Mengunjungi Pacarku

832 20 1
                                    

Perjalanan pesawat dari Jakarta memakan waktu selama 2 jam. Kini aku berada di bandara Ngurah Rai, di pulau tempat kelahiranku, yaitu Bali. Aku menerima undangan dari pacarku untuk bertemunya di suatu pantai yang cukup indah di Bali. Suasananya tenang, sejuk, namun tidak seramai di Pantai Kuta.

Dari bandara, aku menuju tempat itu menggunakan taksi. Sebelum sampai di pantai tempat tujuanku, aku akan berkeliling di Bali menggunakan Taksi. Aku memanfaatkan waktu ini untuk bernostalgia saat aku bersama pacarku. Namanya Ni Made Suasti, atau yang biasa aku panggil Asti.

Perlahan, taksi yang kuaniki keluar dari area Bandara Ngurah Rai. Pikiranku mulai mengawang masa lalu. Saat itu aku kelas satu SMA. Aku bertemu dengan Asti di kantin. Dia sedang membeli Bakso. Dan ternyata setelah kami berpacaran, aku mengetahui bahwa Bakso adalah makanan favoritnya. Saat itu, aku yang anak pindahan dari Jakarta, berpapasan dengannya.

Wajahnya cantik jelita, pipinya tirus, kulitnya putih seperti orang Bali kebanyakan rambutnya terurai panjang. Dia nampak cantik, apabila jika mengenakan pakaian khas bali. Auranya menyebar ke seluruh penjuru. Semua orang yang pertama kali melihatnya akan terpesona, sama seperti aku.

Saat itu, dia hendak membayar baksonya. Namun, uangnya tertinggal. Aku yang kebetulan membawa uang lebih, menghampiri dia dan aku bayari baksonya. Saat itu, kami saling mengenal satu sama lain.
Taksiku melintasi depan sekolahku yang dulu. Aku ingat. Asti adalah anak kelas Biologi. Eh apa Fisika ya. Pokoknya dia pintar. Dia gadis yang paling pintar dalam pelajaran, namun juga pintar dalam mengambil hatiku.

Dia orang Bali asli dan aku orang Jakarta yang pindah ke Bali. Kami selalu pergi dan pulang dari sekolah mengendarai sepeda berdua. Jalanan Bali dulu masih sepi, tidak seramai sekarang, banyak anak sekolah yang menggunakan sepeda.

Teman-teman cowokku cemburu. "Hei, Putu! Hari sudah sore, besok banyak PR, kau kerjakan saja PRmu di sekolah. Biar si Asti pulang bersamaku haha." Temanku Made Gede meledek, menggunakan bahasa Bali, namun dalam cerita ini aku ceritakan dalam Bahasa Indonesia, kalau tidak pasti kau akan bingung hehe. Aku semakin tidak sabar bertemu dengannya saat ini.

Sesaat berhenti di depan sekolahku, taksiku langsung meluncur ke Pantai Kuta. Jarak dari sekolahku menuju pantai Kuta cukup dekat. Jika keesokan hari tidak ada PR (atau aku malas mengerjakannya), aku mengajak Asti ke Pantai Kuta. Kami menghabiskan waktu dengan bermain air, atau sekedar tiduran melepas penat di pesisir pantai.

Sunset di Pantai Kuta adalah pemandangan yang paling menakjubkan di Bali. Walaupun masih kalah dengan sunset di Ubud. Aku duduk di sampingnya. Perlahan matahari mulai berwarna oranye, ombak sangat tenang, dan suasananya syahdu. Asti menoleh padaku. "Putu, aku ingin bersamamu sepanjang waktu, aku ingin terus begini bersamaku."

"Aku juga. Namun mau bagaimana lagi, ayahku akan pindah ke Jakarta," jawabku sambil terus melihat langit gradasi oranye

"Jangan pergi, kau di sini saja. Tinggal lah bersamaku. Aku akan melihatkan padamu seisi Bali."

"Asti, aku sayang padamu aku..."

"Aku pulang duluan." Dia memotong perkataanku dan langsung bergegas pergi meninggalkan Pantai Kuta dengan sepeda kuningnya. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Saat itu aku bodoh sekali.

Semenjak saat itu kami tidak terlalu dekat. Mungkin dia ingin menjauh dariku, tapi aku tidak nyaman dengan itu. Aku sering mengajaknya pergi pulang bersama, namun ada saja alasan yang ia buat. Aku merasa aku salah harus pergi meninggalkannya. Padahal aku sudah nyaman tinggal di Bali. Aku sudah berkata pada ayahku, bahwa aku bisa tinggal di Bali sendiri. Tapi hasilnya nihil, katanya aku belum bisa mandiri, dan kemungkinan ayahku tidak akan pergi ke Bali lagi. Mungkin inilah saat terakhir aku bisa bertemu Asti.

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang