Setelah kepulangannya dari Malaysia, Arzan berniat untuk melamar Asyifa. Perempuan yg berhasil mengisi hatinya sejak masa SMA. Arzan mengambil ponselnya kemudian mengetikkan sebuah pesan kepada Asyifa. Setelah itu, Arzan menemui kedua orang tuanya yg berada di ruang keluarga untuk memberitahu niat baiknya tersebut."Kebetulan ibu baru saja ingin memanggil kamu Zan", ucap Ibu Rike -ibu kandung Arzan-
"Ibu sama Ayah mau bicara serius sama kamu Zan", timpal ibu Rike
"Mau bicarain apa Bu, Yah ?", tanya Arzan to the point
"Ayah sama Ibu sudah menjodohkanmu dengan anak rekan Ayah dan besok akad nikah akan dilaksanakan, Ayah tidak ingin kau menolaknya Zan, percayalah jika pilihan kami ini yg terbaik untukmu.
Arzan terdiam. Baru saja ia hendak memberitahu kedua orangtuanya jika ia akan melamar pujaan hati. Ternyata kedua orangtuanya sudah lebih dulu menjodohkannya dengan seseorang yg belum ia kenal sama sekali.
"Ibu tau kamu pasti belum bisa menerimanya, ini terlalu cepat. Tapi, untuk meyakinkanmu ibu punya ini Zan, ini adalah foto calon istrimu. Ibu harap kamu bisa menerimanya", ibu Rike pun memberikan sebuah foto kepada Arzan.
Arzan tersenyum melihat seseorang difoto itu. Bahkan ia belum percaya jika ia akan dijodohkan dengan perempuan itu.
"Ibu.. Ayah.. Sebenarnya tadi Arzan ingin menyampaikan kalau Arzan ingin melamar perempuan yg selama ini Arzan cintai, dan tiba-tiba Ibu dan Ayah mengatakan bahwa akan menjodohkan Arzan dengan anak rekan Ayah. Jujur, Arzan ingin sekali menolaknya, tapi setelah ibu menunjukkan foto ini Arzan sangat bahagia, ternyata perempuan yg Ibu dan Ayah jodohkan kepada Arzan adalah perempuan yg Arzan cintai", Arzan memeluk kedua orangtuanya. Ia tidak sabar menunggu hari esok.
*-*
Pagi pun tiba. Arzan sudah siap dengan tuxedo putihnya. Wajah Arzan begitu bahagia. Sebentar lagi ia dan keluarganya akan menuju ke rumah Asyifa.
"Arzan, sudah siap?", tanya Ayah Arzan
"Insya Allah siap, Yah", jawabnya
Azzam -sepupu Arzan- datang menghampiri Arzan dengan seorang anak balita digendongannya.
"Pulang dari Malaysia langsung nikah ya Zan", goda Azzam
"Buruan nyusul gue makanya, biar ada yg jagain Naila", Azzam tertawa geli mendengar ucapan sepupunya itu.
Arzan mendekati bibirnya ke telinga Naila, seperti ada sesuatu yg ia bisikan pada gadis kecil itu.
"Zan, lu jangan aneh aneh deh ya. Lu bisikin apa ke Naila?", Arzan hanya tertawa dan berlalu begitu saja.
"Tadi om Arzan bisikin apa sayang?", tanya Azzam pada Naila
"Om ajan bilang kalo papa halus nikah, bial ada temennya", Azzam hanya menggeleng mendengar apa yg dikatakan oleh Naila.
Setelah semuanya siap. Keluarga besar Arzan berangkat menuju kerumah Asyifa. Arzan memutuskan menyetir mobil sendiri yg sudah dihiasi dengan bunga.
Jalanan kota begitu macet. Mobil yg dikendarai Arzan terjebak macet. Arzan terpaksa harus menunggu. Setengah jam menunggu akhirnya jalanan lancar seperti biasa. Ponsel Arzan terus berdering. Rombongan keluarganya sudah sampai di rumah Asyifa. Arzan mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh. Bahkan ia tidak menyadari jika ada sebuah truk yg melintas di hadapannya.
Braakkkkk!!!!!!
Bunyi sirine terdengar seantero jalanan. Kondisi Arzan sangat mengenaskan. Lumuran darah mengotori tuxedo putihnya.
Di tempat lain. Ponsel Azzam berdering. Ia menurunkan Naila dari gendongannya.
"Assalamu'alaikum, Zan. Lu dimanasih? Buruan kesini"
"....................................."
"Baik, saya segera kesana"
Azzam langsung menemui kedua orang tua Arzan dan memberitahu kabar buruk tersebut. Seluruh keluarga Arzan dan juga Asyifa langsung menuju ke rumah sakit.
Azzam memutuskan naik kendaraan roda dua menuju ke rumah sakit, mengingat jalanan kota sangat macet. Sedangkan Naila naik mobil bersama yg lainnya.
Rumah Sakit
Azzam langsung masuk ke ruang UGD. Ia sangat kaget melihat keadaan sepupunya itu. Dengan sigap ia mengambil peralatan medis dan menangani Arzan.
"Dok, detak jantungnya menurun", ucap salah satu perawat
"Siapkan Defibrillator!", perintah Azzam
Berkali-kali Azzam menggunakan alat kejut jantung itu, namun tetap saja tidak membuahkan hasil. Azzam terus berdo'a agar detak jantung sepupunya itu kembali normal. Tapi, Allah berkehendak lain. Mesin itu telah menunjukkan garis lurus. Azzam terduduk lemas. Andai saja ia bisa lebih cepat datang menangani Arzan. Pasti semuanya tidak seperti ini. Azzam tidak sanggup menemui keluarga Arzan. Ia tidak sanggup menyampaikan berita buruk ini. Mau tidak mau ia harus keluar dari ruangan ini dan memberitahu apa yg terjadi.
"Gimana keadaan Arzan, Zam? Dia baik baik aja kan?"
Azzam hanya diam.
"Maaf tante"
"Ma..maksud kamu apa Zam? Kenapa kamu minta maaf?", ucap ibu Rike yg sudah dibanjiri air mata
"Allah berkehendak lain, kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi Arzan tidak bisa terselamatkan"
Seketika semua orang yg berada disana mengeluarkan air mata. Bahkan ibu Rike sangat histeris dengan kepergian anak semata wayangnya itu.
Naila berlari menghampiri Azzam. Azzam pun langsung menenangkan gadis kecil itu yg ikut menangis.
Keluarga Asyifa baru saja datang. Dan Asyifa sangat shock mendengar kabar bahwa Arzan sudah meninggal. Cairan bening itu tak henti-hentinya membasahi pipinya.