Chapter 5
Jiyoung bangun dengan sedikit bersungut-sungut menandakan suasana hatinya yang masih belum mau berkompromi dengan matahari yang sudah terbit tinggi.Dengan sedikit terseok-seok ia masuk ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menyikat giginya,mungkin ia juga harus menggunakan BB cream lebih tebal dari biasanya untuk menyembunyikan kantong mata yang muncul akibat menangis tadi malam.
Baru saja ia akan memulai paginya dengan niat ingin melupakan semua hal yang terjadi kemarin,Jiyoung bertemu dengan orang terakhir yang ia ingin temui saat itu.Di dalam kamar mandi Jieun sudah terlihat rapi dan sedang menyisir rambut coklatnya yang terlihat begitu halus dan indah.
Senyuman Jieun merekah lebar ketika melihat Jiyoung masuk sambil mengacak-ngacak rambutnya yang sudah berantakan,”Selamat pagi Jiyoung ah!”
Jiyoung memutar bola matanya dan langsung maju kedepan cermin sambil sedikit mendorong Jieun agar menyingkir dari depan cermin,”Keluar.”
Jieun mengerucutkan bibirnya dan mulai berbicara dengan nada merajuk andalannya,”Kau kan tidak mau mandi atau apa.Kita kan sudah sering berbagi kamar mandi seperti ini sejak kecil.”
Demi menjaga suasana hatinya agar tidak hancur di pagi hari Jiyoung hanya terdiam dan memulai ritual paginya.Ia mencoba untuk melupakan kehadiran Jieun disebelahnya namun mulut wanita itu terus saja mengoceh dan mengabaikan ekspresi wajah Jiyoung yang jelas mengatakan bahwa dirinya terganggu dengan segala bentuk suara yang diproduksi olehnya.
Sambil menyikat giginya,mata Jiyoung mau tidak mau melirik ke pantulan cermin di depannya.Ia sedikit bergidik ngeri ketika menyadari betapa miripnya wajahnya dengan wanita disebelahnya itu,sudah 17 tahun mereka lahir dan tidak pernah terpisah sejak saat itu namun ia tidak pernah merasa biasa ketika melihat wajah keduanya disandingkan seperti ini.
Tanpa ia sadari dirinya mulai membandingkan dirinya dengan saudara kembarnya itu.Bentuk wajah,hidung,mulut,pipi bahkan warna rambutnya bagaikan digandakan begitu saja kepada keduanya.Tapi mengapa keduanya begitu berbeda?Kenapa perlakuan orang berbeda terhadap keduanya?Selama yang Jiyoung ketahui,dirinya bahkan selalu memakan makanan yang sama dengan Jieun.
“Jiyoung ah,kita sudah lama tidak ke sekolah bersama-sama.Kau kutunggu di ruang tamu yah.”kata Jieun sambil menunjukkan senyumnya yang membuatnya terlihat begitu tulus dan tidak bersalah.Setidaknya itu yang selalu orang-orang katakan ketika mengomentari senyuman bak dewi milik Jieun itu.
Jiyoung meletakkan sikat giginya dengan keras ke atas wastafel dan menatap tajam Jieun yang kini sudah berdiri di ambang pintu,”Awas saja kalau nanti aku keluar dari kamar mandi dan kau masih ada di rumah.”
Tubuh Jieun sedikit bergetar ketakutan dengan tatapan tajam mata Jiyoung itu namun bukan berarti ini pertama kalinya Jieun mendapat tatapan itu.Entah sejak kapan keduanya hampir tidak pernah mengakhiri percakapan mereka tanpa Jiyoung yang menatapnya penuh amarah atau Jiyoung meninggalkannya begitu saja.Sebenarnya Jieun sama sekali tidak pernah tahu kesalahan apa yang pernah ia perbuat pada saudara kembarnya itu sampai Jiyoung kelihatan sangat membencinya itu,tapi kebanyakan waktu Jieun mencoba untuk mengabaikan kekasaran Jiyoung dan meyakinkan dirinya kalau saudaranya itu hanya mengalami waktu transisi remaja dimana kebanyakan dari mereka akan sering marah-marah tidak jelas.
“Jiyoung ah!Temanmu menunggu di depan!”seru ibu mereka dari arah ruang tamu.
Jiyoung mengernyitkan dahinya ketika mendengar seruan ibunya itu,ia tidak mengingat kalau dirinya membuat janji dengan Seungyeon pagi ini.Tapi ketika fikirannya kembali pada malam kemarin ia sangat yakin kalau Sungjae lah yang sudah berdiri di depan rumahnya sepagi ini.Rumah Sungjae memang searah dengannya namun keduanya tidak selalu berangkat bersama setiap pagi,alasannya tentu saja karena Jiyoung terlalu sering bangun terlambat.Mungkin Sungjae sedikit khawatir setelah meninggalkan Jiyoung menangis seperti kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misconception of Us (Completed)
Fanfiction"Bagiku yang penting aku berada disampingnya,karena dia pusat dari tata suryaku.Karena dia adalah alasan kenapa jantungku masih tetap berdetak.Setiap kali melihatnya,jantungku terasa seperti dipaksa untuk tetap bergerak." Kang Jiyoung dan Kang...