Hadapi aku,
Yang di depan matamu salah,
Hadapi kamu,
Yang selalu memandang marah,
Hadapi aku,
Kita perbaiki yang salah.
Hadapi.....
Berdua.....
Marcelino Akshara menghela napas panjang, lalu memejamkan matanya.
Bait demi bait lagu milik Astrid dengan judul Demi Kita itu mengalun dari ponsel, mengalir melewati earphone dan menggema di telinga seorang cowok berambut cepak yang kini tengah berbaring di bangku taman sebuah rumah sakit itu. Padahal sekarang sudah jam dua dini hari, tapi ia tidak merasakan kantuk sama sekali. Terlalu banyak kejadian yang membuatnya kepikiran akhir-akhir ini.
Pertama-tama, seharusnya sekarang Nano, nama kecilnya, berada di dalam kamar inap adik kembarnya yang tengah terbaring sakit dan menemaninya, namun ia tidak betah berada di dalam gedung rumah sakit pada malam hari karena suasananya sepi dan agak sedikit menyeramkan. Adiknya, Mirabella Shakira kemarin siang mengalami kecelakaan motor tunggal di perempatan dekat sebuah minimarket tempat Nano bekerja, dan tadi malam adiknya itu baru saja mendapatkan tindakan operasi di bahu kirinya. Karena semua itulah Nano akhirnya memohon ijin cuti pada managernya selama tiga hari penuh berturut-turut.
Yang kedua, lagu ini sangat mewakili perasaannya sekarang, setelah sekian lama ia berhubungan dengan seorang cewek. Ketika hubungan mereka sudah berada di ambang batas kerenggangan, Nano mencoba untuk berbicara secara baik-baik dengan mantan pacarnya yang sekarang masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Namanya Sophie Lentika. Mengingat namanya saja Nano sudah bisa membayangkan betapa cantiknya cewek itu, dengan bulu mata lentik dan rambut hitam bergelombang yang indah, mirip dengan penyanyi pendatang baru jebolan Mamamia di salah satu stasiun televisi swasta. Wizzy, atau siapalah itu namanya.
Nano sudah berusaha memberikan seluruh perhatian yang ia miliki pada Sophie selama enam bulan belakangan, namun akhir-akhir ini cewek itu selalu menghindarinya, hingga akhirnya kemarin lusa tepat pas malam minggu, Nano mengajaknya kencan di sebuah kafe kecil yang dekat dengan tempat kerjanya. Cewek itu tampak begitu polos jika dilihat dari wajahnya, apalagi waktu dia sedang cemberut. Nano sampai gemas dibuatnya.
Awalnya Nano hanya ingin meluruskan hubungannya dengan Sophie dan meminta pengertian pada cewek itu mengenai semuanya. Termasuk waktu senggang yang dimiliki Nano yang mulai berkurang karena ia sudah mulai aktif kuliah lagi dan sekarang memasuki semester tiganya.
Namun Sophie malah acuh dan meminta untuk mengakhiri hubungan mereka saat itu juga. Tentu saja Nano menolak mentah-mentah keputusan sepihak yang diambil oleh cewek itu. Nano sudah terlanjur jatuh hati padanya. Jatuh terlalu dalam.
Ya, Sophie adalah cinta pertamanya. Nano belum pernah pacaran sebelumnya. Namun harapannya pada Sophie sepertinya terlampau tinggi dan semu hingga cinta pertama Nano benar-benar berakhir dengan sakit hati parah, seolah usaha dan perasaannya selama ini dia jaga bukanlah sesuatu yang penting hingga Sophie enggan dibujuk untuk memperbaiki hubungannya kembali dengan Nano.
Hati Nano seakan membeku sekarang. Ia sebenarnya sadar betul dengan keputusannya untuk memacari seorang gadis ABG yang masih labil dan belum bisa diajak untuk berpikiran dewasa. Tapi Nano tidak menyangka semua akan berakhir semenyedihkan ini.
Nano membuka kelopak matanya kembali sambil menatap langit gelap tanpa ada satupun cahaya dari kerlipan bintang yang menaungi dirinya dari atas. Semua masalah yang ia hadapi benar-benar sesuatu yang berat dan nyata. Melewatinya mungkin akan terasa agak sulit, namun ia tahu bahwa ada sesuatu yang lebih baik yang telah menunggu di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Let You Go
Teen FictionSaat Marcelino Akshara menemani adik kembarnya di rumah sakit, bertemulah dia dengan Adinata Andreas, seorang bocah yang masih SMP tapi memiliki perawakan yang tinggi menjulang, bahkan lebih tinggi daripada dirinya. "Kita belum pacaran, Di!" Bukanny...