Bandung, 21 Februari 2004

179 7 1
                                    

Tian seorang mahasiswa Universitas Padjajaran fakultas kedokteran, yang sedang dalam masa krisis belajarnya menuju tesis akhir untung sidang dan wisuda. Lokasi rumah yang tidak terlalu jauh dari kampus, menyebabkan Tian, mau tidak mau tetap tinggal di rumah seperti biasa, tak seperti teman-temannya yang lain yang jika sudah memasuki masa perkuliahan, biasanya akan pindah ke kos-kosan atau kontrakan dikarenakan lokasi rumah dan kampus yang berjauhan. Bandung mistis tapi tidak menurut Tian. Tidak samapi Tian merasakan sendiri apa itu mistis.

Bandung 21 februari 2004. Sendirian, lagi. Tian di rumah yang besarnya menyerupai istana mini ini sedang sendirian. "Sial," batinnya. Disaat semuanya berkumpul dengan keluarga besar di kampung halaman. Tian justru menunggu di rumah menyelesaikan skripsinya, ia tak bisa ikut kedua adiknya dan orangtuanya pulang ke kampung halaman.

Sudah pukul 1.45 malam. Tapi kantuk yang Tian miliki. Sebisa mungkin ia lawan rasa itu, demi menggapai sidang secepatnya.

Tapi.... mengapa malam ini terasa ada yg bau amis? Tak tau lah apa itu, Tian tak peduli. Dilanjutkannya kembali skripsi ia tapi...

PRANG!!

Tian langsung beranjak refleks menuju arah datangnya suara itu. Ternyata hanya ada Leo-kucing peliharaanya-yang sedang asyik bermain piring yang dipajang dalam rak ruang tamu. Mau tak mau Tian harus merapihkan itu semua.

Lanjut kembali ke kamar, ia sibuk melanjutkan tugasnya. 20 menit... 45 menit... 1 jam..., hingga akhirnya jam sudah hampir pukul 3 subuh. Tian tak ingin tertidur meistirahatkan raganya, ia ingin melakukan tahajud dan berdoa hingga subuh datang, baru ia memulai untuk istirahat.

Ia keluar menuju kamar mandi yang berada di antara kamar Tian dan ruang tamu, ia menggambil wudhu tetapi saat ia membasuh muka mengapa seperti ada yang menertawainya?

Mungkin itu tukang sapu yang sudah harus membersihkan halaman komplek perumahan Tian, yang sudah mulai bekerja sejak pukul subuh dini hari demi kenyamanan semua. Sungguh kasian mereka yang bangun tengah malam begini, pikir Tian.

Tapi mengapa ada yang aneh, yang tertawa seperti hanya ada satu orang, bukankah mestinya ada beberapa orang untuk membuat sutu hal yang lucu? Apa yang ingin di tertawakan sendirian pada subuh hari seperti ini?

Tak penting lah, Tian hanya akan melanjutkan rencana yang sebelumnya, yaitu beristirahat.

Baru memejamkan mata kurang dari 5 menit, ia mendengar kembali gesekan-gesekan aneh dari luar. Tian terperanjat kaget.

"Apa itu?"

Tapi tak lama terdengar, suara itu hilang. Tian masih ragu, tapi ia lelah. Mencoba untuk tertidur kembali, namun terulang lagi. Ada suara yang tak mengenakan untuk Tian dengar, ada suara pukulan-pukulam keras yang datang dari luar.

"APA ITU?"

Tak mau beralama-lama lagi, Tian beranjak dari kasurnya dan keluar melewati kamar mandi serta ruang tamu, dan akhirnya keluar dari rumah.

Aneh, tak ada satu orang pun di luar. Bahkan tukang sapu yang tadi ada di benak Tian tak ada di luar seperti dugaan Tian.

Tian bingung, dan pastinya ketakutan. Tak mau beralama-lama meratapi keanehan yang terjadi. Tian berbalik dan langsung memasuki rumah tanpa lupa mengunci pintu kembali.

Tian kembali kebawah selimut, menenangkan diri dan berfikir positif terus menerus.

Semenit...

5 menit kemudian...

10 menit...

20 menit...

Tian terlelap.

Nyaman, sejuk, leluasa.

Seperti ada yang menyentuh. Sesak, geli, berat, tak bisa bergerak!

Tian sekeras mungkin berusah membuka matanyaa! Dan ketika ia membuka matanya...

Di atas kepalanya yang sudah sangat berat untuk diangkat, terdapat wanita berambut panjang sekali bergelantungan di depan mata Tian dengan tatapan aneh, dan
Tertawa.

Itu lah Mba Kunti.

***

Karya: Ranaya Alisa Rahma

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang