Angin berhembus cukup kencang saat gadis itu terduduk di pinggir tebing yang menghadap langsung ke pantai. Dia duduk sembari menggerakan kakinya, dengan mata yang memandang lautan luas.
"Fik." Ucapnya tiba-tiba, disusul dengan air matanya yang mengalir.
Ia mengusap kasar air matanya lalu berdiri dari tempatnya. Memandang kembali lautan luas yang tenang sebelum melangkah meninggalkan tempat itu.
Siapa itu Fik?
---
Gadis itu kembali datang dan duduk ditempat yang sama. Ini tepat seminggu dari pertama kali dia datang. Dan aku tetap tidak mengerti apa tujuannya datang kesini malam-malam. Seperti malam sebelumnya, dia hanya duduk, menggerakan kakinya yang terjuntai di dinding tebing dengan mata yang menatap lautan.
"Rindu," ucapnya kali ini.
Dan seperti malam sebelumnya, dia kembali mengusap air matanya yang sudah terlebih dahulu membasahi pipi tirusnya, lalu berdiri menatap lautan dan berjalan menjauhinya.
Kemarin 'Fik', sekarang 'Rindu'. Besok apa lagi?
---
Malam di minggu ketiga dan gadis itu kembali datang. Melakukan rutinitas seperti malam-malam sebelumnya. Ingin rasanya aku menghampirinya dan bertanya apa tujuannya melakukan semua itu. Tapi, aku tahu, aku tidak akan bisa.
"Lelah." Ucap gadis itu di malam ini.
Seperti sebelumnya, gadis itu menangis lagi. Tapi, sekarang ia tidak lantas berdiri dan meninggalkan tempat ini. Ia tetap duduk ditempatnya. Menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya. Beberapa menit bahunya bergetar menandakan kalau dia menangis, sebelum akhirnya berdiri dan berlari menjauhi tempat itu.
Kenapa dia sebenarnya?
---
Kamis malam di minggu ke empat. Tapi, gadis itu belum datang. Entahlah. Sejak malam itu, aku selalu menunggunya untuk datang ke tempat ini, lalu diam melihatnya melakukan segala rutinitasnya. Yang secara tidak sadar, itu juga telah menjadi rutinitasku. Sebenarnya aku ingin menghampirinya, duduk disebelahnya, bertanya apa yang terjadi, mendengarkan ceritanya, dan memeluknya saat dia menangis. Tapi, apa daya.
Oh, dia di sana. Baru saja datang. Tunggu, apa itu yang dia bawa? Sebuah kertas, dan sebuah kotak kecil yang terbungkus rapi. Aku penasaran, apa isi kertas dan kotak itu? Dia kemudian duduk di pinggir tebing seperti biasanya. Tapi, sekarang, dia tersenyum. Harusnya dia tahu, kalau dia berkali-kali lipat terlihat lebih cantik saat tersenyum daripada menangis seperti sebelumnya.
Kini dia membuka kertas yang tadi dibawanya. Membacanya sekilas sebelum matanya kembali menatap luasnya lautan yang terlihat lebih berisik dari malam-malam sebelumnya. Kemudian dia membuka kotak kecil yang tadi dibawanya. Mengeluarkan beberapa benda seperti bunga mawar tanpa tangkai yang telah layu, sebuah boneka beruang kecil, dan sebuah cincin yang terlihat sangat cantik. Ia lalu mencium bunga mawar itu, mengelus boneka itu, serta memasang cincin ke jarinya. Lagi-lagi ia tersenyum, sembari menatap cincin yang kini melingkar di jari manisnya.
Setelah beberapa saat, gadis itu kembali meletakan barang-barang itu ke kotaknya. Tidak lupa cincin yang kembali ia copot dari jarinya. Lalu gadis itu berdiri, dan menatap laut.
"Aku menyusulmu, Fik," ucapnya yang kemudian disusul oleh bunyi benda terjatuh ke dasar tebing.
Aku mengerti sekarang. Selamat tinggal, gadis kecil. Sekarang kau sudah tidak perlu datang ke tempat ini, karena sekarang kau sudah menyusulnya. Terima kasih telah membiarkan batu ini menjadi saksi perjuanganmu. Sampaikan salamku untuknya.
***
Karya: nandakiranaa_
![](https://img.wattpad.com/cover/85624401-288-k62993.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen
Short StoryBaris kata yang terangkai, bukan hanya lembar-lembar berdebu di buku tebal untuk kau simpan dan tak pernah kau baca. Setiap hurufnya memiliki arti. Menceritakan padamu kisah yang begitu membekas di hati. Bagaimana cara sebuah tulisan dapat membuatmu...