhere stories live. Discover now