Bab 6

629 42 0
                                    

Setelah mengantarkan dokter yang memeriksakan kaki Callisandra, Alain kembali kedalam kamar dan mendapati Callisandra sedang menyantap sarapannya. Walapun rambutnya yang bergelombang sedikit acak - acakan dan hanya mengenakan kaos kebesaran miliknya, gadis itu tetap menawan. Ia memang sudah buta ketika meninggalkan gadis itu dulu.

Callisandra masih menundukan kepala, tidak menyadari kehadiran Alain yang dengan santai bersandar di dinding dekat pintu. Calli masih menikmati sandwichnya dan mengingat nasihat dokter baik mengenai cedera kaki yang dialaminya. Dokter baik itu mengatakan bahwa cederanya ringan. Terkilir biasa tapi Calli harus tetap minum obat dan salep untuk dioleskan pada bengkaknya dan istirahat selama satu minggu penuh. Calli tidak yakin akan mematuhi nasihat yang terakhir. Masih ada setumpuk pekerjaan yang harus diselesaikan.

Calli meraih sandwich lain, menggigit sambil memejamkan mata menikmati Lelehan keju dan daging asap di lidahnya. Grilled cheese sandwich adalah menu sarapan favoritnya sejak kecil. Tanpa sadar Calli mengerutkan kening menyadari sesuatu.

Ini hanya kebetulan. Calli menegaskan pada dirinya sendiri dalam hati. Alain tidak mungkin masih mengingat makanan favoritnya. Walaupun dulu sekali, saat kunjungan kedua kalinya Calli beserta keluarga ke rumah Alain di London. Setiap pagi, Calli selalu meminta dibuatkan sandwich keju panggang kepada koki keluarga Raymond. Koki itu adalah seorang wanita paruh baya yang sangat ramah bernama Magie. Apakah wanita itu masih bekerja disana ? Ia ingin bertemu lagi dengannya.

Walapun Calli tidak menyukai Alain kecil. Tapi tinggal di rumah Alain sangat menyenangkan. Kedua orang tua Alain sangat baik kepadanya. Karena dulu sekali mereka ingin memiliki banyak anak terlebih anak perempuan. Sayang sekali pasangan yang sangat harmonis itu hanya bisa memiliki satu anak yaitu Alain kecil yang arogan.

Calli masih tidak menyadari kehadiran Alain. Gadis itu sedang menikmati gigitan terakhir potongan kedua sandwich dan mengambil potongan ketiga dan mendengar komentar pria itu. " wah, wah..Selera makanmu memang tidak pernah berubah sejak dulu. Kau mampu menghabiskan tumpukan sandwich itu seorang diri. " Calli terkejut dan langsung mendongak menatap Alain. Pria itu hanya memakai kaos hitam dan celana piyama yang senada dan rambut ikalnya acak - acakan. Pemandangan itu entah mengapa membuat Calli gelisah.

" Me__memangnya tidak boleh ? " Calli tergagap. Mulutnya masih penuh dengan makanan.

" Tidak. Hanya saja aku cukup terkejut mendapati perutmu sangat rata. " jawab Alain mengangkat bahu.

" Aku pergi gym..." lalu beberapa detik kemudia Calli menyadari sesuatu dari pernyataan Alain.

" Bagaimana kau bisa tahu bahwa perutku...?" Calli tiba - tiba tersadar bahwa ia lupa dengan rasa marahnya satu jam yang lalu, ia terbangun dengan hanya memakai kaos pria yang pastinya milik Alain.

" Kau menggantikan pakaianku !!! " Calli berteriak dengan nada menuduh.

" Tentu saja aku yang mengantikan pakaianmu. Kamu sedang tidak sadarkan diri dari mabukmu. Dan caramu tidur sungguh - sungguh bukan seperti lady. " Alain tersenyum geli ketika melihat perubahan ekspresi Callisandra.

" Apa maksud dari komentar terakhirmu ? Kau tidak sedang mengatakan bahwa kau___" Calli tidak melanjutkan. Tidak mampu melanjutkan hanya menggerak - gerakan tangan isyarat mempertanyakan Alain tidur dimana. Gadis itu menoleh ke arah samping ranjang. Melihat bantal disampingnya melesat kedalam bekas dipakai seseorang.

" Ya, Tuhan. " Calli menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Mencoba menahan isak dan rasa marah dalam satu waktu. Calli merasakan Alain duduk dipinggir ranjang. Disampingnya.

" Hei, jangan berlebihan seperti itu. Kita sudah bertenungan. Ingat ? " Alain memegang jemari Calli. Mencoba menjauhkan kedua tangan dari wajah Calli yang menunduk.

Seal Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang