Mitos Melindas Kucing

778 2 0
                                    

Karya : Farisan Kamestiawara Pratama

Di tengah malam, sebuah mobil camry melaju kencang di jalan raya yang sepi. Di dalamnya terdapat seorang pria berumur 40 tahun mengenakan jas, sedang menyetir. "Halo, sayang. Maaf ya aku ninggain kamu di hotel", bilang pria itu sambil menelepon.

Suara perempuan membalas, "Kok om ninggalin aku sendirian di hotel, sih? Aku pikir om pulangnya nanti pagi. Huft" Suara si perempuan terdengar menggerutu.

Pria itu terlihat kebingungan menjawab, "Om lupa bilang ke bini om, mau lembur. tadi bini om nelfon mulu, om jawab aja tadi nabrak kucing. Ini om juga pake jalan pintas biar cepet sampai rumah". Semakin lama mobil itu semakin kencang di jalan kecil yang halus itu.

"Ih... Om, mah kebiasaan, lupa mulu", centil si perempuan, "Tapi jangan lupa iphone 7 ya, om, hehe!"

"Siap ! Nanti om beliin kamu iphooo....."

Duar !! Ckittttt !!!!

Mobil si pria itu menabrak sesuatu. Sontak pria itu berusaha menghindar dengan membanting stir ke kiri, mengarah ke pohon di pinggir jalan, lalu mengerem mendadak.. Pohon itu tinggal berjarak setengah meter lagi dengan kap bagian depan mobilnya. Si pria menghela napas lega karena tidak menabrak pohon. Namun ia penasaran apa yang baru saja ia tabrak.

Ia buka pintu mobil, dan keluar melihat ke tengah jalan. Tapi tak ada apapun. "wah, mungkin hanya mimpi. Pengaruh ngantuk sudah larut malam." Gumam si pria menenangkan diri.

Saat balik ke mobil, betapa terkejutnya ia melihat seekor kucing yang tergeletak di kolong mobil. Kucing ituberguling-guling di bawah mobil, lalu berguling ke arah pria tersebut. Kakinya depan si kucing pincang. Leher kucing itu terpotong setengah, darah segar muncrat ke mana-mana. Si pria tidak tahu harus berbuat apa. Dia mengambil batu yang sekepalan tangannya, ingin menindih kucing itu agar segera mati. Tapi ia tidak sempat melakukannya. Beberapa lama kemudian akhirnya kucing itu diam, darah dengan pelan mengucur membanjiri jalanan.

Panik sekali pria itu, dari tadi hanya memasang tampang jijik dan ekspresi takut. Ia sangat ketakutan "Waduh, bagaimana ini? Tidak ada siapapun di jalan ini. Aku juga tidak sanggup menguburkannya sendirian. Aku takut masuk neraka!" Si pria berpikir keras, lalu celingak-celinguk ke sekelilingnya, "Ah, sudahlah. Tidak ada yang melihat ini. Aku balik saja ke rumah"

Dengan cepat pria itu masuk ke mobilnya dari pintu penumpang sebelah kiri depan karena takut menginjak kucing, lalu pindah ke jok supir. Ia menyalakan mobil, dan menginjak pedal gas perlahan. Jegluk, mobil berguncang pelan. Mungkin ban mobil belakang itu melindas jasad kucing. Kini kucing itu terkapar sendirian. Mobil itu pun kembali berjalan dengan pelan, takut jika ada kucing lain yang ia tabrak.

Keesokan pagi, matahari terbit dengan gagah, sinarnya membangunkan setiap orang untuk beraktivitas. Sebuah becak melaju pelan di jalan itu, dengan tukang yang memakai topi ala tentara. Ia tidak terlihat menikmati pagi. Di rumah, ia tidak mendapatkan sarapan dari sang istri. "Udah sana akang kerja, makanan pagi ini cukup buat aku dan anak-anak, duit kita menipis, sana cari duit dulu... Ya kalo akang mau makan" Ledek si istri, sambil menyuapi anak kecil di pekarangan rumah kontrakan.

Maka dari itu, si supir memasang raut bete. Biasanya ia mangkal di pasar, menunggu penumpang yang hendak ke rumah. Kini ia berkeliling di antara rumah-rumah, kali saja mendapat penumpang yang hendak pergi ke pasar.

Ketika sedang menyusuri jalan. Becak itu terhenti seketika karena ada sesuatu yang menghalangi jalan. Ada seorang kucing terkapar dengan leher robek, kepalanya hampir putus. Tukang becak itu turun dari becak dan memperhatikan di kucing. "Ini mah sudah mati, apa aku langsung kubur saja kali, ya?", gumam si tukang becak. .

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang