Reyhan's POV
Kaki ku melangkah ke dalam Cafe yg interiornya cukup membuatku terkagum. Aku tidak sendiri. Aku datang bersama keponakan ku, Raka. Sebelumnya aku sengaja menjemput Raka dirumah mama, untung saja hari ini Asyifa menitipkan Raka dirumah mama. Seseorang yg sedang duduk membelakangi ku itu ternyata sudah menungguku disana.
"sudah lama?", tanyaku kepada pria yg kini duduk dihadapanku.
"Lumayan"
"Gue sengaja. Gue tau lo akan tetap nungguin gue demi ketemu Raka, iya kan?"
Setelah itu pria yg menjadi lawan bicara ku itu mendudukkan Raka dipangkuannya. Aku hanya memperhatikan orang dewasa dan anak kecil ini mengobrol satu sama lain. Entah bahasa apa yg mereka gunakan. Sesekali mereka tertawa.
"Kapan mau temuin Asyifa?", tanyaku yang merusak momen momen kebersamaan mereka. Maaf.
Pria itu hanya menggidikkan bahunya.
Jawaban yang sama selalu Ku dapatkan dari lawan bicaraku ini. Aku hanya menghela nafas dengan berat.
**
Mobil Asyifa terparkir rapi di halaman rumah orang tuanya itu. Selama beberapa hari ia akan menginap di sana. Raut wajah Asyifa memperlihatkan betapa lelahnya ia hari ini.
"Assalamu'alaikum", ia pun masuk dan menyalami Zahna.
"wa'alaikumussalam"
Asyifa menjatuhkan dirinya di atas sofa. Naila yg menyadari kepulangan bundanya langsung menghampiri Asyifa. Baru saja Asyifa hendak menanyakan Raka kepada Zahna tiba-tiba saja Reyhan datang dengan menggendong Raka.
"Loh bang Rey, kok Raka bisa sama abang?", tanya Asyifa
"tadi abang ajak Raka jalan"
"cuma berdua?"
"iya"
"tumben"
Zahna yang tadinya berada di dapur menghampiri Reyhan dan Asyifa di ruang keluarga. Ada sesuatu yg ingin disampaikannya kepada anak bungsunya itu.
"Kebetulan ada kamu Rey", ucap Zahna sembari duduk di sebelah Asyifa.
"Mamah mau bicara serius sama kamu Syifa", Asyifa menatap Zahna, tidak biasanya Zahna seperti ini.
"Dua hari yang lalu ada seseorang yang datang kerumah, dia ingin meminang kamu, Syifa", betapa kagetnya Asyifa dan Reyhan mendengar perkataan Zahna.
"Mah, mas Azzam masih suami sah aku. Aku harap mama ngerti", Asyifa pun melenggang pergi ke kamarnya sembari membawa Raka, diikuti oleh Naila.
"tapi Azzam udah nggak ada, Syifa. Kamu haru terima itu", ucapan Zahna membuat langkah kaki Asyifa berhenti. Air mata itu kembali membasahi pipi Asyifa.
***
Keesokan harinya. Seperti biasa, Asyifa pergi ke butiknya seorang diri. Jam masih menunjukkan pukul 7.00, belum ada satupun karyawannya yg datang ke butik. Asyifa sengaja pergi lebih awal. Ia masuk ke dalam ruangan yg tidak terlalu besar di dalam butik itu. Ia menenggalamkan wajahnya di dalam lipatan tangannya. Ia menangis. Ya, Asyifa menangis. Ia memeluk foto Azzam. Ia merindukan Azzam. Sangat sangat merindukannya.
"Assalamu'alaikum, mba Syifa? Mba di dalem?"
Mendengar namanya di panggil, Asyifa mengusap air matanya. Namun siapa pun yg melihat pasti akan tau kalau Asyifa habis menangis. Asyifa keluar dari ruangannya, dilihatnya ada Laras disana.
"kok kamu udah dateng sepagi ini?"
"Mba Syifa nangis?", tanya Laras yg menghiraukan pertanyaan Asyifa