16. Destiny?

78 9 0
                                    


3 September 2016

Sore itu cuaca begitu cerah, tidak ada awan hitam atau bahkan abu-abu diatas bentangan langit. Matahari sudah mulai berjalan menuju arah barat, mengisyaratkan manusia untuk mengakhiri aktifitas nya dan kembali berkumpul dengan keluarga didalam rumah masing-masing.

Namun , lain halnya dengan pegawai partime seperti Lee Hyeri ia bahkan belum menyelesaikan shiftnya hari ini. Dan, masih berkutat dengan layar mesin kasir didepannya.

"Bibi ? Ini jamberapa kenapa shift ku tidak kunjung selesai?" Sarkas Hyeri kepada bibi Hana yang sedang menulis sesuatu di notenya.

"Aish! 1 jam lagi. Kau ini kenapa? Sudah 7 kali bertanya seperti itu padaku," decak Bibi.

"Rahasia!" Ucap Hyeri lalu menyipitkan matanya dan tersenyum senang didepan Bibi Hana.

1 jam kemudian bibi Hana memanggilnya untuk menyudahi shiftnya. Dengan sekali panggilan ia langsung melepas nametag dan mengambil tasnya kasar.

"Daaa bibi! Daaa teman-teman!" Ucapnya sambil berlari cepat meninggalkan mereka kebingungan akan tingkah nya yang lain dari biasanya.

-

HYERI

Kini aku berada di salah satu pusat perbelanjaan yang tak jauh dari apartmenku. Sudah sekitar 20 menit aku berjalan-jalan namun tak menemukan barang yang pas yang ingin ku beli. Justru aku sudah menghabiskan sendiri 3 botol ice coffe sore ini. Langit pun sudah gelap,tapi aku belum juga menemukan barang yang bagus dan cocok.

Namun saat aku sedang sibuk mendengus, tibaa-tiba aku melihat toko boneka yang besar. Besar sekali, dan aku yakin disana terdapat banyak pilihan. Semoga saja ditempat itu aku menemukan apa saja yang cocok untuk ku beli. Aku sudah benar-benar putus asa, dengan keterbatasan uang yang kupunya aku jadi tidak bisa leluasa membeli barang yang mahal.

Setelah aku menjamahi toko boneka itu aku akhirnya menemukan boneka besar olav si manusia salju , entah aku sudah sangat lelah berkeliling jadi mungkin ini lebih baik daripada tidak sama sekaali.

Rasanya badanku lelah sekali hari ini, mungkin sesampainya diapartment aku akan langsung tidur , nafsu makan ku pun juga hilang karena rasa kantuk lebih egois dari nya. Dan benar saja setelah aku memasuki kamar ku dan melihat ranjang itu aku rasa kini tempat tidur ku benar-benar merindukan pelukan ku.

"Aku datang!" Teriakku pada ranjang ku dan kujatuhkan tubuhku di tempat itu. Sungguh, benar-benar nyaman, otot-otot yang sedari tadi menegang pun kembali luwes. Rasanya tak perlu pijat atau semacamnya, hanya dengan berbaring di ranjang empuk ku ini semua lelah hilang seketika.

Beberapa jam saat aku sudah tertidur, Samar-samar aku mendengar ponselku berderig, kali ini bukan panggilan masuk atau pun pesan masuk. Namun alarm ponselku berbunyi. Aku mengambil ponsel diatas nakas lalu kulihat dan benar saja, sekarang sudah pukul 00.01 malam. Untung saja aku terbangun di waktu yang tepat!

Aku mulai mencaari salah satu nama di kontak ku.

Caliing
Nada sambungan berbunyi cukup lama, bahkan tidak ada jawaban untuk ke dua kaliny. Aku kembali menelefon nomor itu, dan terdengar suara serak dai ujung telefon.

"Hallo?" Terdengar sangat jelas jika suara pria diseberang sana addalah suara orang yang baru saja teebangun dari tidurnya. Bahkan mungkin setelah ini ia mengutukku karena berani mengganggut  hibernasi nya , mengingat ia termasuk orang istimewa yang untuk mendapat waktu istirhaat saja sangat jarang dan sulit.

"Saengil chukkae hamnida Saengil chukkae hamnida , Saranghaneun uri Mark Oppa. Saengil chukkae hamnida! Hore!" Aku bernyanyi semerdu mungkin agar pria itu tidak kecewa. Iya, dia adalah Mark. Hari ini tepat tanggal 4 September umurnya bertambah 1 tahun.

THE LIGHT - Bambam GOT7 FFWhere stories live. Discover now