3 tahun kemudian
Asyifa's POV
"Bunda.. Mau ituuuuuu bundaaa", Raka merengek dan menarik narik bajuku. Aku mengikuti arah matanya, ternyata ia pengen ice cream yg bertengger di depan butik ku. Aku menuntun Raka menghampiri tukang ice cream keliling itu. Ternyata ada banyak anak-anak yg juga antri membeli ice cream itu. Aku mengalah dan membiarkan anak-anak itu.
"Bang, ice creamnya satu ya", pinta ku setelah penjual ice cream ini selesai melayani anak-anak tadi.
"wah maaf mba, ice creamnya sudah habis"
Raka terus merengek. Aku terus menenangkannya. Tiba-tiba saja wanita yg mengenakan dress selutut dengan balutan jas itu menghampiriku.
"mba, ini untuk anaknya", wanita itu memberikan satu cup ice cream untuk anak ku. Aku lega, akhirnya Raka berhenti merengek.
"aduh mba, makasiyaa. Saya jadi ga enak",ucapku. Wanita itu tersenyum sehingga menampakkan gisulnya. Aku perkirakan umurnya tidak beda jauh denganku.
"iyaa mba sama-sama. Kenalin, Saya Laras", wanita itu mengulurkan tangannya, begitu juga denganku.
"Asyifa"
"Oohh jadi ini yg namanya mba Asyifa? Yg punya butik ini kan?", ucapnya sembari menunjuk ke arah butik ku. Emang sih, ada tulisan Asyifa's boutique di depan butik ku ini.
"iyaa. Kalo gitu mari masuk, kita ngobrolnya di dalam aja", ajakku
Kami pun masuk ke dalam butik. Butik ini sudah menjadi rumah kedua bagi ku. Sudah 3 tahun aku mengembangkan usahaku ini, dan Alhamdulillah banyak konsumen yang puas dengan baju-baju yg aku desain.
"Gini mba, bulan depan saya mau menikah, saya mau mba Asyifa yang desain baju pernikahan saya, bisa kan mba?"
"Insya Allah, bisa mba", ucapku dengan senyuman yang tak pernah absen saat melayani pelanggan.
"panggil Laras aja mba, biar lebih enakan", pintanya. Aku hanya menurut.
Setelah berbincang-bincang dengan Laras masalah gaun pernikahannya, Ia pun menanyakan tentang keluarga ku.
"nama anak mba Syifa yg tadi siapa sih?"
"namanya Raka", dengan waktu yg bersamaan, Naila datang dengan mengucapkan salam. Ia berlari menghampiri ku. Ia menyalami ku seperti biasanya. Naila ku sudah besar sekarang, ia sudah duduk di sekolah dasar.
"yg ini namanya Naila", ucapku memperkenalkan Naila kepada Laras.
Naila menyalami tangan Laras dengan sopan."pasti kamu mirip dengan papa kamu ya", ucapnya karena wajah Naila dan Asyifa tidak mirip sama sekali. Yaiyalah.
Ucapan Laras cukup membuatku terkejut, raut wajah Naila pun berubah menjadi sendu. Naila menangis, ia memelukku.
"Nai kangen papa, bun"
Laras yg melihat reaksi Naila langsung meminta maaf dan sepertinya ia faham. Aku membiarkan Naila menangis dipelukanku. Aku sangat mengerti bagaimana perasaan Naila. Ia sangat merindukan Azzam, begitu juga dengan ku.
"Mba Syifa, saya minta maaf, saya nggak bermaksud"
"Iya Laras, gapapa kok"
Drrrttt..
Deringan ponsel Laras berbunyi. Sepertinya ada seseorang yg sedang menunggunya di luar sana. Mungkin calon suaminya. Ia pun berpamitan kepada ku.
Naila masih menangis di pelukanku. Aku tidak tega melihat Naila menangis seperti ini. Ia selalu sedih saat membicarakan tentang papanya, Azzam.
Sudah 3 tahun lamanya aku tidak bertemu dengan suamiku sendiri. Aku tidak tau kemana Azzam pergi. Setauku, aku dan Azzam tidak pernah ada masalah bahkan ribut masalah rumah tangga. Tapi kenapa Azzam tidak pernah pulang. Handphone Azzam juga tidak bisa dihubungi. Dan terakhir kali aku mendapatkan kabar kalau Azzam meninggal karena kecelakaan pesawat, dan mayatnya tidak ditemukan. Bagaimana aku bisa percaya? Itu tidak masuk akal menurutku. Entah orang-orang sengaja membuat cerita itu agar aku ikhlas.
Flashback on
Air mata itu terus mengalir membasahi pipinya. Tatapannya sendu. Dua minggu lebih Asyifa berdiam diri di kamar sembari memeluk foto Azzam. Tidak ada kabar dari Azzam semenjak kepergiannya itu. Hingga suatu saat ia mendapati kabar kalau suaminya itu meninggal karena kecelakaan pesawat. Mendengar kabar itu, tak ada lagi raut bahagia di wajahnya. Hari-harinya begitu kelabu, padahal ia sedang mengandung.
Zahna memasuki kamar Asyifa, dilihatnya tidak ada satupun perubahan Asyifa, ia masih menangis.
"Mau sampai kapan Syifa seperti ini terus, nak?", Asyifa tak bergeming. Tatapannya kosong.
"Syifa, kamu harus ingat. Ada calon bayi yang harus kamu jaga. Jangan karena hal ini calon anak kamu dan Naila jadi korban kesedihan kamu. Mama gak mau kalau kandungan kamu kenapa-kenapa. Syifa, mama tau kamu masih belum bisa terima ini semua, tapi ini udah takdir Allah, nak."
Asyifa mencerna kata-kata ibunya itu. Seharusnya ia tak boleh berlarut dalam kesedihan. Masih ada calon bayi dan Naila yg harus ia jaga.
Flashback off
Asyifa bersiap-siap menuju ke butiknya. Ia hanya memiliki waktu 2 minggu untuk menyelesaikan gaun pengantin Laras. Walaupun Asyifa memiliki karyawan, tapi Laras ingin gaun pengantinnya itu hasil dari tangan Asyifa. Sebelum ia menuju butik, Asyifa mengantarkan Naila terlebih dahulu ke sekolahnya. Sedangkan Raka, ia menitipkannya pada Zahna.
"Mah, Syifa titip Raka ya. Hari ini Syifa ngga bisa bawa Raka ke butik", ujar Asyifa kepada Zahna.
"Syifa, mama mau bicara sama kamu", ucap Zahna dengan nada serius
"Mah, nanti aja ya. Syifa buru-buru harus ke butik. Asyifa pergi dulu, Assalamu'alaikum"
"wa'alaikumussalam", Zahna menatap punggung Asyifa yang telah masuk ke dalam mobil. Ia menghela nafas. Ia tak tega melihat Asyifa yang harus merawat Raka dan Naila seorang diri.
@Butik
Asyifa memasuki butiknya itu, ternyata sudah ada seseorang yang menunggunya. Betapa bahagianya Asyifa melihat kehadirannya. Ia pun langsung memeluk orang itu.
"Kirana!! Aku kangeeenn! Udah lama banget ngga ketemu. Kamu apa kabar?"
"Alhamdulillah aku baik"
Yap. Orang itu adalah Kirana. 2 tahun lalu Kirana pindah ke Bandung ikut suaminya.
"Raka sama Naila dimana, Fa", tanya Kirana
"Naila sekolah, kalo Raka aku titipin sama mamah, yaaa biasanya aku bawa Raka sih ke butik, tapi hari ini aku lagi sibuk banget ngurusin pesanan orang", jelas Asyifa
Kirana hanya ber-oh- ria. Setelah itu ia hanya melihat kesibukan Asyifa yang mendesain gaun pengantin. Keahlian Asyifa dalam mendesain emang patut diacungi jempol, wajar saja banyak pelanggan yg puas dengan hasil karyanya itu. Tak lama setelah itu, Laras datang ke butik Asyifa.
"Loh, Laras?", ucap Kirana
"Mba Kirana? Waahh ngga nyangka bisa ketemu disini", ucapnya sembari cipika cipiki dengan Kirana. Asyifa yg melihatnya juga ikut kebingungan.
"jadi gaun pengantin ini buat Laras, Fa?", tanya Kirana. Asyifa hanya menjawab dengan anggukan. Ia hanya fokus dengan gambar-gambarnya. Sedangkan Kirana dan Laras tengah asik mengobrol. Sesekali mereka tertawa. Entah apa yg lucu.
"Akhirnya kamu sama Devan jadi juga ya, Ras", ucap Kirana
Mendengar nama itu, Asyifa tertegun. Namanya sangat familiar.
"Bukan Devan, mba. Dia itu cuma masa lalu aku.", jawab Laras
"lalu siapa?"
"Namanya Alif"