4

152 14 1
                                    

Milano berjalan lurus di koridor kelas 10, tidak berbelok untuk menaiki tangga ke kelasnya.

BRUKK!!

Ia menabrak tempat sampah di depannya, lalu menendang tempat sampah yang tidak bersalah itu

"Sialan tu cabe! Dikira gue lupa apa!? sama apa yang dilakuakanya waktu itu?!" cerocosnya sambil duduk di kursi yang terletak di koridor kelas 10 itu

Milano terus menggerutu.

Tidak sengaja ia melihat Cewek yang hampir ditabraknya digerbang tadi sedang mencuci tangan di taman sekolah yang berjarak beberapa meter dari tempatnya duduk. Ia menghampiri dan merampas kotak minum yang dipegang gadis itu dan berkata "Gue haus! Nanti gue balikin lagi" Ia berjalan meninggalkan gadis itu dan kembali berjalan menuju kursi koridor tadi

Kemala sejenak berfikir 'kalo ngak salah dia kan yang hampir nabrak gue tadi!' kening Kemala berkerut 'Ia bener, memang dia orangnya!' Mala begegas mengikuti Milano

"Eh kampret! Balikin sini botol minum gue!" katanya mencoba mensejajarkan langkahnya dengan Milano

Milano berhenti melangkah dan berbalik pada Kemala "Kan udah gue bilang 'nanti gue balikin lagi' lo ngak ngerti?" katanya menatap Kemala yang lebih pendek darinya

Kemala mencoba merampas botol minumnya dari tangan Milano. "Eiits, coba aja kalo lo bisa ambil ini dari gue" kata Milano tersenyum licik.

Milano yang lebih tinggi darinya hanya mengangkatkan tangannya dan membuat Kemala harus melompat-lompat untuk mengambil botol minumnya. Sia-sia Kemala melompat, karena badannya yang terlalu pendek ia tidak bisa menjangkau botol minumnya yang berada di tangan Milano

"Sialan lo! Brengsek!" umpat Kemala kesal

"Kenapa? Ngambil gini doang lo ngak bisa?" Milano menatap mata Kemala memberi tatapan mengejek "Sadar diri dong lo! kalo lo itu pendek!!" katanya 'lagi' mengejek Kemala

Kemala merah padam menahan amarahnya yang hampir meledak, ia mengepalkan tinjunya bersiap untuk memukul orang yang ada di depannya . Di urungkannya niatnya karena ia mendengar suara cempreng yang saat ini meneriakinya "Kemala..!!"

Baik Kemala maupun Milano sekarang mendongak ke arah suara. Kemala mendapati wajah Sifa yang berlari ke arahnya di ikuti Seli dan Kimi

Sekarang Sifa tepat berada di samping Kemala "Gimana benarkan yg gue bilang?" bisik Sifa. "Apaan?" tanya Kemala bingung. "itu yang di depan lo, dia Kak Milano! Ganteng banget kan?" bisik Sifa pada Kemala yang mengerutkan dahinya.

Kemala tidak menjawab Sifa, ia mencerna apa yang Sifa katakan sambil menatap Si Tampan didepannya ini. 'Ooh. Jadi ini orang yang sering di bahas teman gue? Yang dibilang GANTENG BANGET itu? Ganteng sih.. Tapi BRENGSEK!!!' Kemala mengangguk dan menggeleng sesudahnya

Sifa yang melihat Kemala langsung menyadarkan Kemala dari lamunannya "Mala.. Mala! Kemala!!"

"Eh,. Iya, Apaan?" kata Kemala tersadar dari lamunannya

"Ganteng ya gue? Gitu amat lo perhatiin wajah gue" Milano tertawa geli melihat tingkah Kemala "Nama lo Kemala?"

"Iya! Kenapa?!" jawab Kemala kasar pada Milano

Milano tidak menjawab pertanyaan Kemala. Ia kini melirik ke arah teman-teman kemala, memperhatikan satu per satu wajah teman Kemala yang menatap kagum pada wajahnya "kalian mirip" tunjuknya pada Sifa dan Seli "Eh bukan mirip, tapi persis sama. Kalian kembar?" tanyanya

"I-iya kak" jawab Sifa terbata

Milano mengangguk paham "Hooh.. Nama lo siapa?" katanya sembari menyodorkan tangannya pada Sifa

Sifa menjabat tangan Milano seraya memperkenalkan diri "Sifa kak, kembaran aku namanya Seli". Sekaligus  Sifa mengenalkan Seli pada Milano

"Sifa,Seli. Yang satu lagi siapa?" tanya Milano menunjuk Kimi dengan dagunya

"Kimi kak" jawab Sifa singkat. Melepaskan tangannya dari genggaman Milano. "Eh, sori kelamaan" kata Milano tersenyum geli

Milano melangkah mendekati Kimi dan memperhatikan Kimi dari dekat, berkata "Wajah lo familiar banget, apa gue mengenal lo?". Kimi yang sedang minum tersedak dibuatnya.
Milano minta maaf "Sori, tapi gue ngerasa pernah kenal sama lo" kata Milano pada Kimi yang hanya diam dan tidak menjawab pertanyaannya

***

Jangan lupa pencet bintang dibawah yaa😂😉

Sedekat Nadi Sejauh TakdirWhere stories live. Discover now