Hani melaju dengan motornya. Membelah jalanan dengan ganasnya. Sesak. Itu yang ia rasakan saat ini. Tiba-tiba ia teringat pada Bunga. Bunga adalah juniornya di sekolah, telah menjadi teman dekatnya setelah dikenalkan oleh Riki Andre Toteles (Kak Andre adalah kakak kandung Bunga). Bunga murid kelas X IPS 1. Ia sangat dekat dengan Hani.
Hani menghubungi nomor ponsel Bunga dan sepertinya diangkat. Tanpa babibu Hani langsung bertanya “Nga, lo dimana?”
“Dirumah kak. Kenapa?”
“Gue OTW rumah lo,”
“Ngapain kak?”
“Pengen ketemu Kak Andre..”
“Lahh, kenapa ngomong ke Bunga?”
“Canda. Gue mau curhat, boleh?”
“Boleh kok. Udah dimana kak?”
“Dikit lagi sampai,”
“Ohh.. Ditunggu kak. Hat--”
~Brukkk~
“Apaan tuh kak?”
--
“Halo”
--
“Halo kak Han. Kakak kenapa?”
~Tut.Tut.Tut~
Bunga menatap khawatir pada ponselnya. ‘Apa yang terjadi?’ batinnya. Ia mencoba menghubungi Hani, tersambung tapi tidak diangkat.
Bunga masih menunggu kedatangan Hani. Tetapi yang ditunggu tak kunjung datang. Bunga cemas. Ia mencoba menghubungi ponsel Hani lagi, sama seperti tadi tidak diangkat padahal tersambung.
‘Ada apa sih ini?’ batinnya.
Ia coba lagi menghubungi ponsel Hani, kali ini diangkat. “Kak Han baik-baik aja?”
“Maaf. Selamat sore, kami dari pihak rumah sakit ingin memberitahukan bahwa saudari yang memiliki handphone ini sekarang berada di RS.Purnama dikarenakan mengalami kecelakaan dan tewas saat diperjalanan menuju rumah sakit.”
Bunga terdiam, kaget mendengar berita pahit itu.
“Apakah anda mendengarkan saya?”
“Ya.. iya Pak. Saya dengar.” ucap bunga terbata
“Terima kasih.”
~Tut.Tut.Tut~
Bunga mematung di tepi ranjangnya. Setelah menjauhkan ponsel dari telinga. Tidak dapat dipercaya. Hani yang baru saja menelfon mengatakan bahwa akan datang kerumahnya sekarang telah tiada. Perlahan tanggannya basah oleh tetes air mata yang jatuh. Bagaimana tidak, mereka saangatlah dekat. Hani sudah ia anggap sebagai kakak kandungnya setelah Kak Andre.
‘Mama Utri harus tau.. Hiks..’
~Bunga menghubungi Utri~
“Assalamualaikum. Mama, maaf mengganggu. Bunga mau kasih kabar,”
“Waalaikum salam. Kabar apa sayang?”
“Jadi gini Ma, tadi pihak RS.Purnama bilang.. Kak Hani sekarang ada di rumah sakit,”
“Apa yang terjadi?”
“Kak Hani kecelakaan Ma,”
“Astagfirullah. Bagaimana keadaan Hani sekarang Bunga?”
“Maaf Ma, Kak Hani udah gak ada.. Hiks..” tangis yang sedari tadi ia tahan sekarang pecah.
“Astagfirullah. Ya Allah. Hani. Mama ke RS sekarang. Terima kasih karna sudah memberi tahu Mama ya Bunga”
“Bunga minta maaf Ma,”
“Bukan salah kamu sayang. Tante buru-buru. Assalamualaikum.”
~Tut.Tut.Tut~
“Waalakum salam.” lirih Bunga. Menaruh ponselnya sembarangan.
Bunga menangisi dirinya adalah penyebab kematian Hani. Bunga memaki dirinya sendiri.
“Toa. Berisik lo. Lihat gitar gue gak? Dikamar gak ada soalnya.”
Bunga tidak menjawab. Ia masih menangis tanpa suara.
“Nga, gue nanya nih, malah diam.” umpat Andre sambil mencari-cari gitarnya.
“Nah. Ini dia. Lain kali kalo pinjam barang orang, kembalikan ketempatnya supaya orang gak nyari sana-sini. Trus, lain kali kalo orang bertanya tu dijawab.” Andre berkata seperti itu karna tidak tahu kalau Bunga sedang menangis.
“Kak..” suara Bunga terdengar bergetar.
“Eh, lo nangis?” Andre ber-eh menyadari adiknya ternyata menangis. “Kenapa?”
“Kak Hani meninggal..”
***
Berakhir..
Benar-benar berakhir.
Hani benar-benar pergi. Bukan hanya meninggalkan Milano, tapi semuanya.
Hari ini Senin. Murid-murid sengaja dipulangkan setelah Upacara Bendera dan setelah Kepala Sekolah selesai memberi tahukan kabar buruk itu pada seluruh warga sekolah. Sebahagian murid yang tidak kenal dengan Hani memilih pulang ke rumah masing-masing. Sebahagian murid yang kenal dengan Hani memilih menjenguk ke rumah Hani. Termasuk Bunga dan Andre yang kemaren telah ke RS untuk menjenguk Hani.
Hari ini jasad Hani dibawa dengan AMBULANCE bersama tetesan air mata keluarga besarnya.
Kain putih melambai-lambai pasrah dihembus angin.
Karangan bunga duka cita diam terpaku memperlihatkan rangkaian bunga yang disusun sengaja membentuk nama Hani dengan jelas.
Rumah Hani saat ini ramai oleh orang-orang yang turut berduka cita oleh kepergian Hani.
Orang-orang memakai baju hitam, payung-payung berwarna hitam, juga keranda yang ditutup kain hitam itu, semua tampak gelap dengan dominasi warna hitam disemua sudut ketika diperhatikan.
Seperti lautan yang airnya digantikan oleh manusia dibawah payung hitam.
Mata yang biasanya menatap Hani dengan rasa kasih sayang sekarang menjadi sembab dan layu.
Duka, tangisan, isakan terdengar dari ruang tengah rumah tempat Hani tidur sekarang. Ya, Hani tidur dan tak akan bangun lagi.
Milano saat ini duduk disamping Utri “Tan, saya turut berduka atas kepergian Hani,” ucap Milano pada Utri.“Selamat jalan Hani. Semoga lo tenang disana.” Sambung Milano pada Hani didepannya. ‘Seandainya lo tau, gue benar-benar gak nyangka lo akan pergi dengan jalan ini. Secara gak langsung gue merasa kehilangan lo. Gue minta maaf Han..’ Sambung Milano lagi dalam hati.
***
Bla bla bla (sorry gjls)😬
Kalian boleh kok rekomendasikan cerita ini ke teman² kalian kalo mau😌😁
![](https://img.wattpad.com/cover/85246324-288-k26169.jpg)
YOU ARE READING
Sedekat Nadi Sejauh Takdir
Teen FictionBolehkah aku mencintai mu? ~Ketika dimana cinta mereka perjuangkan dengan kesalahan ~Liku jalan kehidupan yang mempertemukan keduanya ~Dua makhluk tuhan yang entah mengapa saling jatuh cinta Kenapa baru sekarang Mama? Papa? Kenapa baru sekarang?!! B...