"ANJING!" umpat Nano.
Melihat cowok itu mengumpat bisa dibilang cukup langka. Cowok bernama lengkap Marcelino Akshara itu sudah jelas-jelas bukan termasuk jenis orang yang suka berkata kasar pada orang lain, karena menurutnya itu perbuatan yang tidak baik. Mengumpat, menghina, mengolok, mencibir, nyinyir, semua itu sangat jarang sekali ia lakukan dulu.
Namun semenjak dirinya bertemu dengan cowok jangkung yang belum lulus SMP beinisial AA alias Adinata Andreas itu sedikit demi sedikit mengoyak batas kesabaran yang telah lama ia pupuk hingga sekarang.
Bagaimana tidak?
Memang Adi masih SMP dan usianya jauh berada dibawah Nano, tapi tingkahnya itu lo... Subhanallah! Hampir tiap waktu yang ia jalani bersama cowok itu tak pernah ia lewati dengan tenang. Hidupnya tak bisa kembali normal seperti dulu.
Coba tengok apa yang diperbuatnya di kamar kali ini. Bahkan hari masih pagi, belum lewat jam enam, tapi sudah bikin rusuh.
"Kamu semalam ngapain, Di?! Hah?!" omel saudara kembar Mira itu setelah melompat dari ranjang dan berdiri tegak sambil mengacungkan jari telunjuknya yang sedikit bergetar pada wajah bangun tidur Adi tetap terlihat tampan.
Yang diomeli mengerjap. Cowok itu belum sepenuhnya sadar, cuma menggeliat sebentar lalu kembali tidur, mengabaikan Nano.
"Woy, Bayi! Gak denger ya?! Aku tanya, kamu semalem ngapain?!" tanya Nano lagi dengan nada yang lebih tinggi. Ia tak suka diabaikan jika sedang naik pitam seperti ini.
Akhirnya Adi kembali membuka matanya dan menoleh malas. "Emang aku ngapain, Cel? Aku kan cuman tidur disamping kamu."
Nano mendengus makin kesal. Emang sih, si Adi tidur seranjang sama Nano. Tapi yang ditemukan kembaran Mira saat bangun tidur tadi lebih dari itu.
Karena begitu ia membuka mata, yang ia temukan di depan mata Nano adalah...
Bulu ketiak!
Itu bulu ketiak Adi!
Si Adi tidur shirtless, cuma pake celana jeans panjang!
Dammit!
Ketiaknya emang tidak bau keringat, bau maskulinnya masih wajar di indera penciuman Nano. Tapi...
Tetep aja itu tidak normal!
Bukan hanya itu, posisi mereka pas bangun tidur juga mencurigakan, dengan lengan kanan Adi yang mengapit leher Nano, dan Nano sendiri juga posisinya tidak bagus. Tangan kanannya melingkar di atas perut cowok SMP itu, dan anehnya, ia merasa panjang lengannya begitu pas dengan lingkar perut Adi. Bahkan ia tadi juga sempat meraba-raba otot perut Adi untuk meyakinkan dirinya sendiri apakah itu guling atau bukan.
"Ta-tapi kenapa kamu pake acara peluk-peluk segala, Kampret?!" omelnya lagi.
"Siapa yang peluk-peluk? Orang semalem kamu yg ndusel-ndusel gitu kayak kedingingan. Ya aku terpaksa meluk. Ga tega liat kamu semalem," balas Adi sambil terpejam sesekali dengan senyum aneh.
Tubuh Nano membeku. Bola matanya menatap nyalang.
"Nggak mungkin!" bentaknya gemas. Dengan geram, ia melangkah lebar menghampiri Adi, lalu menghujaninya dengan tinjuan di sekujur badan.
"Kan udah aku bilang kalo aku lagi tidur tuh jangan ngelakuin yang macem-maceeeem!!!"
-
* * *
-Karena hari ini masih belum ada kesibukan yang berarti, Nano memutuskan untuk menemani Mira di kamarnya sambil menyaksikan acara pagi yang biasanya membosankan di televisi seusai mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Let You Go
Teen FictionSaat Marcelino Akshara menemani adik kembarnya di rumah sakit, bertemulah dia dengan Adinata Andreas, seorang bocah yang masih SMP tapi memiliki perawakan yang tinggi menjulang, bahkan lebih tinggi daripada dirinya. "Kita belum pacaran, Di!" Bukanny...