Gadis yg mengenakan abaya hitam dengan khimar warna biru tosca itu berjalan menyusuri lorong kampus dengan tergesa-gesa. Gadis itu adalah Asyifa Zaina Ardiningrum, mahasiswa salah satu Universitas Negeri di Bandung.
"Asyifa!!", suara itu menghentikan langkah Asyifa dan membuatnya menoleh.
"Kamu kemana aja sih fa? Dari tadi aku nyariin kamu, nih laptop kamu. Untung aku selametin", ucap Kirana teman satu kost Asyifa.
"Alhamdulillah, makasih banget ya Na, untung ada kamu", Asyifa merasa lega karena laptop yg ia khawatirkan akan hilang itu sudah aman sekarang.
Asyifa memang dikenal sebagai mahasiswa yg cerdas dan mudah bergaul, tetapi ia juga dikenal dengan kecerobohannya. Kali ini ia tak sengaja meninggalkan laptopnya di taman yg berada disekitar kampus.
"Hari ini kamu nggak ada kegiatan kan Fa?", tanya Kirana
"Euumm.. Nggak ada deh kayanya Na"
"Yaudah kalo gitu temenin aku ke Caffe di seberang kampus ya Fa, mau ngerjain tugas"
"Harus di Caffe ya Na?", tanya Asyifa kebingungan
"Syifa, di sana ada WiFi gratis, kan lumayan bisa dimanfaatin, yaudah yuk ah!"
Akhirnya mereka pergi ke Caffe yg terletak di seberang kampus mereka. Seperti kebanyakan mahasiswa lainnya, Asyifa dan Kirana hanya memesan jus jeruk, untuk menghemat dana. Kirana mengeluarkan laptopnya dan mulai beraksi alias mengerjakan tugasnya. Sedangkan Asyifa sibuk dengan pikirannya sendiri.
Diluar sana awan mulai menghitam, gemuruh mulai terdengar, rintik hujan mulai berjatuhan, itu pertanda bahwa sebentar lagi hujan deras akan membasahi kota Bandung. Saat hujan deras itu datang, terlukis senyuman di wajah Asyifa. Entah kenapa saat hujan turun, Asyifa merasa ada sesuatu yg menghampirinya yg membuat dirinya bahagia.
"Na, nanti kita pulangnya basah-basahan aja ya", ucap Asyifa
"Kamu bercanda Fa? Ini hujan deras banget loh, nggk deh nggk, tunggu hujan reda aja baru kita pulang", jawab Kirana yg tidak setuju dengan ajakan Asyifa.
"Ayolah Na, kali ini aja kok", bujuk Asyifa
"Kamu nggak liat Fa, kalo kita ini bawa laptop, nanti kalo laptopnya ikut basah gimana? Hayo"
Asyifa terdiam, ada benarnya juga apa yg dikatakan oleh Kirana. Ia pun mengurungkan niatnya tadi.
Flashback on
3 tahun yang lalu, disaat Aku masih duduk di kelas 3 SMA. Dengan seragam putih abu-abu, Aku dan Sania duduk di bawah pohon yg rimbun sembari sibuk mengerjakan tugas sekolah, jujur saja, Aku lebih nyaman mengerjakan tugas di alam terbuka seperti ini.
Seseorang dengan seragam yang sama datang menghapiriku, seseorang yang membuat irama jantungku berpacu dengan cepat, seseorang yg selalu membuatku merasa nyaman. Aku pun tak tau mengapa Aku bisa seperti ini dengannya. Walaupun begitu, Aku berusaha untuk bersikap 'biasa saja' dan cuek terhadapnya.
"Ngapain disini?", ucapku dengan wajah tanpa ekspresi.
"Pengen bantuin"
"Gak usah, mending kamu pergi aja", jawabku sedatar mungkin
Aku terus menyuruhnya untuk pergi, tapi dia tetap keras kepala. Bahkan dia sengaja memasang headset agar tidak mendengarku. Aku menghela nafas dengan berat. Baiklah, silahkan nikmati lagumu, asalkan kau tidak mengganggu ku.
Saat aku sedang menulis, tiba-tiba saja dia mengambil pena ku. Lalu menulis di secarik kertas. Aku sendiri tidak tau apa yg dia tulis. Aku tidak menanggapinya, aku hanya pasrah. Untung saja aku masih memiliki pena yg lain.
"Nih, buka aja. Gak usah banyak tanya", Dia menyodorkan secarik kertas yg sudah digulung kepadaku. Aku hanya menatapnya dengan tatapan aneh.
"Yaelah, gitu aja pake surat-suratan", ucap Sania yg benar adanya.
Ucapan Sania memang benar, mengapa zaman yg sudah canggih teknologi masih saja menggunakan surat.
"Tinggal buka aja, ribet amat dah", ucapnya yg membuatku semakin penasaran.
Akhirnya aku membuka gulungan kertas itu.
Isinya membuat jantungku makin berpacu dengan cepat. Keringat dingin mulai membasahi tanganku. Sebisa mungkin aku memperlihatkan ekspresi datar alias cuek.
"Fa udahan yuk, ntar kesorean. Besok aja kita lanjutin ya Fa", ucap Sania yg membuatku lega. Akhirnya aku bisa segera pulang sekarang dan menetralkan jatungku.
Aku bergegas untuk pulang, Sania sudah lebih dulu menuju parkiran. Aku mempercepat langkahku. Bahkan aku baru menyadari jika dia ada di belakangku. Dan lagi lagi aku tidak peduli. Yg paling penting sekarang adalah menuju parkiran dan segera pulang. Karena aku harus menetralkan jantungku.
Sesekali aku menoleh. Aku cukup lega karena dia tidak mengikutiku lagi.
Semenjak kejadian itu, sampai detik ini aku tak pernah lagi melihatnya.
Flashback off
"Asyifa?"
Aku tersadar dari lamunanku saat Kirana menepuk bahuku. Aku melihat keluar jendela, benar saja hujan sudah berhenti. Mengapa cepat sekali, pikirku.
"Hujannya cuma bentar ya Na?"
"Udah dua jam lebih loh Fa hujannya, kamu aja tuh yg melamun aja dari tadi"
"Ah masa sih?", jawabku tak percaya
"Iyaaa Asyifaaa, lagi mikirin apa sih Fa?"
"Eeuumm.. Gak kok, yaudah yuk ah kita balik"
Aku dan Kirana beranjak dari tempat itu. Saat aku hendak keluar dari Caffe nafasku tercekat saat melihat seseorang yg barus saja masuk ke dalam tempat ini. Sebisa mungkin aku menyembunyikan wajahku.
Sekarang aku bisa bernafas dengan lega, karena aku sudah benar-benar meninggalkan Caffe itu. Perasaan ini masih sama seperti tiga tahun yg lalu. Detak jantungku selalu berpacu dengan cepat saat melihatnya. Bahkan untuk melupakannya sangat sulit bagiku. Namanya selalu kusebut dalam doa, aku selalu meminta kepada-Nya agar dia yg menjadi imamku kelak.
"Na.."
"Hmm", jawab Kirana
"Aku melihatnya"
"Maksudmu?", Kirana duduk tepat disebelahku. Hanya kepada Kirana aku sering berbagi cerita. Karena Kirana adalah sahabat sekaligus tempat curhat terbaikku.
"Aku nggak sengaja berpapasan dengannya di Caffe tadi, tapi Alhamdulillah dia nggak lihat aku"
"Kok gitu sih? Bukannya kamu ingin sekali bertemu dengannya?", ucapan Kirana memang benar adanya, tapi ada yg membuat hati ku ragu.
"Aku tidak tau, saat melihatnya tiba-tiba saja ada perasaan ragu dibenakku Na", ucapku lesu
"Serahin semua ke Allah, Fa. Dia lah yg membolak-balikkan hati manusia. Allah yg lebih tau yg terbaik buat hambanya, Fa. Kamu boleh meminta sama Allah agar dia lah jodohmu, tapi kamu nggak boleh marah pada-Nya jika itu tidak sesuai dengan harapanmu. Jangan berharap pada manusia yg tak luput dari dosa, tapi berharaplah pada-Nya, karna Dia akan memberi apa kamu minta, Fa", ucapan Kirana sangat membuatku tenang.
Drrrrttttt....
Aku mengambil ponsel yg terletak diatas nakas. Dengan wajah bahagia aku menekan tombol hijau.
"Assalamu'alaikum, Ma"
"Wa'alaikumussalam, Sayang. Gimana kabarmu disana, Fa? Baik-baik aja kan?"
"Alhamdulillah baik Ma, gimana keadaan Mama, Papa sama kak Reyhan? Baik juga kan?"
"Alhamdulillah semuanya baik, Fa. Syifa, lusa kamu bisa pulang nggak?"
"Kenapa, Ma?"
"Kalo kamu udah disini ntar Mama kasi tau"
"Insya Allah lusa Syifa akan pulang Ma"
"Yasudah, kalau gitu Mama tunggu ya Fa, Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumussalam, Ma"