Part 22

61 7 0
                                    

"RISYAAAAA!!!!!" teriak Kevin yang baru datang dan melihat Risya mengacungkan pisau.

"Kevin" ucap Risya sedikit gemetar.

"Apasih vin kok teriak teriak?" ucap Anna yang baru datang bersama Ridwan (suaminya) dari arah ruang tamu. Anna langsung membelalakkan matanya saat melihat Arin yang terluka berada dipangkuan Risya.

"Arin!! Kamu kenapa nak?" ucap Anna sambil menepuk nepuk pipi Arin.

"Kita bawa Arin ke rumah sakit. Cepet!" ucap Ridwan sedikit emosi dan langsung menggendong Arin menuju mobil. Risya masih terduduk di tempatnya.

"Sya, coba jelasin kronologinya" ucap Kevin sambil berjongkok di depan Risya dan Risya masih terdiam sambil mnundukkan kepalanya.

"Bukan aku, tapi kak Rena" ucap Risya yang masih sesenggukan dan menundukkan kepalanya, Kevin langsung menatap Rena dengan tatapan tajam miliknya.
Rena yang mengetahui hal itu langsung membelalakkan matanya.

"Bukan vin!! Gue liat dengan mata gue sendiri, kalo Risya udah nusuk Arin pake Pisau" ucap Rena, Diana yang sedari tadi masih terdiam langsung membelalakkan matanya mendengar pertanyaan Rena.

"Sya?" tanya Kevin lembut terhadap Risya, namun Risya hanya diam memandang Rena dengan tatapan tidak percaya.

"Di-dia... Marah soalnya gue bilang kalo lo ngambil pesenan undangan buat pernikahan lo ama Diana" ucap Rena sedikit tergagap.

"Bener sya?" tanya Kevin pelan namun mematikan sambil menatap Risya tajam.

"Bener vin! Mana ada pembunuh ngaku!!!" ucap Rena sedikit berteriak, emosi Kevin sudah memuncak.

"Sya, bukannya lo yang minta gue buat nikah ama Diana. Tapi kenapa sekarang lo cemburu ama Diana? Sumpah sya gue nggak paham ama jalan pikiran lo" ucap Kevin setelah berdiri, lalu mengusap rambutnya kasar.

"Nggak gitu vin" ucap Risya lemas sambil mendongak melihat wajah.

"Udahlah sya! Gue emang bener nikah ama Diana. Bukan sama lo! Gue kecewa sama lo!" ucap Kevin yang tanpa Risya sadari sudah memeluk Diana. Diana yang dipeluk hanya diam membeku, pasalnya dia baru pertama kali diperlakukan manis oleh Kevin.

"Ayo di kita ke rumah sakit" ucap Kevin yang tangannya masih di bahu Diana.

"Tapi Vin, Risya..." ucap Diana yang terputus karena Kevin. Sebenarnya Diana merasa bersalah atas kesalah palahaman ini.

"Biarin aja, yuk" ucap Kevin dan Diana hanya bisa menatap Risya dengan perasaan bersalah. Rena langsung pergi meninggalkan Risya yang masih terduduk di posisinya. Risya menangis dalam diam. Dia merasa sangat terpukul.

"Vin!!! Keviiin!!!" teriak Peter dari arah ruang tamu rumah Kevin. Peter yang tidak mendapat jawaban dari siapapun langsung menjelajahi seluruh isi rumah. Saat sampai di bagian dapur, Peter mengernyitkan dahinya karena melihat Risya yang terduduk dengan bajunya yang berlumuran darah.

"Sya?" tanya Peter kepada Risya yang sedari tadi menundukkan kepalanya.

"Sya, kamu kenapa? Sya? Kamu kenapa?" ucap Peter setelah mengetahui gadis itu sedang menangis. Risya langsung memeluk Peter, Peter langsung membalas pelukan Risya. Risya menangis di dalam dada Peter. Peter tidak ingin menanyakan terlebih dahulu tentang apa yang terjadi, karena dia tahu bahwa Risya butuh sendiri.

"Aku takut kak, aku bingung, aku..." ucap Risya yang belum selesai karena dia sudah pingsan.

"Sya, kamu pingsan?" tanya Peter, dia langsung menggendong Risya ke mobilnya untuk membawa Risya ke rumah sakit.

@rumah sakit

Sudah 2 jam Kevin, Anna, Ridwan, Salma, dan Diana menunggu di depan ruang operasi. Tadi siang saat Arin tertusuk, dokter langsung mengambil tindakan operasi dan sampai sekarang belum selesai. Kevin sedari tadi hanya berjalan maju mundur karena hatinya saat ini sedang risau terhadap keadaan Arin, adik semata wayangnya. Sedangkan Anna hanya menangis di pelukan Diana dan Salma.

Dilemma...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang