9

5.3K 195 0
                                    

Azzam membawa Asyifa ke suatu tempat. Ia tak akan menyia-nyiakan waktu bersama Asyifa. Tempat ini sangat indah, Asyifa terkagum-kagum dibuatnya. Bagaimana tidak, siapapun yang datang ke tempat ini pasti akan takjub karena bisa melihat pemandangan kota Bandung. Restoran yang menerapkan konsep Outdoor ini membuat siapa saja akan betah berlama-lama disini. Angin malam yg sejuk serta pemandangan kota Bandung yang begitu indah.

"kamu suka sama tempatnya?"

"Aku baru tau kalau ada tempat sebagus ini, Mas", ucap Asyifa dengan kagum.

"Dulu, bunda sering ngajakin aku kesini"

Asyifa menatap lekat suaminya itu, setiap berbicara tentang keluarga Azzam, ada rasa rindu di dalam benak suaminya itu.

Azzam mengeluarkan kotak kecil berwarna biru yg sedaritadi disimpannya. Ia membuka kotak itu dihadapan Asyifa. Isinya adalah sebuah gelang emas putih dengan aksesoris berbentuk love.

"Ini buat kamu", Azzam memasangkan gelang itu di pergelangan tangan Asyifa. Gelang itu sangat indah saat Asyifa mengenakannya.

"Bunda pernah bilang sama aku kalo suatu saat aku sudah memiliki pendamping hidup maka bunda akan memberikan gelang itu. Dan kamulah yg pantas memakai gelang itu"

Asyifa sangat beruntung memiliki suami yang sangat menyayanginya. Allah telah mengirimkan malaikat pelindung bagi Asyifa. Tak henti-hentinya Asyifa mengucapkan syukur atas nikmat yang diberikan Allah kepadanya.

Selama 5 hari Asyifa dan Azzam menghabiskan waktu bersama di Bandung. Tak jarang mereka bercerita tentang masa lalu satu sama lain, namun tak menghilangkan sedikitpun rasa sayang diantara keduanya. Siapapun yang melihat kebahagian Azzam dan Asyifa pasti akan merasa iri. Tak jarang juga keluarga Asyifa menelfon dan menanyakan kabarnya dan Azzam. Terkadang Reyhan juga suka menggoda Azzam. Reyhan sering menanyakan hal-hal yang membuat Asyifa dan Azzam menggeleng.

Ini adalah hari terakhir Asyifa dan Azzam berada di Bandung. Kini mereka sedang sarapan di ruang makan. Asyifa memasak nasi goreng untuk menu sarapan hari ini. Ia menghidangkan dengan sangat rapi di meja makan. Asyifa masih mengenakan baju rumahan dengan rambut dikucir. Azzam yang sudah siap dengan baju kaos putih dan celana selutut itu menghampiri Asyifa yg sedang membersihkan dapur bekas masakannya tadi. Azzam langsung memeluk istrinya itu dari belakang dengan kepalanya yg menumpu di pundak Asyifa

"Ya Allah, Mas. Bikin kaget aja", Azzam melonggarkan pelukannya agar memberi ruang kepada Asyifa.

"Kamu masak?", tanya Azzam

Asyifa hanya tersenyum dan mengangguk.

"Bahan masakannya dari mana?"

"tadi aku ke warung depan komplek. Udah ah Mas banyak tanya. Mending kita sarapan dulu. Okey?"

Azzam hanya mengikuti perintah Asyifa. Ia duduk di kursi, sementara Asyifa menyendokkan nasi goreng ke piring. Setelah selesai sarapan, mereka duduk di sofa sambil menonton program berita, kesukaan Azzam.

"Mas, aku pengen  balik ke Jakarta. Aku kangen Naila", ucap Asyifa di sela-sela keheningan mereka.

"Iyaa sayaang, besok kita balik ya. Aku juga kangen sama Naila", jawaban  Azzam membuat Asyifa tersenyum. Ia tidak sabar berjumpa dengan gadis kecil itu.

Keesokan harinya Azzam dan Asyifa balik ke Jakarta. Sebelum pulang ke rumah, mereka menjemput Naila terlebih dahulu. Hari hari Azzam kini berbeda, dulu hanya ia dan Naila saja, tapi sekarang sudah ada Asyifa yang menjadi pelengkap hidup Azzam. Setiap pagi Asyifa selalu membuatkan sarapan untuk Azzam dan Naila. Akhir-akhir ini Azzam sering pulang larut malam, namun  ia tetap bisa membagi waktu dengan Asyifa dan Naila. Sesekali Asyifa mengunjungi butiknya sembari menunggu Naila pulang dari sekolah (re-Paud).

Setelah menunaikan ibadah sholat Isya, Asyifa mengecek ke kamar Naila, apakah gadis kecil itu sudah tidur atau belum. Dan benar saja, Naila sudah tertidur pulas. Asyifa menutup kamar Naila perlahan agar tidak membangunkan Naila. Ia kembali ke kamarnya. Dilihatnya Azzam sedang duduk termenung di tepi ranjang.

"Mas Azzam..",menyadari namanya dipanggil, Azzam pun menoleh

"pakaian sholatnya ga diganti?", tanya Asyifa

Azzam beranjak mengambil sajalah dan membentangkannya.

"kita sholat sunnah dua raka'at ya sayang", Asyifa terdiam sesaat. Lalu ia mengambil wudhu dan memasang mukena. Setelah itu ia berdiri di belakang Azzam.

🌸🌸


Sudah genap dua bulan pernikahan Azzam dan Asyifa. Azzam sangat senang dengan perkembangan Naila yg sudah bisa melafalkan huruf alfabet dengan fasih, ditambah lagi dengan kehamilan Asyifa yg berumur satu bulan. Kabar kehamilan Asyifa mendapat sambutan hangat dari keluarganya, terutama Zahna. Ibunya itu tak henti hentinya menelfon bahkan langsung ke rumah Asyifa hanya untuk memberi makanan untuk ibu hamil atau berbagi tips untuk ibu hamil. Tak hanya Zahna, Azzam pun lebih posesif, tiap menit ia selalu menelfon dan mengirim pesan singkat kepada Asyifa hanya sekedar menanyakan kabar, memastikan Asyifa sudah makan atau belum.

Selama 3 hari Azzam akan dinas keluar kota. Dengan sangat berat hati ia harus meninggalkan Asyifa dan Naila. Sebelum Azzam menuju ke bandara, ia mengantarkan Asyifa dan Naila ke rumah orang tua Asyifa.

"Mas, aku pengen–", belum sempat Asyifa menyelesaikan ucapannya, Azzam sudah duluan memotong.

"kamu pengen aku bawain apa sayang? Mangga? Rujak? Martabak? Kesemek? Sebutin aja sayang, kamu mau apa?"

Azzam begitu excited menjawab pertanyaan Asyifa. Sampai sampai Asyifa tertawa dibuatnya. Walaupun Asyifa tengah mengandung, ia tidak pernah ngidam yg aneh aneh.

"aku cuma pengen peluk kamu"

Azzam pun memeluk istrinya itu. Akhirnya air mata Asyifa lolos keluar. Ia menangis di dalam pelukan Azzam. Rasanya ia tak mau jauh dari Azzam.

"Mas, jangan lepasin", pinta Asyifa.

Azzam tidak tega sebenarnya meninggalkan Asyifa dan Naila, tapi ini adalah kewajibannya sebagai dokter yang harus siap dinas keluar kota kapan saja.

"Mas, janji sama Syifa bakalan langsung pulang ya", ucap Asyifa yg masih saja memeluk Azzam.

"Iyaa sayaang. Aku cuma 3 hari aja kok. Aku janji akan pulang"

Mau tidak mau Asyifa harus melepas pelukannya. Karena Azzam harus segera ke bandara agar tidak ketinggalan pesawat. Azzam berpamitan kepada mertuanya itu. Sebelum ia benar benar pergi ia mencium kening Asyifa dan Naila.

"sayang, papa pergi dulu yaa",ucap Azzam sembari mengelus perut Asyifa.

"Hati-hati, Mas", Asyifa pun menyalami tangan Azzam. Azzam hanya tersenyum.

"Assalamu'alaikum", ucap Azzam sebelum menaiki mobil.

"wa'alaikumussalam"

Kini Azzam sudah pergi. Asyifa terus melihat mobil itu sampai hilang di persimpangan  jalan. Ia berharap Azzam akan kembali secepatnya. Entah karena faktor Hamil sikap Asyifa menjadi berlebihan seperti ini, padahal Azzam sudah biasa dinas keluar kota. Namun kali ini berbeda. Ada perasaan yang mengganjal di hati Asyifa saat Azzam pergi.

Bidadari SurgakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang