Jam perkuliahan Nano yang terakhir untuk hari Kamis ini usai pukul enam sore. Setelah merapikan seluruh peralatan tulisnya ke dalam tas, ia melangkah keluar dari kelas.
Mendung melandai-landai di langit kota yang mulai gelap membuatnya ingin cepat-cepat menuju rumah sakit sebelum turun hujan secara tiba-tiba.
Ngomong-ngomong, hari ini kembaran Mira itu sudah mulai bekerja dan kuliah kembali seperti biasanya. Tadi pagi dia bekerja mulai pukul 6, siangnya pukul 2 ia masuk kuliah sampai sekarang jam 6 sore.
Angin yang mulai bertiup kencang membuatnya ingin segera meninggalkan kampus sebelum hujan mengganggu perjalanannya nanti.
Tapi sebelum itu, Nano memeriksa sebentar notifikasi di ponselnya. Ada beberapa pesan dari kontak bernama Bayi Tua yang dikirim melalui Whatsapp.
Well, itu nama yang dipakai Nano untuk menyimpan nomor Adi di ponselnya. Awalnya ia ingin menamakan Adi saja, namun mengingat beberapa hari ke belakang dimana cowok itu selalu mengganggunya, maka ia berpikir ulang untuk mencari nama konyol yang cocok untuk Adi.
Intinya, cowok itu mempunyai fisik yang tinggi dan gagah walaupun masih duduk di bangku SMP namun berperilaku menyebalkan layaknya anak balita yang berusaha mendapatkan perhatian darinya meski harus bersikap jahil atau sekadar marah-marah tidak jelas.
Jadi nama Bayi Tua yang sempat ia cetuskan ternyata cocok juga, dan Nano memilih nama itu sebagai nama kontak si Adi.
Oh ya, sebagai informasi saja, hari ini Adi bersikap baik sekali padanya. Pagi tadi sebelum Nano berangkat memulai aktivitas kerjanya, mereka berdua ngobrol sebentar di balkon rumah sakit, dan bocah itu mendadak menawarkan diri untuk menjaga Mira selama Nano tidak di sana. Entah si Adi memang sedang baik atau berpura-pura baik.
Awalnya kembaran Mira itu sempat menolak karena ragu dan sedikit takut juga sih melihat perubahan sikap bocah itu yang mendadak berubah seratus delapan puluh derajat, menjadi sosok yang tampak sedikit lebih manusiawi, berbeda dengan hari-hari sebelumnya.
Bayi tua itu? Menjaga adik kembarnya? Nano jadi curiga dibuatnya. Alih-alih menjaga adiknya, bocah itu pasti diam-diam menyusun suatu rencana jahat seperti yang ada di sinetron layar kaca.
Bagi Nano, Adi itu belum bisa ia percaya seratus persen. Padahal kan ia bisa menitipkan adik kembarnya pada dr. Jaka selama ia kerja dan menyelesaikan jadwal kuliahnya. Bukan ke bocah labil, yang siapa tahu mungkin sekarang sedang merencanakan hal - hal lain dalam rangka mengganggunya.
Mereka berdua sempat berdebat panjang hingga Nano memutuskan untuk menemui dr. Jaka yang beberapa menit yang lalu sempat memeriksa adiknya sebentar. Tentu saja Adi ikut. Bocah itu suka sekali mengekori dirinya, macam bodyguard saja.
Setelah Nano menjelaskan situasinya sedetail mungkin di dalam ruangan dr. Jaka, paman dari Adi itu dengan tenang meyakinkan Nano, bahwa bocah itu bisa mengawasi adiknya dengan bantuan perawat.
Pada akhirnya, Nano pasrah menerimanya. Ia pun melesat pergi ke tempat kerjanya setelah memperkenalkan Adi pada Mira dan menjelaskan semuanya pada adik kembarnya.
Balik lagi ke pesan Whatsapp dari Adi di ponsel Nano.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Let You Go
Ficção AdolescenteSaat Marcelino Akshara menemani adik kembarnya di rumah sakit, bertemulah dia dengan Adinata Andreas, seorang bocah yang masih SMP tapi memiliki perawakan yang tinggi menjulang, bahkan lebih tinggi daripada dirinya. "Kita belum pacaran, Di!" Bukanny...