16

20 0 0
                                    

Hari ini datang. Dimana Hani melaksanakan rencana Daniel dengan keterpaksaan yang sangat mengganjal Hatinya.

Hani menumpahkan oli di jalanan lengang yang beberapa menit kedepan akan dilewati oleh mobil Alex dan Dayana. Setelah tidak lama menunggu, terlihat mobil Alex dan Dayana dibelokan jalan diujung sana, ketika mobil itu menggilas oli yang tadi ditumpahkan oleh Hani dengan sengaja, mobil itu hilang kendali, berjalan dengan tidak normal karena licin. Hani memunculkan dirirnya di beberapa meter di depan mobil secara tiba-tiba (seperti yang Hani lihat di DVD horrornya, Hani lihai melaksanakan tugasnya). Alex terkejut karna itu, membuatnya memutar habis stir mobil ke arah kiri dengan refleks hingga terjatuh ke dalam jurang dalam dan terjal.

“pekerjaan yang bagus.” Daniel muncul setelah semua rencananya disukseskan oleh Hani. Sedangkan Hani sekarang mematung merasa bersalah menatap jurang didepannya yang disana telah disianggahi oleh orang tua kekasihnya. Hani tidak sanggup berkata-kata.

Hani menjadi jahat dan pendiam sejak saat itu.

***

“Biiiik, Bik Isah..!” teriak Milano sambil menuruni anak tangga rumahnya.

Bik Isah yang diteriaki sedikit berlari menemui Milano seraya bertanya “ada apa tuan muda?”

“Papa sama mama belum pulang bik?”

“Belum Tuan Muda,” jawab Bik Isah seadanya.

“Hmm..”

Milano berjalan mengambil makanan didapur, membawa semuanya menuju ruangan pribadinya.

Milano memiliki ruangannya sendiri selain kamar tidurnya yang setiaphari harus dirapikan Bik Isah. Khusus ruangan ini, tidak ada yang boleh masuk selain yang mendapat izin langsung dari Milano. Ia tidak memperbolehkan Bik Isah merapikan ruangan ini kecuali saat ia meminta. Ruangan dengan tulisan ‘Milano's Hall’ dipalang pintu ini sedikit kecil dibanding kamar tidurnya, biasanya ia gunakan untuk bermain PS bersama teman-temannya atau sekedar dijadikan tempat tongkrongan mereka dikala tidak tahu ingin melakukan apa untuk mengisi waktu luang. Atau seperti sekarang, ia hanya duduk bersama makanan dan minuman dengan bersandar pada pintu kaca ruangan, menunggu kedatangan orang tuanya.

~Tuk Tuk Tuk~

Bik Isah mengetuk pintu kaca tempat Milano menyandarkan tubuhnya.

“Ibuk sama Bapak, Ibuk sama Bapak..” cerocos Bik Isah terbata-bata ketika Milano membuka pintu.

“kenapa sih Bik? Kayak habis dikejar-kejar hantu gitu,”

“Ibu sama Bapak kecelakaan Tuan Muda. Sekarang ada di UGD,”

Milano yang tidak menyangka akan mendapat kabar buruk ini refleks berlari mengambil kunci mobilnya. “Bik saya pergi,” teriaknya singkat menutup pintu rumahnya.

Bik Isah hanya diam dan bingung.

Milano kembali membuka pintu dan bertanya alamat RS tempat orang tuanya berada. Bik Isah memberi tahu alamat yang tadi diberi tahu oleh pihak rumah sakit yang menelfon.

***

Hani masih dengan rasa takut yang menggerogoti dirinya berusaha rileks dengan mencoba santai tidur-tiduran di kasur kamarnya. Tapi rasa takut itu tidak juga hilang. Ia hidupkan televisi di depannya berfikir dengan itu akan membuat sedikit kegelisahannya hilang. Ternyata tidak. Itu membuatnya semakin takut dan terburu-buru mencari ponsel yang sejak tadi sudah berada digenggamannya.

~Telolet.. Telolet..~

“Halo, halo Om! Om aku minta Om lihat berita sekarang.”

“Ada apa Hani?”

“Apa yang aku lakuin itu terekam CCTV mobil Om Alex. Bagaimana ini Om?!”

Daniel diam membisu.

“Semua ini rencana Om, kenapa Om diam aja?! Aku gak mau dipenjara Om, aku malu!” tuntut Hani

~Tut.Tut.Tut~

Terdengar bunyi telfon dimatikan.

Daniel memutus sambungan telfon secara sepihak di sebrang sana, menyisakan Hani yang semakin takut. Sendiarian ia memikirkan apa yang akan terjadi pada dirinya, bagaimana kelanjutan hubungannya dengan Milano.

Hani menatap dirinya didalam cermin riasnya yang besar. Ia tampak menangis menyesali yang telah ia lakukan tadi.

‘Kacau! Kacau semua! Goblok! Kenapa lo mau begok?!’ Hani mengutuk dirinya. Hani mulai mengacak-acak alat rias yang tadi tertata sangat rapi ditempatnya hingga pecah berserakan tidak teratur.

‘Goblok!!’ kali ini Hani berteriak sangat keras. Mengundang Hendri dan Utri masuk kedalam kamarnya.

Utri memeluk putrinya memberi kenyamanan. Awalnya Hani memberontak berusaha melepaskan pelukan itu, lalu seperkian detik berikutnya hani mulai melunak. Ia sadar bahwa ini lah yang ia butuhkan disaat seperti sekarang.

“Ada apa sayang?” tanya Utri setelah Hani tenang.

Flashback off!

“No, lo perlu tau. Gak sedikitpun gue punya niat buat bikin orang tua lo celaka.”

“Cukup sudah semua itu!” Milano berjalan lagi menjauhi Hani

“Gue gak bohong No! Lo harus percaya gue..” pinta Hani “Gue bisa jelasin semuanya,”

“Persetan! Semakin lo bilang begitu, semakin besar rasa benci gue ke lo. Jadi, cukup untuk semua yang sudah lo jelasin ke gue. Sudah cukup rasa benci ini sampai dititik ini. Jangan lo buat gue tambah benci ke lo karna penjelasan-penjelasan baru itu.”

~Hiks..~ Hani menangis.

“Jangan harap gue kembali untuk menghapus air mata itu.” Milano menjauh dari tempat itu, meninggalkan Hani.

Hani menghapus air matanya, berlari menyusul langkah besar Milano dan memeluk Milano dari belakang.

“No. Jika ini yang terbaik, gue terima. Tapi lo harus tau yang satu ini, ini yang terakhir. Gue minta maaf. Udah itu aja. Dan jika lo akan pergi dan gak akan kembali lagi ke gue, gue bisa apa? Hanya bisa menerima keputusan lo walau sebenarnya gue rapuh dan sakit.”

Milano melepas pelukan itu dan menggenggam kedua tangan Hani, menatap Hani dalam. “Gue terima maaf lo. Tapi tolong mulai detik ini, jangan pernah ganggu gue lagi.”

Deg.

Hani membeku mendengar kata yang keluar dari mulut mantan kekasihnya. Seperti memberi garis merah yang membatasi keduanya. Tuntas. Selesai sudah ceritanya. Kehilangan diri Milano sudah ia rasakan, ternyata lebih sakit dibanding saat ia merasakan kehilangan cinta Milano. Tapi, inilah jalan ceritanya. Ia tidak bisa menolak alurnya.

Hani menundukkan kepalanya. Ia menangis. Tidak ada kata yang bisa keluar dari mulutnya. Hanya rasa sesak dan suara isakannya yang terdengar hingga beberapa detik ke depan.

“Han,” Milano mengangkat dagu Hani. “Lupakan. Anggap ini gak pernah terjadi. Anggap kita gak pernah kenal atau terikat hubungan. Anggap gue gak pernah ada di hidup lo. Semoga lo bahagia. ‘Jalani sendirimu seperti sebelum aku datang.’ Lo ingat kata-kata itu? Madu Quotes, yang dulu sering lo lihat-lihat di instagram.”

(Author : Kepoin ya instagramnya😀 Ig : maduqoutes18)

Hani kembali memeluk Milano, kali ini lebih erat “Gue gak bisa No,”

“Lo pasti bisa.”

“Gue bisa apa? Hiks..” Hani makin terisak
Milano tidak menjawab dan berusaha melepas pelukan Hani.

“Izinkan gue meluk lo sekarang. Gue mohon jangan lepasin. Karna ini yang terakhir dan selanjutnya gue akan hilang, gak akan ganggu lo lagi, gak akan muncul lagi dihadapan lo. Semua terakhir sekarang.”

***

Voment ya guys❤

Sedekat Nadi Sejauh TakdirWhere stories live. Discover now