Terbit Cinta di Langit Semeru

312 14 0
                                    

Entah ada petir atau tornado yang melanda pikiran Ali, tiba-tiba saja dia mengirim pesan untuk mengajakku mendaki Gunung Semeru bersamanya. Tepatnya besok, hari Jumat jam 9 malam, tidak lebih, tidak kurang. Sekarang, aku tinggal mengemas baju-baju milikku karena semua hal lain telah dipersiapkan olehnya.

Hebat sekali, lelaki ini sangat senang membuat serangan jantung dengan lawakannya yang sama sekali tidak lucu. Pasti dia mempermainkan aku untuk mengemas pakaian kemudian mengirim pesan lagi pada hari berikutnya yang berbunyi, "Selamat! Aku menipumu Sherly. Aku senang membuatmu kesal." Seperti yang telah dia lakukan tahun lalu, saat mengajakku ke Pulau Seribu.

Lebih baik aku tidak membalasnya. Mungkin berpura-pura sebagai operator, yang mengiriminya pesan bahwa nomor milikku sudah tidak aktif, juga menjadi opsi terbaik selanjutnya. Tapi, mana mungkin aku bisa melakukannya. Biar bagaimana pun Ali adalah teman nongkrongku dulu waktu SMP. Bahkan dia menjadi ketua perkumpulan super tidak jelas itu, walaupun karena dipaksa Setyadi, Iki, dan Faisal teman seperkumpulanku yang lainnya. Namanya adalah Uempigeng. Berasal dari singkatan UMP yang berarti Urat Malu Putus. Benar, aku sedang sinting saat memberi nama tersebut.

Aslinya Ali adalah orang yang sangat serius dan minim bicara. Dia masih menggunakan aku-kamu saat berkomunikasi. Jujur, aku pernah punya rasa dengannya dan dia merespon hal yang sama. Aku pernah sangat dekat dengannya dulu. Saking dekatnya sampai jadi bahan ledek anak Uempigeng. Padahal, tidak ada hubungan apa-apa di antara kami. Tidak ada yang terjadi.

Namun, sekarang lebih parah lagi. Aku menganggap dia telah berevolusi. Kudengar dia merokok dan sering jalan dengan banyak cewek. Waktu memang terlalu cepat hingga tak terasa kami sama-sama duduk di bangku kelas 2 SMA,  berubah dewasa, pada sekolah yang berbeda, hingga saling lupa.

Tak lama kemudian, aku melihat kicauan pesan dari Setyadi di grup Whatsapp Uempigeng. Aku mengira dia akan bertanya, apakah semua menerima pesan dari Ali atau tidak. Kemudian, dia akan memancing kami semua untuk menghujat Ali bersama-sama, berhubung Ali tidak masuk grup ini. Dia paling anti dengan media sosial.

Kenyataannya, tidak demikian. Setyadi memberi kabar untuk ketemuan untuk membahas rencana naik gunung. Pukul 7 malam di rumahku dan dia bilang aku telah menyediakan makanan sangat banyak. Tanpa pikir panjang, semua langsung setuju. Dasar predator.

Lagipula kenapa semua begitu yakin dengan pesan dari Ali? Mengapa semudah itu mereka percaya? Kupastikan mereka akan menyesal ketika lelaki itu berhasil melancarkan kebohongannya. Lihat saja nanti.

Fajar menghilang, malam pun datang. Aku mendengar suara klakson berkali-kali. Kubuka pintu dan terlihat Setyadi, Iki, dan Faisal datang berbarengan seperti geng motor Burhan di Novel Dilan. Bedanya mereka geng motor matic. Perkembangan jaman.

"Mana Sher makanannya?" Faisal cengengesan sambil berjinjit melirik sela pagar rumahku. Biasanya aku akan menggelar karpet dan menaruh berbagai makanan di sana sehingga bisa dilihat dari luar pagar. Tetapi sekarang tidak. Malas.

"Masuk aja dulu nungguin Bos Ali." Iki membuka pagar dan nyelonong masuk sendiri. Dia mengeluarkan peralatan wajib. Laptop dan stik PES. Lalu duduk melakukan ritual. "Ayo Set lawan gua."

"Eh, Ayah lu enggak ada kan yah?" Setyadi mengambil stik PES yang disodorkan Iki lalu duduk di sampingnya.

"Mau ngapain emang?"

"Tadi Bos Ali nanyain." Kulirik Faisal yang ikut nimbrung. "Katanya kangen sama calon mertua! Hahay!" Kumanyunkan bibir lalu terdengar tawa bersahutan dari Faisal dan Setyadi. Sedangkan Iki masih sibuk dengan PES.

"Enggak lucu!"

"Katanya sih mau izin gitu, Sher," ucap Faisal kemudian. "Iya Sher!" Setyadi mengangguk-ngangguk. Kukerutkan kening untuk pengganti pertanyaan kenapa. "Mau nikahin anaknya! Muehehehe!" Setyadi menjawab dengan wajah belernya.

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang